Haiiiiiiiii<3
Jangan lupa vote dan komen yaaaa:)
Selamat membaca<3
***
Tentang Shafa, perempuan itu sekarang sudah kembali ke Milan. Yang ada dalam pikirannya, yaitu mungkin saja rumahnya yang ada di Milan masih ada dan Shafa bisa menempati rumah itu dengan bebas. Tetapi, jauh dari harapannya. Rumah itu juga sudah disita. Setelah dua bulan perempuan itu berada di Milan, akhirnya Shafa bertemu dengan ayah kandungnya. Siapa sangka, ternyata ayahnya sangat jauh dari harapan-harapan yang Shafa harapkan. Shafa merasa tersiksa tinggal bersama laki-laki itu, contohnya seperti sekarang ini.
"Nurut sama orang tua! Jangan bisanya cuma minta! Sana kerja! Cari uang yang banyak! Awas kalau kamu pulang cuma bawa uang sedikit kayak kemarin!"
"Pa, Shafa capek! Shafa nggak mau ngamen lagi, malu tau dilihatin banyak orang"
"Kamu berani melawan papa?! Masih untuk kamu papa izinkan tinggal disini!"
"Ih! Sama sendiri perhitungan banget! Pokoknya aku nggak mau ngamen! Aku malu! Papa aja sana yang cari uang buat makan kita!"
"Kamu mau papa usir dari sini?!"
"Iya! Iya! Aku berangkat sekarang!" Kata Shafa menurut. Kalau bukan ancamannya di usir dari rumah ini, mana mau Shafa mengamen di jalanan dibawah panasnya terik matahari.
"Punya anak satu, nyusahin lagi!" Cerocos laki-laki itu.
"CEPAT SHAFA!" bentaknya.
"Sabar dong, Pa! Nggak tau aku capek apa?! Tiap hari disuruh ngamen, mana panas lagi!"
"Awas kalau kamu dapatnya sedikit!"
Shafa tak menghiraukan, lalu segera berangkat untuk mengamen. Harapannya semoga hari ini ia mendapatkan uang yang cukup banyak, kalau sedikit pasti ujung-ujungnya Shafa akan dipukuli oleh ayahnya sendiri.
"Haaaa! Apes banget sih hidup gue! Nyesal gue ketemu sama papa kandung gue! Mau balik ke Jakarta udah nggak ada uang! Mau kabur dari papa juga takut nggak ada tempat tinggal!" Gerutunya kesal.
"SEMUA GARA-GARA SI TUA BANGKA KAKEKNYA ATLAS ITU!"
"Orang gila! Orang gila! Orang gila!" Ledek beberapa anak kecil sambil bernyanyi yaang berjalan di dekat Shafa.
"Heh! Gue bukan orang gila!" Sentak shafa tak terima dirinya diledek.
"Orang gila! Orang gila! Orang gila!
"GUE BUKAN ORANG GILA! KALIAN YANG GILA! DASAR ANAK KECIL NGGAK ADA ADAB!"
Jika saja Sekala, Alister, dan Atlas yang mendengar ucapan Shafa barusan. Mungkin saja ketiga laki-laki itu akan tertawa.
"Kabur!!!! Orang gila nya ngamuk!" Ledek beberapa anak kecil itu lagi, dan berlari menjauhi Shafa seraya menjulurkan lidahnya.
"Wlekkkk! Orang gila"
"Kurang ajar ya, kalian! Pergi nggak?!" Murkanya.
Setelah anak kecil itu pergi, Shafa mengeluarkan ponselnya. Hanya itu yang sekarang Shafa miliki, Shafa mencerminkan dirinya. Ternyata! Pantas saja anak kecil itu menganggap Shafa sebagai orang gila, ternyata perempuan itu belum menyisir rambutnya yang berantakan, memang tampak seperti orang gila.
***
"Ska, atlas belum pulang?" Tanya alister.
"Emang gue emaknya?" Balas sekala niat bercanda.
"Gue serius nanya, sat!"
"Sat set sat set diputusin pacar" ledek sekala.
"Bisa nggak usah bahas itu nggak sih?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTAIN'S DEPOSIT
Fiksi Remaja"Aku ingin sekali bertemu dengan mu, menceritakan bagaimana melewati hari-hari tanpa mu dan membesarkan anak-anak mu sendirian"