31. ⭐

1.5K 306 122
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

Airlangga baru saja kembali dari latihan rutinnya bersama klubnya. Saat ia berjalan di lorong lantai unitnya, Airlangga melihat seorang perempuan yang dikenalinya sedang berjalan dari arah yang berlawanan.

"Oy!" sapanya.

Yesya mendongak. "Mas atlet ...."

"Apa kabar lo? Jarang liat gue." ucap Airlangga basa-basi. "Bocah kematian juga. Udah lama nggak liat. Sibuk syuting ya dia?" tanyanya.

Yesya menunduk lesu yang mana langsung menarik perhatian sang lawan bicara. Airlangga melangkah mendekatinya.

"Kenapa? Ada masalah?" tanya lelaki itu dengan tatapan menyelidik.

Yesya kembali mendongak. Airlangga dapat menangkap sirat kesedihan dan keresahan dari tatapan matanya.

"Mas ... Mbak Luna ...." cicitnya lirih.

Netranya seketika melebar. "Kenapa? Luna kenapa?" desaknya panik.

Yesya tak menjawab.

"Sya ... ada apa? Tolong jawab." Airlangga memohon seraya memegang kedua pundak perempuan itu.

"Fine, gue bakal cerita. Tapi jangan di sini, Mas." balasnya kemudian.

Airlangga mengangguk menyetujui dan mengajak Yesya memasuki unitnya.

***

Airlangga berbaring di ranjang kamarnya sembari menempelkan gawainya ke telinga. Omong-omong, pembicaraannya dan Yesya sudah berakhir satu jam yang lalu.

"Ada apa, Ngga?"

"Gue mau minta tolong. Boleh?"

Angkasa mendengkus di seberang sana. "Kayak sama siapa aja. Minta tolong apa?"

"Tolong lo hubungin orang-orang Pradipta dan suruh mereka nyelidikin Dimitri Nasution."

"Hah? Siapa tuh?"

"Kata orang sih dia aktor cukup terkenal." jawabnya.

Angkasa berdecak. "Kalo dia aktor kenapa lo nyuruh gue nyelidikin dia? Di Google pasti banyak informasi tentang dia."

Tiba-tiba perkataan Yesya tadi menyeruak di benak Airlangga.

"I mean ... his family? Gue rasa dia bukan sekedar aktor, Sa. Please ... gue minta tolong."

"Kenapa nggak lo aja yang nyuruh mereka?"

"Lo pikir gue punya kuasa? Gue aja nggak dianggap anak sama bokap lo. Yakali gue nyuruh-nyuruh anak buahnya."

Angkasa tergelak. "Oke-oke, gue coba. Bayaran gue apa nih?"

Airlangga menghela nafas. "Nggak mungkin duit kan? Lo lebih kaya dari gue."

"Seratus buat lo. Memang bukan duit yang gue mau. Nanti gue pikirin deh mau apa. Kalau udah ada, bakal gue tagih ke elo."

"Ya. Oh iya, jangan sampe bokap lo tau ya, Sa."

"Siap. Udah, kan?"

Airlangga mengangguk meski adiknya tak mungkin bisa melihat. "Thanks ya, Sa."

"Sama-sama. Gue tutup ya,"

"Lo kenapa?" tanya Airlangga cepat sebelum sambungan mereka terputus.

Angkasa terkekeh ngeri. "Lo cenayang ya?"

"Nirmala lagi? Atau anaknya Bos TV?" tebaknya.

Gelak tawa terdengar. "Gue sama Helen udah baikan. Memang perempuan tuh bikin pusing ya, Ngga? Bener elo deh, mending nggak usah punya hubungan romansa sama mereka."

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang