Empat tahun kemudian
"Nindhy Fadhillah Nayaka, will you marry me?"
Nindhy yang tengah menyaksikan indahnya Air Terjun Tegenungan segera menoleh dan menutup wajah dengan kedua tangan saat melihat Adrian sudah bertekuk lutut dan menunjukkan kontak cincin ke hadapannya. Nindhy tidak menyangka Adrian akan melamarnya hari ini, sekarang, di tempat yang indah ini.
"Hei? Gimana? Mau nggak jadi Ny. Nindhy Alby Martadinata?" tanya Adrian lagi. Tidak sabar menunggu jawaban kekasih hati.
Perlahan Nindhy menurunkan tangan dari wajahnya. Terlihat raut wajahnya masih syok. Nindhy berusaha tersenyum bersama rasa haru yang menyerbu dada.
Adrian kembali berkata, "Will you marry me, cinta?"
"Yes, I will!"
Nindhy mengangguk-anggukan kepalanya yakin. Matanya berkaca-kaca. Tidak perlu berpikir lama karena hanya ada satu jawaban saja, ya. Nindhy menerima lamaran Adrian.
Mendapat jawaban yang sudah ia tebak, Adrian tersenyum senang dan langsung memakaikan cincin tersebut di jari manis tangan kanan Nindhy. Adrian lantas berdiri dan mereka berbalas tatap. Kemudian Adrian mencium tangan Nindhy.
"Thank you, sayang!" katanya hampir menangis antara terharu dan bahagia. Adrian berkali-kali mencium tangan Nindhy.
Nindhy lalu memeluk Adrian. "I love you, Bang Ian!"
"Love you too, sayang."
"Kok nangis?" tanya Nindhy menghapus air mata di ujung mata Adrian.
"Terharu, sayang. Aku seneng banget akhirnya bisa lamar kamu hari ini. Makasih udah diterima ya, yang?"
"Iya," jawab Nindhy pendek. Ia kembali memeluknya lagi. "I'm happy too, Bang. Aku nggak nyangka bakal dilamar kamu hari ini, di tempat ini. Indah banget."
Adrian mengusap rambut panjang Nindhy yang tergerai. "Aku pilih hari ini karena udah dapat izin dari keluargaku dan keluarga kamu. Terus Ayah kamu bilang, kalau udah dilamar gini, nikahinya jangan lama-lama, nggak baik katanya kalau kelamaan. Gimana kalau tahun depan, sayang?"
"Aku ngikut apa kata keluarga aja, Bang. Kan harus dihitung-hitung dulu biar dapat hari yang baik."
"Ya, cinta. Jadi kamu udah siap ya jadi istriku?" tanya Adrian menggoda.
"Bang Ian sendiri udah siap belum jadi suami aku?"
"InsyaAllah siap lahir batin, sayang. Jadi suami kamu siap, jadi Ayah buat anak-anak kita juga udah siap."
"Gombal!" ledek Nindhy dan tertawa.
"Love you more, sayang!"
"Ih, apaan sih? Nggak jelas banget jadi orang!"
"I LOVE YOU, NINDHY!!" Adrian tiba-tiba berteriak kencang.
Nindhy menutup wajah menyaksikan itu. Calon suaminya ini kaya bocil banget.
***
Penampilan Nindhy hari ini menjadi salah satu penampilan terindah yang pernah Adrian lihat. Memakai seragam hijau pupus tanpa lencana, rambut disanggul rapi, menenteng tas hitam khas istri prajurit dan sepatu hitam dengan hak rendah, calon istrinya sangat cantik dan menawan.
Akhirnya kegiatan pengajuan yang amat sangat melelahkan hati, batin, jiwa dan raga Nindhy selesai sudah. Untuk membalaskan mentalnya yang terguncang karena mengurus sendiri semua berkas ini-itu untuk pengajuan, begitu keluar dari kesatuan Adrian, Nindhy langsung meminta dibelikan semangkuk bakso di dekat tempat dinas calon suaminya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Still, San!
General Fiction" ... pacarnya ngambekan, mending sama saya aja, Dek. Taruna loh saya, ganteng, gagah ... kurang apalagi coba?" "Taruna? Iiyeuhh ... sorry nggak minat!" tandas gadis yang dikenal paling ilfeel sama taruna/tentara/polisi/abdinegara. "Alah sok-sokan...