4. ⭐

2K 334 28
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

"Tidak disangka, sebentar lagi kita akan menjadi besan." Ucap Abimana pada Prabu yang duduk di serong kirinya.

Prabu terkekeh. "Memang, jodoh tidak ada yang tahu ya,"

Diam-diam Adinata mendecih.

"Putra sulung kami sungguh beruntung memiliki calon istri seperti Alisa cantik dan lembut." Lanjut Abimana.

"Jangan berbicara seperti itu, justru putri kami yang beruntung memiliki suami seperti Adinata yang sempurna." Balas Prabu.

"Apakah pernikahannya tak bisa dipercepat?"

"Dipercepat menjadi esok hari maksudmu?" Prabu menyambut kelakar Abimana dengan kekehan.

"Kenapa jadi kalian yang tidak sabar?" Shalina—istri Prabu ikut terkekeh.

Alisa tampak tak terpengaruh dengan percakapan di sekitarnya. Ia memotong steaknya dengan tenang. Sedangkan Adinata, sangat sulit bagi dirinya untuk menelan makanan yang tersaji di hadapannya.

"Omong-omong, bagaimana kabar putra keduamu?"

Semua mata tertuju pada Abimana yang tiba-tiba diam.

"Ah, yah.. masih di luar negeri. Mungkin dia ingin hidup mandiri haha." Abimana tertawa sumbang.

"Yah, bisa dimengerti. Anak muda jaman sekarang banyak yang seperti itu bukan? Ingin tinggal jauh dari orangtuanya dan hidup sendiri." Prabu tersenyum maklum.

"Haha ya benar.."

Percakapan berlanjut dengan topik yang berbeda. Dibalik ketenangannya, Alisa memperhatikan reaksi yang tak biasa dari anggota keluarga calon suaminya yang lain.

***

Airlangga baru saja tiba di apartemennya pada pagi hari. Semalam ia menginap di apartemen Leonard setelah pergi dari kediaman keluarganya.

Bagaimana perasaannya sekarang? Entahlah, dirinya pun tak bisa menjabarkannya.

Dari kejauhan terlihat siluet seorang perempuan yang berdiri di depan pintu unit apartemennya. Dari jarak ini, pemandangan itu terlihat indah bagi Airlangga yang perasaannya sedang tak menentu. Apakah ada bidadari yang datang?

Semakin dekat, Airlangga menyesali sebuah pemikiran yang baru saja terlintas di otaknya. Dibanding bidadari, perempuan ini lebih cocok disebut bocah kematian.

"Mas? Akhirnya muncul juga. Aku udah nunggu daritadi."

Kacangin aja Ngga, kacangin, Ucapnya dalam hati.

"Mas atlet, aku ngomong sama kamu loh." Sungut perempuan itu yang ternyata adalah Kaluna.

Dia tau kalo gue atlet?, Airlangga bertanya heran dalam hati.

Mau tak mau, akhirnya Airlangga menoleh. "Apa?" Balasnya galak.

Dalam sepersekian detik, Airlangga memindai penampilan perempuan itu yang terlihat berbeda dari terakhir kali. Perempuan itu memakai dress floral di bawah lutut. Bahkan perempuan itu menggunakan bandana di kepalanya. Jangan lupakan senyuman manisnya yang tersungging sejak tadi. Apa? Senyuman manis? Ralat. Senyuman tidak manisnya.

"Ini." Kaluna menyerahkan totebag. "Kali ini harus diterima ya. Ini bukan makanan manis kok. Ini cocok buat atlet pokoknya!"

"Nggak perlu." Tolak Airlangga langsung.

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang