7. ⭐

1.7K 315 30
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

Pintu tertutup.

"Mas Adin ngapain kesini?" Tanya Alisa heran.

Adinata mendengkus. "Disuruh Mama."

"Tante Hana?"

"Memangnya saya punya berapa Mama?" Sarkasnya.

Alisa menipiskan bibirnya. Ia lupa jika Adinata tidak bisa diajak berbasa-basi.

"Maaf." Cicitnya.

Adinata menghembuskan napas lelah. "Mama nyuruh saya buat ngajak kamu pergi. Tapi kamu tau kan kalau itu sangat merepotkan? Akhirnya saya memutuskan ke rumah kamu aja." Jelasnya.

"Ah gitu.." Alisa bingung mau menjawab apa.

"Saya pinjam kursi dan mejamu." Adinata berucap datar.

Alisa mengerjap. "Eh?"

"Tidak boleh?"

"Boleh boleh boleh. Boleh kok." Balas Alisa panik.

"Terima kasih." Ucapnya pelan.

Adinata mengeluarkan beberapa lembar kertas dan tablet miliknya dari dalam tas kerjanya. Bahkan Alisa baru menyadari keberadaan tas kerja calon suaminya.

"Mas mau.. kerja?"

"Ya."

"Mau aku sediain sesuatu? Mungkin kopi atau–"

"Cukup kamu tidak berisik dan ganggu, its fine. Tidak perlu repot-repot." Potongnya.

"Oke.." Balas Alisa pelan. Lebih baik ia menurut daripada mendapat balasan tajam.

Tak terasa satu jam sudah terlewati. Demi Tuhan, Alisa sedari tadi tak fokus dengan novel di pangkuannya. Entah apa isi ceritanya, yang jelas setiap satu menit sekali netranya melirik punggung Adinata yang sedang serius di ujung sana.

Ini adalah pertama kalinya Alisa berduaan dengan seorang pria di dalam kamar. Walaupun tidak ada hal aneh yang terjadi. Tapi tetap saja, Adinata adalah pria pertama yang memasuki kamarnya. Ruangan privasinya. Bagaimana mungkin Alisa tidak gugup? Ia sangat gugup!

Tiga puluh menit setelahnya, Alisa tak tahan.

"Mas, aku mau ke bawah dulu ya." Pamitnya tanpa melirik Adinata sama sekali.

Tak ada jawaban.

Masa bodoh lah, Pikirnya.

"Loh kok kamu turun?" Tanya Shalina.

"Mau minum."

"Kamu kok lupa nggak kasih Adin apa-apa sih? Nih Mama udah siapin. Nanti dibawa ya pas balik. Omong-omong, kalian ngapain aja?" Tanya Shalina penasaran.

Alisa menghela napas. "Nggak ngapa-ngapain."

"Eh? Nggak ngobrol juga?"

"Ah i-iya ngobrol."

"Yaudah cepetan sana balik. Jangan bikin Adin nunggu lama!"

"Iya Ma."

Alisa memasuki kamarnya. Keheningan menyapanya. Ia melangkah menuju tempat dimana Adinata berada.

Seketika Alisa tertegun. Adinata tertidur entah sejak kapan. Dengan pelan, ia meletakkan secangkir kopi dan beberapa toples berisi camilan. Netranya bergerak—memindai wajah calon suaminya yang damai. Tanpa sadar, tangannya terulur. Suara notifikasi dari gawai Adinata menyadarkan Alisa. Ia mengerjap dan bergerak mundur.

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang