Haiiii:)
Siap baca bab kali ini?
Jangan lupa vote dan komen, biar rame hehe:)
Selamat membaca<3
***
Stella ternyata sudah mengetahui surat ajuan yang diberikan oleh stevaina kepada ayahnya, anak perempuan itu tampaknya tidak keberatan sama sekali, Stella mendukung pengajuan itu. Meraih ponselnya yang ada di atas nakas, kemudian stella menekan nama seseorang berniat untuk menghubunginya, tidak butuh waktu lama akhirnya panggilan itu pun terhubung.
"Halo, stella" sapa vaina dari seberang sana.
"Halo, Tante. Stella udah baca surat yang tante kasih ke ayah, kayaknya besok stella bakal ikut ke persidangan, tapi apa tante cuma mengajukan pemecatan?" Tanya stella.
"Kalau untuk papa nya atlas, itu saja dulu. Tapi kalau untuk ayah kamu, itu tante serahkan sama kamu untuk lebih lanjutnya, kamu anaknya"
"Stella rasa ayah udah keterlaluan, tante. Jadi, stella udah ambil keputusan untuk melaporkan ayah ke polisi"
"Itu artinya kamu harus punya bukti yang kuat" balas vaina.
"Udah ada kok tante, tenang aja. Stella udah ngumpulin semua bukti-buktinya"
"Yaudah, bagus kalau gitu. Tante dukung kamu"
"Makasih, tante. Sampai ketemu besok"
Sambungan telepon itu akhirnya terputus, meski reyland adalah ayah kandungnya, namun stella tetap tidak memihak kepada reyland.
Dilain tempat, ketiga anak laki-laki yang sedang duduk di sofa depan tv sambil bermain PS menghentikan aktivitasnya, mereka fokus kepada sang ibu yang baru saja mendapatkan telepon dari seseorang.
"Dari stella ya, bund?" Tanya atlas.
Stevaina mengangguk, mengiyakan pertanyaan anaknya.
"Stella bilang apa?" Tanya anak itu lagi.
"Dia udah laporin kapten reyland ke polisi" jawab vaina sesuai yang dikatakan stella padanya.
"Bunda nggak mau laporin papa?" Tanya anak itu lagi.
Stevaina menggeleng lemah, kemudian menjawab "Takut papa kamu hidup makin susah, yang penting dia di pecat"
"Itu lebih bagus, bunda" Bukan atlas yang menjawab, melainkan alister.
"Kasihan masa depan anak perempuannya, coba kalian bayangin kalau seandainya papa kalian masuk penjara, semua asetnya disita, mereka nggak punya apa-apa lagi, Lina dan shafa tinggal dimana? Gimana caranya mereka memenuhi kebutuhan mereka?"
"Belum tentu mereka bisa bertahan kayak kita, belum tentu mereka bisa sekuat kita, belum tentu juga mereka bisa sabar menghadapinya, nak"
"Banyak kejahatan yang dilakukan oleh papa, semua bukti-buktinya ada ditangan bunda. Tapi bunda nggak mungkin tega tuntut dia, biar gimanapun, papa adalah ayah dari anak-anak bunda, papa adalah ayah kandung sekala, alister, dan atlas" lanjut vaina .
Mendengar itu, hati sekala terasa hangat. Dia merasa dirinya adalah manusia yang paling beruntung, terlahir dari rahim perempuan yang hatinya begitu mulia, bukan hanya parasnya yang cantik, namun juga hatinya. Wanita yang selalu kuat menghadapi ujian yang diberikan, wanita yang menguatkan anak-anaknya untuk bangkit berkali-kali dari kekeliruan dunia, sekala beruntung dan sangat bersyukur atas itu.
"Terbuat dari apa sih hati bunda? Setelah apa yang udah mereka lakuin ke bunda, mereka nggak pernah mikirin sehancur apa bunda, serapuh apa bunda, mereka nggak tau itu dan mereka nggak peduli itu, tapi kenapa bunda khawatir sama masa depan mereka?" Ujar sekala dengan rasa kagumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAPTAIN'S DEPOSIT
Teen Fiction"Aku ingin sekali bertemu dengan mu, menceritakan bagaimana melewati hari-hari tanpa mu dan membesarkan anak-anak mu sendirian"