[CH] - 03

831 26 0
                                    

Setelah flashback itu selesai, Aily dan teman-temannya sekarang tengah berada di dalam toilet. Dan ya mereka hanya mengaca di sana.

"Udah ayo balik, nanti kena marah pak Marsyid," panik Jian ketika teman-temannya tak kunjung selesai dengan cermin di hadapannya.

"ck, udah lo gausah panik itung-itung bolos kan," balas santai Dea dan di setujui oleh Freja.

Sedangkan Aily?, dia hanya menurut saja dengan teman-temannya.

Jian yang sudah geram tak memperdulikan lagi Dea dan Freja, dia menarik tangan Aily dan mengajak nya untuk kembali ke kelas.

Sedangkan di tengah-tengah perjalanan mereka berpapasan dengan kakel yang mukanya sangat sinis. Hal itu membuat Jian muak dan tak memperdulikan nya.

Aily sadar dengan wajah musam Jian. Dia sudah terbiasa dengan hal ini karena jika Jian bertemu dengan kakel yang wajah nya begitu sinis dengan nya, maka dirinya langsung merubah raut wajah nya.

Selesai dengan dua mata pelajaran, dan sekarang adalah waktunya untuk siswa-siswi mengisi perutnya.

"Woy, ayo cepetan keburu pentol bakar di kantin habis!" teriak Freja di ambang pintu, dan membuat beberapa orang yang berada di dalam kelas merasa kesal.

"Sabar anjing!" sarkas Aily tepat di depan muka Freja.

"Santai broow," Jain menepuk bahu Aily dari blakang dan meraih tangannya untuk di gandeng.

Mereka diam tanpa bicara sama sekali saat menuju ke kantin. Sesudahnya sampai di kantin dan menemukan duduk mereka langsung memulai gosipnya.

"Oh ya, gue denger tadi ada yang masuk bk," ucap Freja memulai pembicaraan.

"Ya terus kita kudu ngapain Jaa?" tanya Dea yang bodoamat dengan topik yang di berikan Freja kali ini.

"Udah-udah, pada pesen apa?" Aily menyela ucapan Freja yang akan ia lontarkan.

"Kayak biasanya aja deh Ai," jawab Jian yang di setujui oleh Dea dan Freja.

Aily dan Freja mengantri membeli yang mereka inginkan. Aily mebeli pentol bakar dan Freja membeli minumnya. Sedangkan Dea dan Jian mereka menjaga tempat duduk.

Aily mendapatkan antrian ke dua, menurutnya itu sangat lama karena dia tidak membeli satu porsi, tapi empat porsi bersama teman nya.

Dugh.

"Aduh."

Aily membalikkan tubuh nya dan melihat ada grombolan anak-anak osis yang rebutan antrian.

"Sorry Ai, gak sengaja tadi," ucap Tiar sealaku salah satu anggota osis yang mendorong Aily tadi.

"Haha, iya gapapa santai aja," balas Aily dan melanjutkan antrian nya.

Setelah semuanya selesai dengan pesanan masing-masing, mereka memakan nya tanpa ada yang bicara samasekali. Mungkin karena mereka sedang menatap layar handphone nya.

"Ekhemm"

Seorang laki-laki menghampiri tempat mereka dan membuat atensi mata keempatnya teralihkan padanya.

"Ngapain Kak Hanan kesini?" tanya Jian kepada teman nya, dan hanya di balas acuhan bahu saja.

"Ai, nanti pulang sekolah lo ikut gue dulu," ucap Hanan dengan wajah datar nya yang di tunjukkan untuk teman Aily.

"Ke mana?" Aily memberhentikan acara makan nya dan beralih menatap Hanan.

"Udah ikut aja, gue udah izin Bunda lo juga."

Tanpa menunggu jawaban Aily, Hanan langsung pergi berasama teman-temannya.

Aily memandang ketiga teman nya satu per satu. Dia tak begitu memperdulikan ucapan kakak sepupunya tadi, dan melanjutkan acara makan nya.

"Kira-kira ngapain Ai?" tanya Jian, sedangkan sang empu hanya menggidikan bahu nya acuh.

•••

Pelajaran terakhir sudah berakhir dan kini waktunya untuk siswa-siswi untuk mengistirahatkan dirinya di rumah.

Namun, ada seorang gadis yang masih menunggu Kakak sepupunya di parkiran. Sudah terhitung lima belas menit dia menunggu, setelah bel pulang berbunyi.

"Udah lama Ai?" tanya seseorang yang Aily tunggu dari tadi yang tak lain adalah Hanan.

"Udah lah!, lo kemana aja dari tadi?" Aily membalas ucapan Hanan dengan ketus.

Hanan menghela napas nya dan mengelus dada nya.

'Sabar Nan, dia sepupu lo' batin Hanan dengan tangan yang masih stay mengelus dada.

Aily mengernyit bingung, "kenapa lo ngelus dada?" tanya nya dan hanya di balas gelengan saja oleh Hanan.

"Udah ayo, gue nebeng lo ya," Hanan mengambil alih kunci motor milik Aily. Sedangkan Aily hanya menurut saja kepada Hanan.

Hanan dan Aily sama-sama menutup mulutnya, tidak ada percakapan sama sekali di antara keduanya. Bahkan Aily hanya pasrah mau di bawa ke mana oleh Hanan.

Dua puluh menit sudah berlalu. Hanan memarkirkan motor milik Aily di salah satu gedung apartemen milik Hanan.

Aily mengernyit bingung menatap tempat ini. "Ngapain ke sini Bang?" tanya Aily dengan mengikuti langkah Hanan yang menuju masuk ke dalam apartemen.

"Mama nungguin lo di apartemen gue," jawab Hanan saat sudah sampai di depan pintu apartemen nya.

Mereka berdua masuk bersama, tak lupa juga untuk mengucapkan salam. Yang di katakan Hanan benar, mama nya berada di apartemen milik Hanan.

Oh ya, jika kalian bertanya kenapa Hanan sudah memiliki apartemen di saat dirinya masih sekolah. Itu karena keinginan Hanan sendiri, dan diri nya termasuk anak yang tidak mau di atur.

"Tante nyariin Aily?" Aily berbasa-basi dengan mama Hanan atau Isyah Mirzani.

Isyah Mirzani adalah Kakak perempuan dari Bunda Aily. Aily dan Adek nya memanggil Tante Mirza. Sedangkan Bunda nya memanggil Isyah.

Kakak beradik itu memiliki sifat yang bertolak belakang. Mama Hanan adalah seorang yang sabar dan tidak pernah marah dengan seorang anak, mungkin pernah tapi itu sangat jarang sekali. Sedangkan Bunda nya Aily seorang yang tegas dan pemarah kepada anak-anak nya, tapi menurut Aily yang sering terkena amukan orang tua nya adalah dirinya bukan Adek nya. Sebenarnya Amira atau Bunda Aily juga memiliki sifat seperti Isyah, namun dia gengsi untuk melakukan itu.

.

.

.

.

.

TBC.

Halal Usai SMA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang