Still, San! - Chapter 6

393 37 4
                                    

Nindhy

Welcome long weekend! Akhirnya yang aku tunggu datang juga. Saatnya aku sejenak kabur dari kota yang penuh dengan cowok-cowok berseragam, berwajah kaku berkeahlian menggombal. Meskipun kota yang akan kutuju juga tidak jauh beda dengan Magelang.

"Seneng banget kayanya."

"Iya dong!" Aku menyengir. "Butuh healing aku tuh. Awas aja ya Bang Dihyan diam-diam ngumpulin temannya di Semarang."

"Loh? Kok tau? Abang emang mau temu kangen sama teman-teman Abang dari Akpol, Dek."

Bayang-bayang ketenangan lenyap seketika mendengar balasan Bang Dihyan. Itu mah sama aja! Keluar dari kandang loreng masuk ke kandang coksu. Sepertinya dari awal memang aku yang terlalu percaya diri. Harusnya aku juga tahu, kalau lwe seperti ini Bang Dihyan pasti akan membawa temannya ke rumah. Aku melupakan fakta bahwa Bang Dihyan adalah taruna yang memiliki banyak kenalan di mana-mana.

"Nggak usah didengerin, Dek. Dihyan cuma jahilin kamu aja tuh."

"Nggak tau aku harus percaya Kak Aksa apa nggak. Letting-nya Kakak kan kebanyakan orang Semarang. Ntar malah Kak Aksa yang tiba-tiba bawa pasukan."

Bang Dihyan langsung tertawa terbahak-bahak. Seakan puas membalas Kak Aksa lewat kalimatku. Padahal tadi mungkin dia sudah hopeless karena Kak Aksa ada di pihakku. Tapi lihatlah sekarang, aku justru secara tidak langsung memihak Bang Dihyan.

"Percaya sama Kakak lebih baik daripada percaya sama Dihyan."

"Awas, Dek, ditipu lagi kaya yang kemarin-kemarin. Ngomongnya ngajak CFD-an eh taunya malah dibawa ke tour de campus-nya AAU," balas Bang Dihyan.

"Eh, kau Yan! Bener-bener ya kau, sampai Semarang, sikap tobat kau lima jam!"

"Ra.sa.in! Mampus deh!" ejekku kepada Bang Dihyan.

"Awas kamu, Dek, Abang ketekin sampai mampus juga."

"Coba aja kalau berani, aku mau nempelin Mas Gala, wlee ..."

"Dasar bocil!"

"Dihyan ..." Mas Gala memberi peringatan dengan panggilan yang lirih. Tapi semua tahu, bahwa itu artinya kami harus menghentikan perdebatan kecil nan seru ini. Meskipun yang disebut cuma nama Bang Dihyan.

"Nindhy, kamu tidur, Dek ... semalam kamu tidur larut malam, mata kamu kaya mata panda itu. Nanti Mas banguin kalau sudah sampai Semarang. Dihyan juga, tidur kamu ... jangan gangguin adiknya terus."

"Siap, Mas!" balas Bang Dihyan. Dia mencari posisi yang nyaman, lalu tak berselang lama sudah pulas dengan tidurnya. Gampang banget dia tidurnya.

"Mas Gala kalau capek gantian sama Kak Aksa, biar nggak nganggur."

"Iya ... kamu tidur gih." Aku mengangguk. Memepet Bang Dihyan dan menjatuhkan kepalaku ke pundaknya. Untungnya segala macam printilan di seragamnya sudah dilepas jadi aku tidak akan terganggu. Wangi parfum Bang Dihyan seketika membuatku nyaman dan masuk ke alam bawah sadar.

"Udah besar aja ya, Mas, Nindhy. Bentar lagi kuliah."

"Jangan dibikin kesel, Sa, adiknya. Kita jarang nemenin dia, sekarang mumpung kumpul, kita manjain Nindhy tapi jangan terlalu manjain nanti jadi kebiasaan."

Still, San!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang