Salah satu chapter favorit wkwk. Komen yg banyak yaaa
***
Nindhy menahan kesal ketika memasuki cafe dan langsung menemukan taruna yang semalam membuat kekacauan kencannya. Jika tidak ingat tujuannya ke sini untuk menemui salah seorang teman Abangnya untuk membuat tugas biografi, mungkin Nindhy akan lebih memilih balik badan.
"Apes banget ketemu dia lagi!"
Berjalan ke meja kasir untuk memesan makanan dan mengambil nomor meja, Nindhy merasa taruna yang tidak hanya satu itu menatapnya. Berusaha biasa saja namun Nindhy tetap tidak bisa. Hatinya geram. Sangat benci menjadi perhatian cowok berseragam yang memiliki banyak pengagum itu.
"Pengen aku colok mata keranjangnya," desis Nindhy.
"Tuh, datang kan dia."
Di meja yang tak lain tempat Adrian dan Nanda itu, Adrian terus menatap langkah Nindhy. Nanda yang diabaikan itu tak tahan untuk menggeplak lengan sahabat karib di akademi militer itu. "Udah dodol, lo jangan liatin dia segitunya!" gugahnya. Adrian tersadar lalu tersenyum tipis.
"Lo nge-dodolin gue udah berkali-kali, Suh ... tapi karena lo bantu gue ketemu dia lagi, kali ini gue maafin. Thanks bro!"
Nanda mengangguk, "udah sana samperin. Gue tunggu di sini. Jangan aneh-aneh, Suh."
Adrian lekas berdiri. Sekali lagi mengucapkan terimakasihnya kepada Nanda. Yang semalam ngotot mengatakan Nindhy anak gubernur dan kesal dengannya, tapi malah sekarang membantu Adrian bertemu Nindhy lagi. Nanda mengenal senior yang akan bertemu Nindhy sekarang, dan dia juga tahu seniornya itu tidak bisa dan meminta Nanda menggantikan.
Tapi begitu tahu itu Nindhy, gadis yang Adrian suka, langsung saja Nanda memberitahu Adrian. Anggap saja itu sebagai cara Nanda membantu Adrian mendapatkan gadis cantik yang sulit untuk didekati taruna itu.
"Boleh ikut gabung, Dek?" tanya Adrian. Sudah berada di meja Nindhy.
Nindhy yang sedang memainkan handphonenya mengangkat wajah. Langsung saja ia bertemu pandang dengan wajah tampan Adrian yang sudah diakui banyak kaum hawa. "Nggak boleh. Ngapain ke sini sih, tuh temannya sendirian."
"Mau ketemu kamu, btw ... kita belum kenalan kan?"
"Adrian kan nama kamu? Bukannya semalam udah, padahal aku nggak tanya? Dasar pelupa!"
Adrian menahan gemas melihat betapa juteknya gadis di depannya. Untung Adrian sabar jadi dia tetap senyum Pepsodent. Tapi kalau tidak sabar juga, Adrian akan tetap di sini. Tekadnya, hari ini ia harus mengetahui nama anak gadis gubernur yang jarang terekspos ini.
"Bukan lupa, cuma mau mengulangi. Soalnya saya belum tahu nama kamu."
Tangannya kembali terulur, mengajak Nindhy berkenalan sekali lagi. "Adrian ... nama kamu?"
Tak disangka, Nindhy membalas jabatan tangannya. Adrian menegang merasakan kulitnya yang halus bersentuhan dengan tangan besarnya. Hatinya berbunga seketika. Ternyata Nindhy tidak sekeras yang ia kira.
"Aku tahu kalau kamu nggak diladein pasti bakal ganggu aku terus. Aku Nindhy."
"Sempurna ..." gumam Adrian yang terdengar Nindhy.
"Iya aku tau itu arti namaku, kenapa?"
"Cocok sama kamu, Dek ... sempurna."
"Alah, gombal!" Adrian terkejut. "Basi tau nggak denger gombalan taruna. Nggak bakal bikin aku senyum-senyum sendiri ya PakTar."
"PakTar?" tanya Adrian, tak mengerti.
"Pak Taruna."
Kali ini Adrian tak menahan senyum dan kekehannya. Nindhy baginya sangat lucu dan menggemaskan. Sangat berbeda dengan semalam yang cuek bebek dan tidak mau mengenalnya. Sekarang malah memberi panggilan sayang untuknya. Ah, ia harus memikirkan traktiran untuk Nanda setelah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still, San!
General Fiction" ... pacarnya ngambekan, mending sama saya aja, Dek. Taruna loh saya, ganteng, gagah ... kurang apalagi coba?" "Taruna? Iiyeuhh ... sorry nggak minat!" tandas gadis yang dikenal paling ilfeel sama taruna/tentara/polisi/abdinegara. "Alah sok-sokan...