23. ⭐

1.3K 266 43
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

Disarankan bacanya pas online ya, ada sedikit socmednya di bawah hihi^^

***

"Abis ini schedule gue apa ya, Kak?" Tanya Stella pada managernya.

"Nanti malem, ke acara Bisik-Bisik Tetangga." Jawab Adistya.

Dari Stella mengerut. "Acara apaan, tuh?"

"Ya bincang-bincang biasalah.."

"Stop kirim gue ke acara nggak jelas, please.." Ucap Stella dengan nada memohon.

"Ya elo yang ngomong ke Bos sana." Jawab Adistya tak acuh.

"Lo mah gitu." Decih Stella. "Eh, gue cocok enggak sih, pake poni begini?" Lanjutnya.

"Cocok. Makin fresh aja gitu, image lo jadi kayak lebih bersahabatlah intinya." Balas Adistya.

Benar, Stella baru saja memotong poninya dan mengubah gaya rambutnya. Sekarang mereka sedang berada di salon langganannya. Bisa dibilang, langganan beberapa selebriti yang lain juga.

"Yaudah, yuk balik!" Ajak Stella.

"Beb, itu bukannya.." Adistya tak melanjutkan perkataannya.

Stella mendengkus. "Lo ambil mobil dulu aja Kak, gue mau ngobrol sebentar sama dia." Bisiknya.

"Oke. Jangan aneh-aneh ya!" Ucapnya memperingatkan.

Stella bangkit berdiri ketika Senandika menghampirinya.

"Ngapain disini?" Tanya Senandika berbasa-basi.

"Menanam padi! Menurut lo aja, kalau di salon ngapain?!" Sarkasnya.

Senandika berdecak. Lantas mengamati penampilan Stella yang baru. "Lo potong poni?" Ledeknya dengan kekehan.

"Berisik deh lo!"

"Galak banget, lagi datang bulan?" Dengkus Senandika.

Stella memalingkan wajahnya dengan kesal. Tiga detik kemudian, ia menatap Senandika ketika teringat akan sesuatu.

"Lo udah denger kabar your girlfriend main project gede belum?"

Senandika kebingungan. "Your-apa? Sori, tapi gue nggak punya pacar."

"Si Luna Luna itu, bukan pacar lo memangnya?" Sindir Stella.

"Ck! Lo nggak usah nyebarin rumor nggak jelas kayak Lambe Turah dong!" Decaknya. "Btw.. project apa?"

"Series gitu, adaptasi novel best seller."

Senandika manggut-manggut.

"Wah, lo nggak dikasih tau? Hmm.. ternyata beneran bukan pacar lo ya," Cibir Stella.

"Lo-"

"Eum.. Mas Sena?" Potong Nirmala.

"Kenapa Mal?"

"Dipanggil Bang Avan suruh cepetan." Balasnya dengan tak enak.

Stella menaikkan sudut bibirnya ketika melihat tangan Senandika yang mengusak puncak kepala Nirmala.

"Oke, abis ini gue kesana." Ucapnya lembut.

Nirmala segera mengundurkan diri dari sana.

"Lo dari dulu memang nggak berubah ya. Suka kasih harapan ke semua cewek." Stella berucap sinis.

"Hah?"

"Sekali brengsek, tetap brengsek!" Desis Stella sembari pergi meninggalkan Senandika di sana.

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang