[CH] - 01

2.5K 50 1
                                    


'Happy Reading'


"Aily, Bunda sama Ayah  bangga sama kamu," ucap sang Bunda sambil mengelus rambut anak nya.

"Iya, Adek juga bangga sama Kakak,"  Baizhar tersenyum kepada sang Kakak dan memeluknya.

"Makasih Bunda Ayah, dan Izhar"

Mereka berpelukan layaknya keluarga cemara, canda dan tawa menyelimuti ruang keluarga itu.

Namun...

"AILY BANGUN!" teriak Bunda Amira di depan kamar putrinya.

Sedangkan Aily yang mendengarkan teriakan Bunda nya langsung sigap berdiri dan hendak membukakan pintu.

Kalian tau bagaimana rasa nya?, untuk penderita darah rendah itu sangat pusing. Tapi jika Aily menunda-nunda waktu, maka Bunda nya itu akan memarahinya habis-habisan.

Ceklek.

"Udah jam berapa ini?" tanya Bunda Amira dengan tatapan yang tajam kepada Aily.

"Baru jam setengah enam Bun," jawab Aily dengan malasnya. Oh ayo lah dia baru saja tidur sudah di bangunkan lagi.

Amira yang mendengar itu geram di buatnya, "jam setengah enam katamu!" Amira menyeret Aily dan membawanya ke ruang kerjanya.

Dia sudah biasa untuk bangun pagi-pagi dan membantu bunda nya mencuci pakaian, karena bunda nya memiliki usaha laundry.

Aily tersentak kaget melihat sudah banyak baju-baju yang harus dia cuci.

"Bun, jam enam Aily udah berangkat sekolah Bun," rengek Aily berharap Bunda nya melepaskan nya dari pekerjaan ini.

"Itu salah mu sendiri karena bangun kesiangan, dan tadi sudah sholat subuh?" Bunda Amira adalah orang yang sangat disiplin dalam sholat, maka dia juga menerapkan kepada anak-anak nya. Toh itu juga kewajiban seorang muslim.

"Udah Bun, yaudah Aily bantu semampu Aily," pasrah, hanya kata pasrah yang selalu dia pakai jika dalam situasi seperti ini.

Mulai dari memasukkan ke mesin cuci, mengeringkan baju, dan menjemur. Aily selalu melihat jam, karena jika dia telat masuk sekolah maka dia akan mendapatkan hukuman dari anggota osis, pasalnya ada pemberitahuan bahwa osis harus jam enam sampai di sekolah.

"Bun udah ya, udah mau jam enam Bun," keluh Aily kepada Bunda nya yang sedang memasak.

Amira melihat jam, ternyata sudah jam enam kurang lima belas menit. Dia juga tidak mau jika anak nya terlambat dan di beri hukuman.

"Yaudah sana, siap-siap nya jangan lambat."

"Siapp Bun."

Setelah mendapatkan izin dari Bunda nya dia bergegas untuk mandi dan bersia-siap untuk sekolah.

Amira menyiapkan sarapan untuk anak-anak dan suaminya, dia melihat kearah jam.

"Udah jam enam kurang tujuh menit, Aily telat enggak ya?" tanya Amira kepada dirinya sendiri.

Dia melihat Aily keluar rumah dengan menenteng tas nya, Aily tidak mampir kedapur sama sekali untuk sarapan. Bagaimana bisa dia pergi untuk sarapan, sedangkan untuk pergi ke sekolah saja dia tidak yakin bila tidak telat.

Belum sampai Amira menyusul anaknya, Aily sudah mengegas motor nya dan pergi dari pekarangan rumah.

Amira menghela napas nya kasar, "dia nggak sarapan lagi" gumam Amira dan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam lagi.

Sedangkan di jalan Aily benar-benar mengebut dan untungnya saat melewati lampu merah dia selalu dapat lampu hijau, dia bersyukur itu dapat membantu nya sedikit.

Jam enam lewat dua menit dia baru sampai di parkiran sekolah, dia terlambat dua menit. Saat hendak melangkahkan kakinya ternyata ada juga yang terlambat.

Dia juga anggota osis karena memakai jas yang sama seperti Aily.

"Ayo, lo mau nunggu apa lagi" ajak nya dan menarik tangan Aily, lalu berlari menuju ruang osis.

Saat sampai di depan pintu, ketos menyambut kedatangan mereka berdua. "Kalian tau hukuman apa yang kalian dapat?" tanya ketos itu dengan nada yang dingin. Sedangkan keduanya hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Sebelum kalian menerima hukumannya kalian masuk dulu dan mengikuti rapat" ketos itu pun meninggalkan keduanya dan kembali masuk.

"Udah ayo, paling hukumannya lari lapangan dua kali"

Aily hanya mengangguk dan masuk ke dalam. Di dalam suasananya nampak tegang, dan sama sekali tidak enak untuk bernapas dengan bebas.

 Hanan Arshaka Habsy atau ketua dari osis. Dia memulai rapat, yang membicarakan masalah class meet minggu depan.

Semua anggota osis memberi usulan tanpa ada rasa sungkan, karena mereka sudah memiliki aturan jika mempunyai usulan atau pendapat, jangan sungkan untuk memberitahukan.

Mereka sudah sepakat dengan usulan atau pendapat satu sama lain, dan sekarang mereka akan masuk ke kelas masing-masing.

Namun, untuk Aily dan salah satu anggota osis yang terlambat tadi. Mereka sedang menunggu Hanan untuk melaksanakan hukuman mereka.

Hanan pun datang ke lapangan dan menyuruh mereka untuk berlari. "Saya kasih keringanan karena kalian terlambat tidak lama," ucap ketos itu dan membuat Aily bersyukur.

"Kalian cukup memutari lapangan satu kali saja."

Setelah mendengarkan ucapan sang ketos mereka berdua mulai berlari mengelilingi lapangan. Anak yang mengajak Aily tadi sudah menyelesaikannya terlebih dahulu dan meninggalkan Aily bersama Hanan.

Hanan melihat Aily tidak kuat lagi langsung menyuruhnya untuk berhenti.

"Udah aja, gue tau lo belum sarapan takutnya nanti pas upacara lo pingsan lagi," ucap Hanan dan membawa Aily ke kantin.

Jika kalian bertanya kenapa Hanan bisa tau, itu karena Hanan adalah sepupu Aily. Mereka di besarkan di rumah yang sama, hanya saja saat memasuki bangku smp mereka sudah pisah rumah.

"Bang ini gapapa?" tanya Aily, dia takut jika yang lain tau bahwa hukumnya tidak tuntas maka mereka akan protes kepada nya.

Sedangkan Hanan hanya menghela napas nya, "gapapa udah lo nurut aja, daripada nanti lo pingsan." Hanan membeli roti dan air putih untuk sarapan Aily.

"Makasih."

•••

Hai-haii

Welcome to new story

Oh yaa di sini saya harap kalian suka dengan cerita baru ini, entah inspirasi dari mana untuk buat cerita ini. Di sini tidak ada prolog atau epilog, langsung chapter satu yaa.

Okee jumpa lagi di chapter selanjutnya.

Halal Usai SMA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang