Still, San! - Chapter 35

592 42 8
                                    

Istana Merdeka, Jakarta.
Prasetya Perwira.

The day of Praspa. Hari ini akan menjadi babak akhir pendidikan para Capaja setelah empat tahun digempleng di Akademi masing-masing. Namun, hari ini juga akan menjadi awal dari dunia militer yang sesungguhnya. Para Capaja akan mulai mendarmabaktikan apa yang mereka dapat semasa pendidikan ke masyarakat luas. Ibu Pertiwi telah menunggu mereka.

Pagi ini cerah saat satu per satu rombongan Capaja dari Akademi TNI AD, AAL, dan AAU serta Akademi Kepolisian, berbaris rapi kemudian berjalan dengan langkah serempak menuju halaman Istana Merdeka. Bukan Seragam Pesiar yang sangat khas atau PDL yang tersematkan chevron di lengan kanan kiri, hari ini untuk pertama kalinya mereka memakai PDU 1 yang semakin membuat para Capaja terlihat lebih berwibawa juga gagah dan sangar untuk Capaja AD.

Lalu dimulailah Pelantikan Capaja TNI/Polri tersebut di hadapan Presiden juga para pejabat TNI/Polri serta pejabat negara. Acara dimulai dari hormat kepada bendara Sang Pusaka Merah Putih dengan diiringi alunan Indonesia Raya oleh marching band.

Acara kemudian sampai di puncak penyematan tanda pangkat oleh Presiden kepada empat taruna dari masing-masing Akademi TNI/Polri yang merupakan peraih penghargaan Adhi Makayasa di Akademi masing-masing.

Adhi Makayasa Akmil, Adrian Alby, memimpin ketiga taruna Akademi lainnya tuk menghadap Presiden.

Di kursi para keluarga dari Capaja, Nindhy beserta keluarga Adrian menahan haru begitu melihat sosok yang sangat mereka sayangi terlihat begitu gagah dalam balutan PDU hijau army. Nindhy mengusap ujung matanya dengan tisu, menahan lelehan air mata sebelum turun ke pipi. Saat itulah kedua tangan di pangkuannya diusap lembut oleh Bunda Zalina.

Nindhy menoleh dan tersenyum tipis. Keadaan Bunda Zalina tak jauh berbeda darinya.

"Terharu, Nin?" tanya Bunda Zalina pelan.

"Bang Ian gagah banget ya, Bun."

Bunda Zalina mengangguk. "Terima kasih ya, sayang, sudah mau menemani Bang Ian selama pendidikan di Magelang. Kamu tau, adanya Nindhy di hidup Bang Ian, itu berarti sekali. Selalu temani Bang Ian ya, sayang?"

"Bunda jangan berhenti buat doain hubungan aku sama Bang Ian ya? Biar kita bisa sama-sama terus sampai kapanpun," balas Nindhy, pelan.

"Pasti, Nak. Doa Bunda nggak akan berhenti untuk kalian, anak-anak Bunda."

Mereka kembali fokus menyaksikan hari bersejarah Adrian. Penyematan tanda pangkat telah usai. Adrian beserta tiga Paja lainnya sudah kembali ke tempat. Setelah itu kembali menghadap empat Paja lain yang disusul empat Perwira yang membawa kitab suci.

Di atas kitab suci sesuai keyakinan yang dianut, seluruh Paja menyerukan Sumpah yang dibacakan oleh Presiden dan diikuti oleh mereka.

Laporan dari Komandan Upacara ke Inspektur Upacara menjadi akhir Pelantikan Capaja TNI/Polri hari ini. Namun hal itu tidak benar-benar menjadi akhir. Ada sesi foto bersama dengan Presiden serta Ibu Negara. Dimulai dari Paja AD lalu, AL, AU dan terakhir Polri.

Akhir dari Prasetya Perwira tahun 2026 ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya, yaitu yel-yel dari masing-masing Akademi. Saat inilah suasana sudah mencair. Para tamu undangan sudah bisa tersenyum lebar menyaksikan yel-yel yang penuh atraksi dan membakar semangat. Riuh tepuk tangan bersahutan sebagai bentuk pujian dari yel-yel yang mereka dengar dan saksikan.

Setelah sesi yel-yel berakhir, para keluarga dari Paja berbondong-bondong mencari putra putri kebanggaan mereka. Tidak terkecuali keluarga Adrian dan Nindhy yang membawa buket untuk Adrian.

Karena Adrian berada di barisan depan membuat mereka tidak kesulitan menemukan keberadaannya. Ketika keluarganya menemukannya, Adrian langsung memberi hormat untuk kedua orangtuanya.

Still, San!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang