47. ⭐

1K 151 14
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

Tolong dibaca sampai bawah ya^^

***

Content warning: sexual harassment

Flashback.

Sudah satu jam lamanya Kaluna berbincang-bincang tentang banyak hal dengan Hendrawan—salah satu producer ternama di industri perfilman Indonesia.

Beberapa kudapan yang tersaji juga sudah Kaluna cicipi sebagai bentuk kesopanan.

"Kamu sudah baca script nya, kan? Kamu tertarik?"

"Ceritanya menarik. Riani karakter yang luar biasa dengan keterbatasan yang ia punya." jawab Kaluna dengan antusias.

"Saya yakin kamu cocok dengan karakter Riani ini." ucap Hendra untuk kesekian kalinya.

"Saya berharap begitu Pak," balasnya senang.

"Apa kamu masih berhubungan dengan Iriana?" tanya Hendra dengan topik yang berbeda.

Kaluna menggeleng. "Tidak, Pak. Dari awal memang kami tidak begitu dekat. Hanya sebatas rekan kerja saja." Ia menjawab jujur.

Hendra mengangguk mengerti.

"Sangat disayangkan karirnya berakhir dengan buruk. Padahal dia aktris yang luar biasa."

Kaluna hanya tersenyum sungkan. Ia tidak berani berkomentar yang macam-macam di depan orang penting macam Pak Hendrawan.

"Tapi Iriana ini bisa memuaskan saya." ujar Hendra dengan seringai aneh.

Kaluna menelan ludahnya. "Akting kak Iriana memang bagus. Saya belajar banyak dari dia."

Tatapan aneh Hendrawan kini mengarah pada Kaluna. "Ya, kamu harus belajar dari Iriana bagaimana cara memuaskan saya atau director."

Hanya perasaannya saja, atau memang benar jika ada yang tak beres dari perkataan pria di hadapannya ini?

Kaluna menggelengkan kepalanya dan berusaha berpikir positif.

Kaluna berdeham. "Maaf Pak sebelumnya, satu jam lagi saya ada pemotretan jadi jika tidak ada–"

"Kenapa buru-buru, temani saya dulu." sahutnya sembari meraih lengan Kaluna dan meremasnya seduktif.

Kaluna reflek melepaskan telapak tangan pria itu. Mendapat respon yang tak bersahabat dari gadis itu, Hendra lantas melepas topeng ramahnya.

"KAMU PIKIR KAMU SIAPA HAH BERANI MENOLAK SAYA?!" bentaknya sembari berjalan mendekati Kaluna.

Meski ketakutan setengah mati, Kaluna berusaha menjauhkan dirinya dari pria itu.

"Pak maaf, tolong jangan begini!" Kaluna memohon.

"ARGH!" jeritnya ketika Hendra berhasil menangkap lengannya dan mendorongnya ke sofa.

Airmatanya siap tumpah kapan saja dan tubuhnya bergetar ketakutan.

"KAMU PIKIR AKTRIS HEBAT KAYAK IRIANA BISA SEGAMPANG ITU SUKSES KALAU BUKAN KARENA ORANG-ORANG SEPERTI KAMI??"

Airmata Kaluna akhirnya tumpah membasahi pipi. Isakannya sungguh menyayat hati, tapi sepertinya Hendrawan berpikir sebaliknya.

"Kamu tau? Iriana di masa debutnya berani menjual tubuhnya demi kesuksesan. Ia dengan suka rela menyerahkannya. Kenapa kamu tidak mau, hm?" bisiknya sembari mengendus rambut Kaluna di dekat lehernya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang