28. ⭐

1.4K 283 69
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

Beberapa detik terlewati dengan keheningan.

Kaluna mendecakkan lidahnya. "Mas? Nggak mau jawab?" Desaknya tak sabar.

Airlangga menghembuskan napas panjang. Tak ada gunanya berkelit di hadapan bocah kematian ini.

"Rasanya ya kayak ciuman." Jawab Airlangga sekenanya.

Dahi Kaluna berkerut. "Hah?"

Jawaban macam apa itu?

"Rasanya ciuman ya kayak ciuman lah, apalagi?" Airlangga menghindari tatapan tajam Kaluna.

"BOHONG!"

"Dih, bocah kayak lo ngerti apa?!" Balas Airlangga galak.

"Yang bener dong jelasinnya!" Kaluna mencebik kesal.

"Lah, lo juga ciuman kan kemaren, kenapa nggak tanya sama diri lo sendiri?"

Perdebatan macam apa ini?

Wajah Kaluna memerah. Dalam sekejap, kekesalannya berubah menjadi rasa malu.

"Y-ya k-kan aku lupa!!"

"Yaudah, derita lo berarti."

"Yaudah, ganti pertanyaan!" Kaluna berusaha mempertahankan harga dirinya dengan memberi lelaki itu pertanyaan yang lain.

Airlangga mendengkus. "Apa?"

"Mas Banyu.. suka engga.. sama ciuman kemarin?"

Kaluna meremat gaun rumahannya dengan kencang. Demi Tuhan, Kaluna tahu ia akan menyesalinya nanti tapi justru dirinya akan lebih menyesal jika tak melontarkan pertanyaan ini.

Airlangga memejamkan matanya frustasi. Tidak salah jika selama ini ia menyebut Kaluna bocah kematian. Sangat cocok!

"Jadi ini gue dimaafin apa enggak?"

Kaluna menyipit. "Mas Banyu ngalihin pembicaraan."

"Lo duluan yang ngalihin. Lo nggak bales permintaan maaf gue tapi malah nanya-nanya." Balas Airlangga tak mau kalah.

Kaluna bersedekap. "Aku maafin. Tapi.." Ia sengaja menggantungkan kalimatnya.

Airlangga menaikkan satu alisnya. Perasaannya tiba-tiba tidak enak. Wajar aja, ia sedang berhadapan dengan seorang bocah kematian sekarang.

"Tapi?" Ulang Airlangga dengan sabar.

Yang terjadi selanjutnya berlalu sangat cepat. Airlangga bahkan belum sempat memproses apa yang baru saja terjadi. Apakah itu nyata?

Kaluna dengan berani menempelkan bibirnya ke bibir Airlangga. Tidak lama, hanya satu detik. Karena detik selanjutnya, Kaluna berlari sangat cepat ke kamarnya sembari berteriak.

"SEKARANG KITA IMPAS YA, MAS! BYE!"

Suara pintu yang ditutup dengan kencang menyadarkan Airlangga dari keterkejutan.

"IMPAS APAAN HEH! YANG PERTAMA KAN ELO SENDIRI YANG MINTA!! SINI NGGAK LO, BOCAH!!!" Airlangga berteriak murka.

Kaluna tak membalas teriakan Airlangga di balik sana. Ia menyandarkan tubuhnya yang lemas pada pintu yang sudah terkunci rapat. Perlahan, jemarinya menyentuh bibir indahnya.

"Jadi gini rasanya.." Gumam Kaluna dengan debaran yang semakin menggila di dadanya.

Sayang sekali, Kaluna tidak benar-benar sadar saat ciuman pertama mereka terjadi. Sebab, rasanya sangat jauh berbeda dengan ciuman yang baru saja ia lakukan.

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang