29. ⭐

1.5K 303 54
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

Jujur, pilihannya untuk terjun ke dalam industri perfilman memang tidak dipikirkan matang-matang olehnya. Sebut saja Kaluna naif, ia nekat memasuki dunia ini tanpa banyak persiapan. Contohnya, persiapan untuk menghadapi orang-orang seperti Iriana ini.

Kaluna tersenyum tipis. "Makasih, Kak. Aku masih perlu belajar lagi."

"Oh itu jelas. Kamu memang harus banyak belajar lagi." Sarkasnya. "Semangat ya," Setelahnya, Iriana berbalik pergi.

Kaluna menghembuskan napas lega.

"Dari awal gue liat dia ya Mbak, gue udah mikir tuh perempuan aslinya nyebelin, nggak kayak imagenya di publik!" Cerocos asistennya.

"Ssstttt diem. Bahaya kalo ada yang denger." Tegur Kaluna.

"Hehe maap, soalnya gatel banget pengen nonjok muka songongnya!"

"Yaudahlah. Eh btw, aku tinggal satu adegan lagi kan hari ini?" Tanya Kaluna.

"Iya Mbak bener. Nggak sampe malem kok hari ini." Jawab Yesya.

Lantas, Kaluna membolak-balikan naskahnya. Dibanding memikirkan Iriana, lebih baik ia fokus dengan adegan selanjutnya.

Belum ada lima menit, fokusnya terpecah. Bukan karena Iriana, bukan pula karena Dimitri apalagi Ryan. Tetapi karena Airlangga!

Lebih tepatnya, Kaluna teringat akan ciuman mereka semalam. Lantas, ia menutup wajahnya yang memerah dengan naskah di tangannya.

Di tengah-tengah padatnya syuting, kenapa pikirannya selalu bermuara pada lelaki itu?

***

"Abis ini kamu ada kejuaraan apa lagi, Ngga?" Tanya Alisa sesaat mereka selesai makan malam. Omong-omong, mereka hanya berbincang akrab saat selesai makan saja.

"Belum ada. Masih off season. Tapi buat yang kemaren menang Proliga sih main di AVC."

"Oh gitu.. kemaren kamu dapet emas kan ya pas SEA Games? Bonusnya lumayan tuh," Alisa terkekeh kecil.

Airlangga ikut terkekeh. "Belum cair Kak, biasanya sebulan setelah itu. Nggak tau juga sih,"

"Angga, aku boleh tanya? Apa alasan kamu menggeluti voli?"

"Yang jelas karena aku suka dan aku udah kenal voli dari balita." Airlangga menerawang. "Karena mediang Eyang juga sih. Beliau yang ngenalin voli ke aku sampai aku secinta ini. Bisa dibilang, aku melanjutkan cita-cita beliau yang nggak tercapai, Kak." Lanjutnya dengan senyuman simpul.

Senyumannya menular pada Alisa. "Kamu pasti sayang banget sama kakekmu."

Airlangga mengangguk. "Banget. Eyang yang bikin duniaku nggak sesuram itu. Bayangin kalau Eyang nggak ngenalin voli ke aku, nggak tau jadi apa aku sekarang."

"Jadi kayak abang sama adekmu pasti."

Airlangga berdecak. "Ogah banget jadi robot."

Diam-diam, Alisa tersindir.

"Mereka persis banget tuh kayak Papa. Meski Bang Adin mukanya lebih ke Mama. Tapi keduanya bener-bener cetakan Papa." Ucapnya lagi.

Alisa menggeleng. "Enggak. Justru kamu yang paling mirip sama Papamu."

"Hah?"

Alisa menimbang-nimbang sebelum berkata, "Kamu itu.. Papamu versi berhasil, Angga."

"Berhasil.. apa?" Tanyanya tak mengerti.

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang