6. ⭐

1.7K 307 26
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

"Masih sakit perutnya?" Kaluna langsung berdiri dari duduknya ketika Airlangga datang dari arah kamar mandi.

Tidak perlu ditanya, wajah Airlangga keruh seperti biasa jika berhadapan dengan bocah kematian ini.

"Kenapa lo bisa masuk?"

"Eh? Mas nggak sadar ya? Tadi kan aku ngikut di belakang Mas. Kecuali ke kamar mandi sih hehe." Kaluna terkekeh.

Airlangga semakin dongkol saja mendengar balasan itu.

"Yaudah sono lo keluar." Usirnya.

Kaluna menggeleng dramatis. "No no. Yesya lagi beli obat diare. Jadi sebelum dia dateng aku mau nungu disini." Tangannya bersedekap.

"Terserah lo deh!"

"Mas! Aku mau liat susunya dong! Yang expired itu." Pintanya.

Airlangga mendesah lelah. "Ke dapur aja sono. Liat sendiri."

"Boleh?"

Dengan terpaksa, Airlangga mengangguk. Tubuhnya lemas luar biasa.

"YEAY!" Kaluna berseru senang.

Kenapa sih tuh bocah, Batin Airlangga heran.

"Wah iya beneran expired. Kok aku nggak sadar sih. Kasian banget mas atlet." Ujar Kaluna.

Perempuan itu lantas melihat-lihat isi kulkas, tiba-tiba wajahnya sumringah. Ia berlari ke hadapan Airlangga yang lemas.

"Mas! Buah yang aku kasih beneran dimakan. Susunya juga diminum walau jadi sakit begini. Aku terharu." Ucapnya heboh.

"Hah?" Airlangga menatap Kaluna dengan heran. "Ngomong apa sih lo bocah?!"

"Intinya aku seneng karena Mas atlet nggak ngebuang pemberianku." Jelasnya.

Airlangga berdecak. "Gue nggak sejahat itu sih ngebuang pemberian orang yang udah gue terima. Kalo gue nggak mau ya udah gue tolak dari awal."

"JADI MAS MAU YA SAMA PEMBERIANKU?"

Airlangga rasa, energinya akan habis jika ia terus meladeni perempuan ini.

"Ya karena lo maksa terus. Dan gue males liat lo lagi jadi gue terima aja eh nggak taunya jadi begini." Ucapnya dongkol.

"Oh iya, Mas atlet kok jadi ngomong lo-gue ke aku???" Protes Kaluna.

"Soalnya gue baru sadar kalo gue nggak perlu hormat sama bocah kematian." Tandasnya.

"Aku bukan bocah! Aku udah dua puluh tiga tahun!"

"Diem ah gue mau tidur! Kalo obatnya dah dateng, lo cepet keluar dari sini."

"Dih galak banget. EH IYA LUKANYA BELOM DIOBATIN!" Kaluna berseru panik.

"Nggak usah, luka gini doang." Airlangga berbaring di sofa dan memunggungi Kaluna.

"Dimana kotak obatnya Mas? Aduh, aku nggak bisa balik ke sebelah soalnya ntar nggak bisa masuk kesini lagi." Gumam Kaluna.

Hening. Kaluna berdiri dalam diam sembari berpikir.

"Ah, aku chat Yesya aja kali ya? Suruh dia mampir ke sebelah dulu ambil kotak obat. Ide bagus Kaluna!" Lanjutnya dengan heboh. "Eh sebentar.. HP aku mana ya?" Kaluna meraba-raba kemeja dan saku celana jeansnya. "Loh kok nggak ada? Aduh gimana ini?"

Kaluna berjalan mondar-mandir. "Tenang Lun, tenang. Ayo inget-inget tadi kamu masuk kesini tuh kemana aja. Pertama duduk di sofa itu abis itu ke dapur aja udah. Oke, aku cek ke dapur dulu deh karena sofanya lagi buat tidur." Ia melangkah menuju dapur.

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang