13. ⭐

1.5K 297 51
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

Baik Kaluna dan Leon sama-sama berdiri sewaktu Dokter Asri keluar dari kamar Airlangga.

"Gimana dok?"

"Hanya demam biasa. Dia membutuhkan istirahat yang banyak. Nanti kalau dia bangun, tolong beri obat yang sudah saya sediakan di meja kamarnya." Ucap wanita paruh baya itu ramah.

Keduanya menghembuskan napas lega. Dokter Asri yang melihat itu hanya tersenyum lembut. "Daya tahan tubuh Angga memang yang paling kuat dibanding kakak dan adiknya. Tetapi dia juga anak yang keras kepala. Angga selalu memforsir dirinya gila-gilaan untuk sesuatu yang disenanginya. Ya beginilah akhirnya, tumbang."

Leon mengangguk keras. "Bener." Sahutnya setuju.

"Jadi tolong dengan sangat ya, kalau dia bersikap keras kepala setelah bangun, tolong tetap paksa dia untuk istirahat dan meminum obat. Jangan kasih kelonggaran apapun. Oke?"

"Baik, dok." Kaluna mengangguk.

Perhatian Dokter Asri teralihkan padanya. "Kamu.. pacarnya?"

Kaluna salah tingkah. "Eum.. bukan." Jawabnya dengan canggung.

Beneran cuma temen nananina anjir!, Batin Leon.

Senyuman ramah masih terpatri di bibir si dokter. "Begitu. Saya minta tolong ya ke kalian, tolong sediakan makanan bergizi buat Angga. Jangan ijinkan dia makan makanan instan. Dan juga, jangan beri dia alkohol, kopi atau soda. Mengerti?"

"Mengerti dok,"

"Kalau begitu, saya pamit."

"Maaf ya dok, karena harus kesini. Angga nggak mau ke rumah sakit soalnya." Ucap Leon seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Tidak apa-apa. Sudah tugas saya." Jawabnya. "Sepertinya Angga memang membenci rumah sakit sejak kejadian itu.." Lanjutnya dengan sedih.

Kaluna menegakkan tubuhnya. Kejadian apa?

"Tolong jaga Angga ya, mari." Dokter Asri berlalu.

Leon mengantar beliau sampai pintu. Sedangkan Kaluna kembali ke kamar Airlangga. Mendekati ranjang dan mengamati Airlangga yang masih terpejam.

"Cepat sembuh Mas," Bisiknya dalam keremangan.

***

Hal pertama yang Airlangga lihat setelah membuka mata adalah langit-langit kamar apartemennya. Ia mengernyit. Mencoba menarik kembali kepingan memori sebelum dirinya tumbang. Ah benar, ia demam dan akhirnya kembali ke apartemen diantar Leon. Dimana lelaki itu?

"Dah bangun lo?"

"Hm."

"Ayo bangun, makan bubur abis itu minum obat."

"Dokter Asri dateng semalem?" Tanyanya serak.

Leon mengangguk. "Nggak cuma beliau, sex partner lo juga dateng. Nih, dia yang masak buburnya." Balasnya dengan cibiran.

"Hah? Partner.. apa?"

"Nggak usah sok hilang ingatan lo." Dengkusnya.

"Lo ngomong apa sih? Gue nggak paham. Jangan bikin kepala gue makin pusing." Balas Airlangga yang sedang mencoba bangkit.

"Oh lo bisa ngerasa pusing juga ya?" Sindir Leon. Meski berkata pedas begitu, ia bantu menyangga tubuh Airlangga agar tak jatuh.

Setelah menyuap beberapa sendok bubur dan meminum obat, Airlangga bersandar di kepala ranjang. Menatap lurus sahabatnya.

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang