22. ⭐

1.3K 290 37
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

"Akhirnya kamu datang Ta, Mama kesepian." Ucap Ashana pada anak sulungnya dengan sedih.

"Kan ada Angkasa." Sahut Adinata kalem.

"Adik kamu tuh udah mulai sibuk, dia jadi jarang pulang ke rumah. Rumah ini bener-bener sepi. Kalian semua sibuk sendiri-sendiri." Wanita paruh baya itu melengkungkan bibirnya ke bawah.

"Jangan cemberut gitu dong, Ata balik aja nih ya?" Ancam Adinata setengah berbohong.

"Eh jangan! Nih, makan yang banyak ya, sayang. Habisin makanannya, pokoknya kalian yang habisin."

"Yakali aku sama Alisa habisin ini semua, Ma." Dengkus Adinata malas. Sedangkan Alisa hanya tersenyum geli di sampingnya.

"Omong-omong, kalian baru pindah ke rumah itu dua minggu lalu ya? Gimana, kalian suka kan?" Sang kepala keluarga akhirnya bersuara.

Adinata mengangguk. "Suka kok, Pa. Terima kasih,"

"Alisa gimana? Suka nggak?" Tatapan Abimana beralih pada menantunya.

"Alisa suka, Pa. Terima kasih atas hadiahnya." Jawabnya lembut.

Abimana mengangguk puas. "Bagus kalau gitu. "

Suasana kembali hening karena mereka berempat fokus dengan hidangan yang tersaji di piring masing-masing. Saat mereka akan menyantap hidangan penutup, suara sang ayah terdengar kembali.

"Kalau nanti kalian punya kabar baik untuk kami, tolong beritahu dengan segera ya."

"Maksud Papa? Kabar baik apa?" Balas Adinata dengan tatapan menyelidik.

"Yah.. seperti kedatangan calon cucu, mungkin? Memangnya kamu nggak pengen punya anak?"

"Enggak."

Alis Abimana menukik. "Apa maksudmu dengan enggak, Adinata?!"

Ketegangan mulai menyelimuti mereka.

"Ya enggak. Untuk sekarang, aku memang nggak pengen punya anak." Adinata masih membalas dengan tenang.

Brak!

"Mana bisa begitu?!" Amarah mulai menguasai sang kepala keluarga.

Adinata menarik napas panjang. "Pa, punya anak nggak segampang itu. Aku sama Alisa belum siap."

"Kamu pikir dulu Papa siap? Enggak. Tapi memang sudah seharusnya kami memberikan keturunan untuk–"

"Melanjutkan bisnis keluarga?" Sela Adinata langsung. "Kalau Papa pengen tahu alasannya, ya karena ini. Karena ini aku masih ragu buat punya keturunan. Aku nggak mau calon anak-anakku nanti ngerasain apa yang aku rasain." Lanjutnya dengan emosi yang berkecamuk.

"Omong kosong! Kamu nggak pengen punya anak karena kamu belum bisa melupakan mantan pacarmu itu kan?!" Sentak Abimana.

"MAS!" Tegur Ashana dengan keras.

Adinata berdiri. "Ayo kita pulang, Alisa."

Alisa hanya bisa menurut. Ia berdiri dan mengikuti suaminya yang sudah berbalik pergi.

"DIA SUDAH LAMA MENINGGAL, ADINATA! TOLONG SADAR!!"

Prang!

Adinata melempar vas bunga di dekatnya ke lantai. Semua orang berjengit kaget karena suara pecahan yang memekakkan telinga. Lelaki itu berbalik dan menatap ayahnya penuh kebencian.

"Aku nggak mengijinkan Papa menyebut dia. Jadi, jangan diulangi kedepannya." Tekannya penuh amarah.

***

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang