8. ⭐

1.6K 295 19
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

"Mala, gue titip HP ya. Mau ke toilet dulu." Ucap Senandika.

"Oh iya Mas."

"Sena aja sih." Balasnya sebelum melangkah pergi.

Nirmala-asistennya hanya tersenyum kikuk.

"Wow, lihat siapa ini." Suara tajam nan angkuh menahan langkah Senandika yang akan memasuki toilet pria.

"Lo ngomong sama gue?" Balas Senandika kalem.

"Menurut lo?"

Senandika mengangkat bahu. "Entah." Tungkainya kembali berjalan.

"Kenapa?"

Lagi-lagi perempuan itu menahannya.

"Kenapa apa?" Senandika menoleh.

"Kenapa lo ambil project ini? Bukannya lo benci sama gue?"

Senandika tak langsung menjawab. Maniknya terpaku pada manik perempuan itu yang memancarkan berbagai emosi. Keheningan menyelimuti keduanya.

"Karena-"

"Ah karena nggak ada tawaran lain ya." Perempuan itu terkekeh pongah.

Senandika tertegun. Sekelebat emosi yang tadi ia tangkap, hilang dalam sekejap. Perempuan itu benar-benar aktris papan atas. Mampu berakting dimana dan kapan saja.

"Iya deh yang projectnya dimana-mana. Gue mah apa dibanding Stella jeruk." Balas Senandika sekenanya.

Wajah Stella merah padam. "Bilang apa lo tadi?"

"Stella jeruk." Senandika menjulurkan lidahnya.

"DASAR SENAR GITAR!"

"APA??!"

"Permisi.. maaf ganggu. Saya mau ke toilet."

Keduanya menoleh. Diliat dari tanda pengenal, sepertinya perempuan itu salah satu kru film.

"Oh iya silahkan Mbak. Yaudah Sena, gue duluan ya." Stella memasang senyum manis yang dibuat-buat.

"Iya silahkan Mbak. Oh iya La, gue mau ke toilet dulu hehe." Balas Senandika tak kalah manis.

Mereka harus terlihat akrab agar tak dicurigai. Dan itu sangat merepotkan.

"Mas Senandika tolong agak dipercepat ya, Pak Hendra sudah datang. Sebentar lagi proses reading akan dimulai." Ucap kru tersebut.

"Baik Mbak. Terimakasih."

***

"Gimana Sa meetingnya?"

"Hmm ya gitu."

"Gitu gimana?"

"Lancar i guess? Beliau setuju."

"Etdah ya ceritain dong detailnya! Eh btw berisik amat? Lo lagi dimana?"

"Lagi antri di Starbucks."

"Ye pantesan. Yaudah deh gue titip. Americano ya Sa."

Seorang perempuan berjalan melewatinya dari arah berlawanan. Angkasa membeku. Suara Brian tak didengarnya dengan jelas. Perempuan itu seperti seseorang yang sangat Angkasa kenali.

Sebentar, apakah ia sedang berhalusinasi?

Tidak. Angkasa rasa tidak.

Dengan cepat ia berbalik dan berlari keluar. Mencari keberadaan perempuan itu yang sudah berbaur dengan keramaian. Bahkan Angkasa lupa jika sambungannya dengan Brian belum terputus. Teriakan Brian di ujung sana tak diacuhkannya.

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang