20. ⭐

1.5K 284 45
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

Tolong dibaca sampai akhir ya🙏🏻
Ada beberapa hal yang mau aku omongin. Terima kasih.

***

Kaluna menarik napas panjang, berusaha untuk tidak sakit hati atas perkataan atasannya barusan. Kaluna tahu, ia sangat tahu jika dirinya belum memberikan keuntungan yang berarti untuk perusahaan. Kaluna sangat sadar jika karirnya di industri perfilman masih di level bawang. Oleh sebab itu, ia menekan perasaan yang menderanya. Pak Abas benar, pria itu membicarakan fakta yang ada.

"Kamu tau? Kalau bukan karena Iriana, kamu mungkin nggak akan bisa dilirik oleh Ryan. Kamu tau kan sebesar apa namanya di dunia perfilman? Ini kesempatan bagus untuk karirmu. Katakanlah project ini bisa menjadi batu loncatan karirmu kedepannya. Makanya, kamu harus terima kasih ke Iriana alih-alih marah ke saya." Ucap Abas panjang lebar.

Kaluna menunduk. Diam-diam menyetujui ucapan pria itu.

"Kalau kamu mau mundur ya silahkan. Tapi uang penalty, kamu yang bayar. Itu belum kerugian dari nama baik perusahaan kita. Kamu pikir kalau kita putus kontrak, Ryan dan PH itu bakal kasih kesempatan yang lain di kemudian hari? No. Bahkan karir Iriana pun terancam. Dan itu semua gara-gara kamu. Kamu udah dewasa kan? Silahkan kamu pikirin itu matang-matang, baru putuskan." Abas semakin menatapnya dengan tajam.

Kaluna membasahi kerongkongannya yang kering. Ia sangat amat mampu membayar uang penalty. Namun Kaluna tak ingin menggunakan uang orangtuanya untuk keinginan egoisnya. Apalagi ia teringat akan ucapan kakaknya. Kaluna tak ingin menjadi beban keluarganya lagi. Orangtuanya telah memberikan kesempatan pada dirinya untuk mengejar impiannya. Bukannya ia sangat jahat jika tetap mengikuti egonya? Bukankah Kaluna tak tahu diri jika ia menolak tawaran ini dan tetap pada zona amannya?

"Maaf Pak. Maafkan sikap gegabah saya barusan. Saya akan mengambil kesempatan ini sebaik mungkin. Saya akan berusaha memberikan banyak keuntungan untuk perusahaan ini." Balas Kaluna akhirnya-setelah berhasil mengalahkan egonya.

Anas menyeringai. "Bagus. Nah begitu Lun, kamu harus berambisi dan melakukan segala hal yang kamu bisa untuk mencapai puncak dari karirmu."

Kaluna tak membalas perkataannya.

***

"Babe, aku lapeeer. Capek banget seminggu ini aku ada operasi eum berapa ya. Oh, empat kali. Gila kan? Ayo pijitin aku." Rengek Vella pada kekasihnya.

Rangga tersenyum. "Yaudah ayo ke ruanganmu, aku pijitin."

"Kiss dulu." Bisiknya manja.

"Babe, ini kita lagi di koridor rumah sakit loh." Balas Rangga mengingatkan.

"Nggak ada pengunjung atau pasien yang lewat sini please deh. Ayo cepetan mumpung sepi!"

"Ke ruanganmu aja ayo."

"Maunya disiniiii"

Rangga menghela napas pasrah. "Yaudah." Lantas ia mendekatkan wajahnya pada kekasihnya yang sudah memejam.

"Disgusting."

Keduanya terperanjat kaget dan menjauh dengan spontan.

"Devina?" Seru Vella dengan raut terganggu. "Kok disini? Ini kan bukan departemenmu!"

Devina memutar matanya. "Tapi rumah sakit ini tempat kerjaku."

Vella mendengkus. Devina Wijaya adalah saingannya dulu saat mereka menjadi mahasiswa.

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang