45. ⭐

1.5K 283 61
                                    

Mari budayakan meninggalkan jejak!
Tolong vote+komen🤗

***

Stella menatap layar Televisi yang sedang memberitakan skandal dari aktris ternama, Iriana. Entah apa yang tengah dipikirkan perempuan itu.

"Jadi, apa yang membuat elo ke sini?" tanya Senandika dari arah dapur dan meletakkan dua kaleng minuman dingin di meja.

Stella mengalihkan perhatiannya dari Televisi dan menatap Senandika yang terlihat santai. Lelaki itu bersandar pada sofa empuknya seraya menyesap minumannya.

"Menyelesaikan apa yang harus diselesaikan sejak lama." jawab Stella ambigu. Meski tak dipersilahkan, ia mendudukkan dirinya di sebelah lelaki itu.

Senandika menaikkan satu alisnya. "Maksud lo? Gue sama sekali enggak paham."

Setelahnya, Senandika tertegun. Stella menatapnya dengan emosi yang tak coba ditutupinya lagi. Untuk sesaat, ia merasa jika sedang berhadapan dengan Stella yang dulu.

"Setelah masa SMA kita terkuak, lo bisa sesantai itu?" Suaranya tercekat. Stella berusaha menahan segala emosi yang dirinya rasa.

"Emangnya kenapa? Kita emang satu SMA dan itu fakta. Publik juga nggak yang gimana-gimana selain mikir kita mantanan." Senandika mengedikkan bahunya seolah tak peduli.

Stella menatapnya dengan sorot terluka. Senandika mendecih dalam hati. Apa-apaan perempuan ini?

"Lagian sekarang lagi rame skandalnya kak Iriana. Berita kita ternyata satu SMA udah nggak menarik lagi buat mereka." lanjutnya tanpa beban.

"Lo ... apa lo nggak ada rasa bersalah sama sekali ke gue?" tanya Stella dengan lirih. Meski begitu, ada nada penghakiman di sana.

Senandika menatapnya dengan aneh. Lantas ia terkekeh. "Lo nuduh gue? Bukan gue yang nyebarin fotonya. Gue berani bersumpah!"

"BUKAN ITU!" bentak Stella. Sorot matanya semakin tajam.

"Terus apa?!" sahut Senandika tak kalah keras.

"LO NYAKITIN GUE! Lo ngancurin kedekatan kita, Sena ...." pelupuknya mulai basah.

Senandika tertawa dengan keras. Seolah-olah apa yang baru saja dikatakan Stella ada lelucon.

"Lo nggak salah ngomong begitu? Lo mau playing victim nih ceritanya?" Tatapannya berubah tajam.

Stella tidak terima. "Playing victim? Gue nungguin lo semaleman di tempat janji kita sampe gue sakit, Na! Tapi lo nggak datang. Beberapa hari berikutnya pas gue minta penjelasan, lo mengabaikan eksistensi gue! Lo berubah dalam sekejap! LO PIKIR GUE NGGAK SAKIT HATI APA???!!!" teriaknya penuh lara.

"Janji ketemu? Janji yang mana? Gue nggak pernah nggak menepati janji selama kita deket. Lagian, saat itu lo udah jadian sama si Ketua OSIS." Senandika terkekeh miris.

"Sejak kapan gue jadian sama Gio??!"

"Lo bener-bener jago akting ya, La. Gue udah cukup berbaik hati nggak bahas ini sejak kita ketemu lagi. Tapi lo malah begini. Kenapa lo buka luka lama gue hah? Lo pengen gue terpuruk lagi?"

"YANG PLAYING VICTIM TUH ELO! NUDUH GUE PULA! KAPAN GUE JADIAN SAMA GIO?"

"GUE DENGER! GUE DENGER SENDIRI LO NGOBROL SAMA GIO DI ROOFTOP! LO BILANG CUMA MANFAATIN GUE! LO BILANG KALO LO NGGAK SUKA SAMA GUE!" teriaknya murka. "Terus abis itu, dia nembak lo."

Air matanya luruh. Stella mencoba mengingat kapan hal itu terjadi. Setelah beberapa saat, ia terbelalak.

Senandika mendengkus. "Udah inget?"

Estrela || Jeno-KarinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang