Aily duduk di meja makan setelah melihat keberangkatan suaminya. Mata nya menampakkan sorot kecewa.
Ia sudah sangat bersemangat untuk memasakkan Zain, tapi laki-laki itu malah sama sekali tidak memakan atau bahkan melirik masakan nya.
"Gak boleh egois Ai, Gus Zain kan tadi lagi buru-buru," monolog nya berusaha menghibur diri.
"Masih banyak, di kasih siapa ya," gumam Aily setelah dia mengambil makanan untuk diri nya.
"Aku panggil Azira sama Elina aja kali ya, sekalian bilang kalo aku udah nikah," putus nya.
Ia pun menunda acara makan nya, lalu bergegas menuju asrama.
hanya butuh waktu tiga belas menit untuk Aily jalan ke arah asrama nya. Di perjalanan ia pun harus melewati asrama putra, di sana para santriwan terus saja melihat diri nya.
"Kiw kiw santriwati."
"Mau jalan beriringan bersama kakang dek?"
"Nikmat mana lagi yang engkau dusta kan."
"Lohh jangan lari cantik, nanti jatoh."
"Gapapa jatoh nanti mas tolong."
"HUEK!" ucap Aily seolah jijik dengan perkataan mereka.
Aily sedikit berlari menuju asrama putri. Sebenarnya dia tidak takut dengan santri-santri tadi, karena mereka hanya beberapa orang. Dan mereka memang sudah biasa menggoda santriwati yang lewat di hadapan nya.
"Assalamu'alaikum."
Setelah memberi salam Aily pun masuk, mata nya membola kala melihat banyak santri tingkat nya yang berada di dalam.
"Waalaikumsalam."
Semua pasang mata menatap Aily. Tatapan mereka berbeda-beda, ada yang kasihan ada yang sinis, datar dan yang lain.
"Itu A-ily mbak Adel," tunjuk Asyah kepada diri Aily.
Aily yang di tunjuk pun bingung, kenapa dengan diri nya? apakah ia membuat onar dengan santriwati dari asrama lain? menurutnya tidak.
Adel tersenyum lalu menghampiri Aily. Dia mengangkat tangan nya dan...
PLAK!!
Aily terkejut kala Adel menampar nya, ia menatap Adel tajam. Diri nya yang sudah tidak mood karena Gus Zain, kini di tambah lagi Adel .
"Pakai cara apa kamu mendekatkan diri ke keluarga ndalem, kemudian mengambil posisi saya dari perwakilan lomba antar pesantren!" sinis Adel.
Mendengar ucapan Adel, Aily mengernyit heran. Perwakilan lomba? Aily saja tidak tau jika diri nya di ikut kan lomba.
"JAWAB! JANGAN DIAM AJA!" teriak Adel tak sabaran.
Aily berusaha tetap tenang. Ia masih ingat jika di hadapan nya ini seseorang yang lebih tua dari nya.
"Coba jelaskan, saya tidak paham," Adel terkekeh mendengar ucapan Aily.
"Kamu di pilih keluarga ndalem untuk menggantikan saya di perlombaan matematika tahun ini. Dan saya tidak trima, karena saya masih bisa ikut di perlombaan itu. Bahkan dua tahun berturut-turut saya memenangkan juara utama , SAYA GAK SUDI AILY POSISI SAYA KAMU AMBIL!."
Setelah mendengar penjelasan Adel, ia baru saja mengerti. "Tapi keluarga ndalem belum ngasih tau saya, jadi tenang aja mungkin di cancle," balas Aily santai.
"Heh!, tenang kata mu? kamu udah mengambil semua posisi saya di ndalem Aily!" tegas Adel kembali.
"Di ambil lagi dong, saya juga gak keberatan kalo mbak Adel yang dekat dengan keluarga ndalem. Karena di sini kita juga sama-sama santri, bukan anak Pak Kyai," balas Aily kembali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Usai SMA!
Fiksi Remaja{FOLLOW SEBELUM MEMBACA!} Aily Nadheera Alzena. Seorang gadis berparas cantik dan baik,namun sedikit toxic. Aily adalah gadis yang pintar namun jarang untuk berpikir dewasa. Saat menjelang kenaikan kelas Kakek nya memasukkan gadis itu ke pesantren m...