Kak Prima : Gimana, Nay?
Nindhy menatap Selica yang ikut membaca pesan dari Alexander Prima Sasena. Ia seakan meminta pendapat Selica.
"Kalau kamu free, ya okein aja, Nin. Kok tumben bingung? Kan udah sering jalan berdua." Selica menegakkan posisinya. Mengambil kaca kecil di laci lalu memeriksa tatanan rambutnya.
Nindhy membiarkan pesan itu tak dibalas untuk sementara waktu. "Menurut kamu, Kak Prima gimana, Sel?"
"Serius nih nanya aku?" sahut Selica. Nindhy mengangguk saja.
"Ganteng, baik, pintar. Cocok sih sama kamu."
"Cocok jadi Kakak, kan?"
Selica memutar bola matanya, "nggak ya! Yaa ... walaupun seumuran kaya Bang Dihyan, tapi nggak dong, Nin. Dia itu definisi laki-laki idaman tau. Terus ... walaupun anak petinggi militer tapi Kak Prima nggak ngikut jejak keluarganya. The one you're looking for is in him. Harusnya kamu bisa suka kan?"
"Tapi hati nggak ada yang tau, Sel ..."
"Ada. Kamu sendiri yang tau gimana hati kamu. Gimana perasaan kamu kalau pas lagi deket sama Kak Prima. Kalau sama kaya dulu waktu sama Haris, ya artinya kamu punya perasaan ke Kak Prima."
Nindhy menghela nafas, "nggak tau deh, Sel. Pusing tau mikirin cinta-cintaan," ujarnya dan memilih men-scroll sosial medianya.
Selica menggeleng kecil. Lalu mendekat dan berbisik di telinga Nindhy, "gimana sama Adrian?"
Gerakan Nindhy berhenti. Ia diam mendengar nama Adrian yang terucap dari lisan Selica. Sebuah nama yang sudah cukup lama tak ia dengar. Pun dengan si pemilik nama. Apapun tentangnya, bahkan seperti hilang tiba-tiba dari kehidupan Nindhy.
Sudah banyak minggu yang terlewat sejak terakhir mereka bertemu di acara ramah tamah Akmil. Setelah itu, tidak ada Adrian yang tiba-tiba muncul di depan Nindhy. Mengganggunya, menggoda dan dengan kepercayaan dirinya yang setinggi langit itu, sangat yakin bisa membuatnya jatuh hati pada pemuda itu.
Melihat Nindhy yang tiba-tiba saja melamun, Selica langsung menepuk pundaknya. "Kok ngelamun? Mikirin Adrian, Nin?"
Sejak tahu tentang Adrian yang Nindhy ceritakan, Selica jadi sering menggodanya.
"Dia sakit hati nggak ya, Sel?" tanya Nindhy. Menatap Selica dengan berbagai perasaan yang berkecamuk.
"Maybe?" Selica agak ragu menjawabnya. "Soalnya dia tiba-tiba ngilang gitu. Udah nggak ngejar-ngejar kamu lagi. Nggak pernah nengok story kamu. Kayanya emang mikir ulang dia tuh. Mikir, kok bisa dia suka sama cewek yang seanti itu sama taruna."
"Ih, itu mah kamu nyindir aku!"
Selica seketika tertawa.
"Andai aja nih, kamu ketemu Adrian lagi after such a long time, apa yang kamu lakuin pertama?"
"I apologize, of course!" sahut Nindhy, cepat.
"Apologize for?" Selica bertanya lagi. "Karena ucapan kamu atau karena nggak bisa bales perasaannya?"
"Pertama dong, Sel. Yang kedua kan diluar kendali aku."
"Oke, next question. Ngarep ketemu Adrian nggak?"
"Kalau Tuhan udah mentakdirkan aku sama Adrian ketemu lagi ya bakal ketemu, Sel, tanpa aku minta." Nindhy memilih jawaban yang aman.
Lagi, Selica mengangguk-anggukan kepalanya. "Menurut kamu, dari lima taruna Akmil yang siang ini datang ke sekolah kita, salah satunya Adrian nggak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/329955024-288-k741639.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Still, San!
General Fiction" ... pacarnya ngambekan, mending sama saya aja, Dek. Taruna loh saya, ganteng, gagah ... kurang apalagi coba?" "Taruna? Iiyeuhh ... sorry nggak minat!" tandas gadis yang dikenal paling ilfeel sama taruna/tentara/polisi/abdinegara. "Alah sok-sokan...