Prolog

815 35 2
                                    

"Apa?! Bikin biografi taruna?!"

Selica mengusap dadanya yang seperti tersengat listrik mendengar teriakan Nindhy. Gadis itu lalu menatap sahabatnya yang dikenal paling ilfeel dengan taruna, apapun hal yang menyangkut taruna, Nindhy tidak pernah tertarik. Hal yang sangat membingungkan bagi beberapa orang yang tahu silsilah keluarganya yang kental dengan dunia militer.

"Nggak usah pake teriak Nindhy sayang ... jantung aku hampir lepas gara-gara kamu nih!"

"Ya kamu pikir dong, Sel, masa kita disuruh bikin biografi taruna, kaya pahlawan aja. Aneh!" Nindhy masih tidak menerima informasi dari Selica tersebut.

Selica menghela nafas, dia tak menyangka sahabatnya itu sungguhan tidak mau berdekatan dengan cowok yang memiliki banyak pengagum lintas generasi itu. Dipegangnya tangan Nindhy yang sedari tadi tak henti gemetar. Lalu Selica kembali bersuara, "emang aneh, Nin, tapi ini tugas. Kalo kamu nggak ngumpulin nilai raport kamu bakal kosong. Itu yang Bu Anggita bilang."

"Apaan sih kenapa nyambungnya ke nilai raport? Sepenting apa sih bikin biografi cowok-cowok sok keren yang hobinya tebar pesona itu?"

"Ya kalo ikhlas nilainya kosong yaudah, Nin, nggak usah bikin, beres kan?"

Selica tersenyum menang melihat wajah sahabatnya yang pias. Ia tahu Nindhy tidak akan pernah membiarkan nilainya kosong. Nilainya di bawah 80 saja gadis itu sudah panik, apalagi kosong?

***

Melakukan kencan di saat pikirannya sibuk memikirkan tugas membuat biografi mengenai taruna, Nindhy terlihat tidak fokus. Haris yang melihat itu langsung menyadarkan gadisnya. Disentuhnya tangan putih nan halus itu yang langsung membuat Nindhy tersadar.

"Mikirin apa sih, sayang? Serius banget sampai nggak dengerin aku bicara."

"Sorry ... aku lagi pusing banget sama tugas yang dikasih Bu Anggita, disuruh buat biografi taruna."

Haris mengalihkan tatapannya dari wajah Nindhy yang cukup menggemaskan itu. Dia menunduk untuk sejenak sebelum kembali menatapnya. "Udahlah jangan dipikir dulu. Sekarang kan kita lagi kencan, masa kamu mikirin tugas melulu. Gih, makan ... aku udah pesenin makanan kesukaan kamu tuh."

"Okey ... makasih ya, Ris."

"Anything for you," jawab Haris menggombal.

Nindhy berdecak, "ck, gombal. Untung aku sayang ya sama kamu, coba kalo nggak."

"Harus sayang dong, masa nggak sayang sama pacar sendiri."

"Iya-iya, kamu juga sayang kan sama aku?" todong Nindhy. Haris terdiam beberapa saat sebelum kemudian mengalihkan pembicaraan dengan meminta Nindhy untuk memakan makanannya.

Mereka makan dengan tenang. Menikmati hidangan di piring dengan sesekali mengobrol hal kecil. Sebelum kemudian seorang taruna berjalan tegap menuju meja keduanya. Mengacaukan pasangan kekasih yang sedang menikmati makanan.

"Kamu lagi ngapain, Dek, sama pacar saya?!"

***

Karena cerita numpuk di draft, jadi aku putusin publish ulang Still, San! 

Fyi aja, ada 4 cerita yg udah aku buat tapi belum ke-publish –salah satunya R&L 2– wkwk ... Tapi, insyaAllah bismillah ... mau selesaikan satu-satu yg udah di-publish. JPJ sama Still, San! ini.

Sooooo ... minta doa dan dukungannya ya temen-temen semua!

Jangan lupa vote, komen dan paling penting sih follow yg nuliss:)))

Still, San!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang