Halo semua:)
Masih semangat baca ceritanya kan?:)
Jangan lupa vote dan komen❤️
Selamat membaca:)
***
Disinilah perempuan itu berada sekarang, dirumah peninggalan orang tuanya yang masih sangat layak ditempati, rumah berlantai tiga dengan nuansa kuning keemasan. Masih di kota yang penuh kenangan untuknya, kota yang menjadi saksi perjuangannya. Vaina memilih tinggal di dalam rumah ini bersama ketiga anaknya serta bi ineng dan pak dirman.
Stevaina merupakan anak dari keluarga yang serba berkecukupan. Ayahnya menjabat sebagai jenderal bintang 4 TNI angkatan darat, yang saat ini masih aktif dan bertugas di Lebanon, Felix Adinata Wijaya. Sedangkan ibunya berprofesi sebagai seorang dokter. Tidak hanya rumah, namun orang tuanya juga memberikan aset perusahaan untuk anak tunggal mereka.
Vaina memandangi sebuah bingkai dirumah itu yang terdapat foto pernikahannya dengan afka serta kedua orang tuanya dan kedua mertuanya yang berada disamping mereka.
"Afka, kamu sudah menjadi suami dari anak saya, vaina adalah tanggung jawab kamu mulai saat ini, tegur vaina kalau memang dia melakukan kesalahan, jangan berani-beraninya kamu melakukan kekerasan fisik terhadap anak saya, jangan pernah kamu melukai hatinya ataupun mengkhianatinya. Jaga vaina baik-baik" Tegas felix kepada menantunya.
"Papa tenang aja, afka nggak mungkin nyakitin vaina, afka janji bakal jaga vaina sampai kapanpun, vaina adalah cinta pertama afka. Papa nggak perlu khawatir" ujar afka meyakinkan mertuanya.
Felix menepuk pelan pundak afka seraya berkata "Papa percayakan semuanya sama kamu"
Percakapan antara suami dan ayahnya kembali terngiang-ngiang ditelinganya, jenderal bintang 4 itu mengucapkan kalimat tersebut saat acara pernikahan afka dan vaina selesai digelar.
"Pa, afka ingkar janji" gumam vaina.
"Afka mengkhianati vaina, afka juga mengkhianati kepercayaan papa, afka nggak bertanggungjawab sebagai seorang suami untuk vaina dan ayah untuk anak-anaknya, pa. Afka punya perempuan lain, dan punya anak dari perempuan lain".
"Dia bukan lagi afka yang vaina kenal dulu, afka jahat, pa!"
Sekala yang mengintip sang ibu, merasa iba terhadap ibunya "Maaf, bunda. Sekala nggak bisa lakuin apa-apa, seharusnya sebagai anak pertama sekala bisa melakukan sesuatu untuk bunda, tapi sekala nggak tau harus apa, bunda" batinnya.
"Woi, ngapain lo ngintip-ngintip dari sini, kayak mau maling aja" tuding alister yang tiba-tiba mengejutkannya.
Sekala tidak menjawab, pandangannya masih fokus kepada sang ibu. Alister mengikuti arah pandangan kakaknya, raut wajahnya berubah sendu, semenjak ayahnya kembali membuat ibunya semakin hancur dan rapuh.
"Kasihan bunda" gumam alister dan tentu saja dapat didengar oleh sekala.
"Kita gagal jadi anak-anak bunda, kita gagal melindungi bunda" balas sekala.
"Dan kita gagal menghalangi laki-laki itu dan istrinya merebut hak bunda" sahut atlas tiba-tiba sudah berada di dekat kedua kakaknya.
"Menurut gue bunda lebih baik tinggal disini daripada tinggal di rumah yang diperebutkan, tapi di sisi lain gue juga nggak tega sama bunda. Banyak hal yang bunda lewati dirumah itu, banyak kenangan yang tertinggal dirumah itu, kenangan bunda sama papa, dan kenangan masa kecil kita" lanjutnya.
"Lo benar, las. Pasti sulit buat bunda merelakan semua kenangan yang ada dirumah itu" Jawab alister.
"Kita ibaratkan penumpang dalam sebuah pesawat yang dikendarai papa, papa adalah pilotnya dalam sebuah pesawat yang kita tumpangi, papa yang menentukan arah untuk keluarga kita. Tapi sayangnya, pilot kita memilih arah untuk memecahkan keluarga ini" sahut sekala.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTAIN'S DEPOSIT
Novela Juvenil"Aku ingin sekali bertemu dengan mu, menceritakan bagaimana melewati hari-hari tanpa mu dan membesarkan anak-anak mu sendirian"