"Papa" gumam atlas sambil menyandarkan dirinya di dinding kamar dengan posisi terduduk dilantai.
"Kenapa papa harus kembali membawa kenyataan sepahit ini, pa?"
"Dari dulu atlas memang ingin papa kembali, atlas ingin memeluk papa, atlas ingin melihat wajah papa. Tapi bukan dalam keadaan kayak gini yang atlas mau"
"Ternyata ada anak yang lebih papa sayangi selain atlas, sekala, dan alister. Dan ada perempuan lain yang papa cintai selain bunda"
"Atlas pernah menyampaikan pada laut agar mengembalikan papa, banyak beban yang ingin atlas ceritakan pada papa tapi ternyata semua beban itu muncul dari papa"
"Papa yang menciptakan luka untuk keluarga kita!"
"Bicara soal luka, pastinya bunda yang paling terluka disini. Luka dihati atlas nggak sebanding dengan besarnya luka yang tercipta di hati bunda karena ulah papa!"
Pikiran remaja laki-laki itu saat ini sedang kalut, matanya sembab akibat menangis secara diam-diam dalam kamarnya, hidungnya memerah, wajahnya tampak pucat dan tidak bersemangat.
Stella, Nama itu terlintas dibenaknya. Atlas membutuhkan Stella saat ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Atlas gelisah menunggu pesan yang tak kunjung dibalas oleh stella. Satu notifikasi membuyarkan lamunannya, dengan gesit jari-jarinya membuka pesan itu kemudian membalasnya dengan cepat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Atlas puas dengan balasan yang diberikan Stella, secepat mungkin atlas bersiap-siap untuk menemui Stella di tempat yang biasa mereka kunjungi. Beruntung perempuan itu tidak marah padanya. Padahal atlas sudah mencecar dan mengatakan ayah dari perempuan itu adalah seorang bajingan karena dirinya terbawa emosi.
"Lo mau kemana, las?" Tanya sekala saat melihat adiknya terburu-buru keluar rumah sambil membawa kunci motor.
"Bukan urusan Lo" jawab atlas tanpa menatap sekala.