1. ⭐

2.9K 391 22
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

"Loh Mas? Mbak Luna mana?" Tanya Yesya heran.

"Lah bukannya udah masuk daritadi?" Balas Rendy tak kalah heran.

"Ngarang! Kan Mbak Luna sama lo! Gue naik duluan tadi. Lupa?"

Kepanikan mulai merambati Rendy. "Tadi gue tinggal ben–"

"LO TINGGAL? GILA LO?" Sembur Yesya yang membuat suasana semakin keruh.

Rendy berdecak. "Language please. Diem dan dengerin penjelasan gue dulu. Tenang."

"Ck! Yaudah cepet! Kita kudu nyari Mbak Luna!"

"Tadi gue ninggalin Luna di jarak dua unit doang sumpah! Dia masih bisa nyaut kok, nggak terlalu teler. HP gue ketinggalan di mobil Sya, ya gue ambil dulu." Jelas Rendy.

"Gimana sih Mas? Harusnya lo nganter Mbak Luna dulu, baru balik ke mobil!" Yesya menggigiti kukunya gelisah.

"Ya.. ya gue takut Indy–"

"Ngambek?" Potong Yesya dengan malas. "Aturan mah lo lagi kerja ya Mas, dahulukan pekerjaan dong! Pacar mah nanti dulu. Dasar bucin!" Yesya kesal bukan main.

"Dibanding lo marah-marah gini, mending kita cari Luna!" Balas Rendy sewot. "Kita cari dulu atau langsung lapor pihak keamanan nih?"

"Sebentar Mas, gue baru bisa mikir. Kita jangan jangan gegabah dulu. Berabe nanti kalo masuk berita. Coba gue telfon ke nomor Mbak Luna dulu ya." Ucap Yesya sembari menekan tombol hijau.

"Gimana?"

"Nyambung Mas!"

"Halo."

Yesya membeku.

"Halo?"

"Sya? Gimana?"

Yesya masih diam.

"Ck! Sini lah gue aja." Rendy merampas gawai Yesya.

"Halo." Sapanya.

"Iya halo."

Netra Rendy membulat. Ia menatap Yesya yang masih shock.

Sambungan belum terputus. Rendy mendengar helaan napas panjang sarat kekesalan di seberang sana.

"Jika anda sedang mencari pemilik ponsel ini, dia ada di unit apartemen saya. Nomor 404. Tolong segera kemari dan jemput dia. Terima kasih."

Sambungan terputus.

"MAS GIMANA INI?? SUARANYA COWOK!!!" Jerit Yesya setelah menguasai diri.

"Ssttt diem! Gue pusing. Ayok cepet ke sebelah!"

Rendy memutar tubuhnya dan berjalan ke arah pintu dengan Yesya yang mengikuti di belakang.

***

Airlangga tidak memiliki pilihan lain selain membawa perempuan asing itu ke dalam unit apartemennya. Ia tak sejahat itu untuk meninggalkannya di luar meski sebetulnya Airlangga ingin. Dirinya masih kesal tentu saja.

Airlangga menjatuhkan perempuan asing itu ke sofa. Ia melangkah menuju laundry room. Saat kembali, Airlangga menopang dagu dengan bingung sembari menatap perempuan yang tertidur pulas itu. Haruskah ia mencari kartu indentitas atau gawainya sekarang? Atau sebaiknya ia mandi terlebih dahulu?

Getaran gawai seperti menjawab kebingungannya. Airlangga mendekat dan membuka mini bag perempuan itu. Dikeluarkannya gawai itu dan tanpa pikir panjang, ia menerima panggilan tersebut.

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang