Still, San! - Chapter 7

405 40 6
                                    

Adrian : Nin, chevron saya di kamu?

Sampai rumah setelah menonton film dan makan bersama Gesandi, Nindhy membuka handphone dan mendapati Adrian mengiriminya sebuah pesan. Dia langsung membuka totebag dan menemukan dua buah chevron di dalamnya.

"Aduh ... pake kebawa lagi, harus ketemu lagi gitu?"

Nindhy menatap chevron di tangannya, "di kirim aja kali ya lewat kurir, biar nggak usah ketemu PakTar super nyebelin itu."

Nindhy : iya, nanti aku kirim lewat kurir

Adrian : ribet banget, ketemu langsung kan bisa

"Modus terosss ..."

"Siapa yang modus?" sambung sebuah suara dari arah pintu kamar. Ada Angkasa di sana.

Angkasa adalah satu-satunya kakak Nindhy yang masuk ke mantra yang berbeda dari sang Ayah, Gala, maupun Dihyan. Ayahnya memang membebaskan anak-anaknya untuk memilih mantra mana saja jika memang berniat menjadi tentara. Tidak ada paksaan, bahkan anaknya ia bebaskan tidak harus menjadi seorang prajurit sepertinya. Namun, mungkin darah militer yang mengalir dalam tubuhnya membuat ketiganya sama-sama memiliki keinginan yang sama, mengabdi pada ibu Pertiwi.

TNI Angkatan Udara yang Angkasa pilih. Dia menyukai segala hal tentang aviasi. Keinginannya untuk bisa menerbangkan pesawat tempur pun sudah tercapai. Letda (Pnb) Dwi Angkasa Ardhana S.Tr (Han) peraih Adhi Makayasa AAU dan mendapatkan predikat sebagai lulusan terbaik dalam sekolah penerbangnya. Sekarang dia sedang dinas di Lanud Adi Sutjipto, Yogyakarta.

"Kak Aksa, aku mau cerita, tapi jangan dipotong sampai aku selesai."

Angkasa duduk di samping Nindhy. Dia menatap penasaran adiknya yang memiliki wajah cantik alami. Kalau kata juniornya sih, 'cantiknya nggak ngebosenin, ditatap sekali nggak cukup, harus berkali-kali'. Meski ini bukan kali pertama Nindhy menjadikan ia sebagai pendengar ceritanya.

"Jadi, ada cowok yang katanya suka sama aku ..."

"He'em, terus?"

Nindhy menghela nafas, "jangan dipotong, jangan bilang terus. Kak Aksa dengerin dulu!"

Sorry, kata Aksa tanpa bersuara.

"Sebenarnya aku bingung buat cerita tentang ini. Soalnya menurut aku ini aneh, kita ketemu juga karena dia ngerusuhin aku sama Haris yang lagi jalan, Bang Dihyan udah cerita kan soal aku sama Haris putus karena ada cowok yang ngaku-ngaku aku pacarnya dia? Nah, dia itu, Kak, cowoknya. Nyebelin banget kan? Baru ketemu, ngerusuhin hubungan orang, eh ngaku naksir sama aku. Sampai situ aja udah aneh banget."

Sesi curhat itu mengalir lancar. Angkasa dengan saksama mendengar semuanya dan mencatat poin-poin penting yang dia dengar. Sesekali ia juga disalah fokuskan oleh ekspresi Nindhy yang terlihat menggebu-gebu.

"Menurut Kak Aksa dia serius apa cuma penasaran doang sama aku?" tanya Nindhy, sebagai akhir dari cerita panjangnya.

"Kalau dia serius harusnya dia nemuin kami, Dek."

Kami, satu kata yang bisa membuat cowok-cowok sekolahnya yang menyukai Nindhy mundur teratur. Gala, Aksa, dan Dihyan adalah momok menakutkan bagi mereka. Katanya mereka lebih memilih bertemu dengan hantu daripada menghadapi ketiga kakak Nindhy untuk meminta izin memacari adik tersayangnya itu.

Still, San!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang