Still, San! - Chapter 16

416 46 4
                                    

Nindhy keluar kamar dengan pakaian baru. Rambutnya ia kepang dibantu Mba Sari. Untuk berjaga-jaga agar Dihyan tidak mengacak rambutnya. Pun dengan Adrian yang ketularan Dihyan. Ternyata si taruna ngeselin itu hobinya mengacak-acak. Dari mengacak rambut Nindhy sampai mengacak hati Nindhy yang katanya tidak minat taruna namun nyatanya Adrian mulai berhasil meruntukkan pagar anti taruna itu.

Suara ketukan pintu membuat Nindhy merubah arah. Tadinya ia akan membangunkan Dihyan di kamarnya. Namun begitu ketukan pintu terdengar, Nindhy memilih untuk membukanya. Jam dinding di ruang keluarga sudah menunjukkan pukul sepuluh. Sudah pasti orang di balik pintu itu Adrian.

Tok ... tok ... tok!

Engsel pintu bergerak. Pintu Nindhy buka perlahan. Setelah terbuka lebar, senyuman Adrian menyapa begitu lebar.

"Hai?"

Awkward rasanya. Adrian menyapanya seperti baru pertama bertemu.

Nindhy mengangguk lalu menggeser badannya untuk mempersilahkan Adrian, "masuk ..."

"Bentar dulu." Adrian ragu untuk mengatakannya.

"Kenapa?"

"Saya bawa bingkisan di mobil. Agak banyak. Kamu tunggu di sini, saya ambil bingkisannya dulu ya," ucap Adrian. Menunjuk mobilnya yang terparkir rapi di halaman rumah yang luas.

"Kalau gitu aku bantu aja," sahut Nindhy. Maju beberapa langkah ke Adrian.

Keduanya berhadapan dengan sedikit jarak. Adrian menolak tawaran Nindhy dan meminta gadis itu untuk menunggu di depan pintu. Tetapi Nindhy menolak. Gadis yang tampak berbeda dengan gaya rambut yang dikepang itu justru berjalan lebih dulu ke arah mobil Adrian.

"Kok kamu bengong di situ, sih? Buruan buka. Panas tau!" Nindhy berseru karena Adrian masih di depan pintu.

"Iya, sebentar."

Adrian menyusul dan segera membuka bagasi mobil. Di sana ada beberapa makanan yang dibungkus rapi. Beraneka warna dan bentuk dengan dibungkus plastik wrap dan diberi pita. Isinya mulai dari jajanan pasar, lapis legit, kue kering sampai hampers buah. Semuanya dalam porsi besar dan memenuhi bagasi mobil Adrian.

Nindhy yang melihat itu langsung syok. Ia langsung meminta penjelasan dari Adrian.

"Kamu ngapain bawa makanan sebanyak ini, Adrian?" Suaranya hampir memekik.

Adrian menyentuh tengguknya yang tidak gatal. Kekehannya muncul setelah itu. "Buat kamu. Dimakan ya."

"Aku makan ya paling satu-dua, nggak sebanyak ini. Kamu mau bikin aku gendut ya?"

"Nggak ya ampun. Nanti kamu bagi-bagiin ke tetangga aja, Nin." Adrian meraih tampah berisi jajanan pasar beraneka bentuk dan warna.

"Ini bukan disuruh Bang Dihyan, kan?" tanya Nindhy. Takut Dihyan dalang di balik semua ini.

Adrian lantas menggeleng, "nggak kok. Emang niatan dari saya. Semalam Bang Dihyan minta saya datang kan. Katanya perintah. Nadanya juga serius. Saya mikirnya disuruh datang buat ngadep keluarga kamu. Karena kemarin bawa kamu pergi tanpa minta izin ke keluarga kamu. Mereka ada di dalam semua ya?"

Dengan keheranan, Nindhy menggeleng. "Di rumah cuma ada aku, Bang Dihyan sama Mba."

"Bapak dan Ibu nggak ada? Mas Gala sama Kak Aksa nggak ada juga?"

Nindhy menggeleng lagi, "nggak ada."

Adrian bernafas lega. "Saya deg-degan."

"Kamu kenapa sih, Adrian? Aneh banget deh!" ungkapnya, mengutarakan kebingungan. "Kamu cuma disuruh datang sama Bang Dihyan ya ampun. Nggak disuruh ngadep keluargaku gara-gara kemarin pergi sama aku nggak izin. Sikap kamu aneh dan deg-degan ini karena ngira bakal ngadep keluargaku?"

Still, San!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang