[CH] - 13

531 22 0
                                    

Di Asrama Aily sedang menahan sakit di bagian perutnya yang tak kunjung reda.

Jika seperti ini dia ingin memeluk tubuh Bunda nya. Biasanya Bunda nya akan mengomel jika tau Aily sakit perut. Tapi sekarang dia sendiri, tak ada yang mengomeli nya lagi.

Dia meringkuk di atas kasur asrama. Dia menangis dengan tangan yang memegangi perutnya. Di setiap gumaman di mulutnya tak luput dari sang Bunda.

"Aily butuh Bunda."

"Hiks, sakit nya kali ini beda Bunda!"

"Bunda, Aily mau pulang."

Tak ada satupun yang mendengar rancu an gadis itu. Pihak kesehatan pesantren sedang tidak berada di pesantren membuat nya kelimpungan sendiri.

Ceklek.

Ning Fakira terkejut melihat Aily berbaring lemah di ranjang. Ning Fakira segera memanggil Gus Zain yang sedang berada di kamar depan.

Mereka berdua di tugaskan Kyai untuk mengecek kebersihan kamar santriwati dan santriwan.

"Gus!, tolong bantu mbak Aily!" ujar Ning Fakira menarik pergelangan Gus Zain.

"Panggil petugas kesehatan Ning!"

Ning Fakira menatap kakak nya sengit. "Seharusnya Gus yang panggil, masa Gus mau berdua an di sini sama mbak Aily!"

Mereka berdua berdebat tanpa ada yang tau jika petugas kesehatan sedang tidak ada di pesantren.

Aily bangun dia malas mendengar perdebatan adik kakak itu. "Panggilin Bunda aja Ning, ustadzah Nurma sedang keluar" pinta Aily. Ustadzah Nurma adalah petugas kesehatan di asrama putri.

Ning Fakira dan Gus Zain saling menatap. Tapi detik berikutnya Gus Zain keluar dan segera menuju ndalem.

Ning Fakira menghampiri Aily dia menuntun Aily untuk kembali berbaring tapi gadis itu engan untuk berbaring.

"Ning tolong bilangin ke pak Kyai untuk menelepon Bunda Ning," pinta Aily lagi.

"Gus Zain kakak saya tadi sudah kembali ke ndalem, kita tunggu aja kedatangan keluarga kamu," balas Ning Fakira.

Mata Aily terbelak. Jadi tadi yang kesini Gus Zain? Gus yang selama ini ingin ia temui?.

"Tadi beneran Gus Zain anak Kyai, Ning?" pertanyaan bodoh Aily membuat Ning Fakira menahan tawa nya.

"Lalu kalau bukan anak Kyai anak siapa mbak, ada ada aja deh mbak Aily," jawab Ning Fakira membuat Aily malu akan pertanyaan nya.

Aily hanya bisa menyengir. "Hehe, sebelumnya saya belum tau Ning," ujar Aily.

Ning  Fakira hanya mengangguk memaklumi. Mereka menunggu Gus Zain kembali untuk memberikan kabar dari Bunda Aily.

Lama perjalanan dari rumah Aily ke pesantren sekitar satu jam an. Sedangkan Aily ingin sekarang Bunda nya ada di sisi nya.

Sudah sekitar setengah jam an Ning Fakira menemani Aily di kamar asrama. Sedangkan Gus Zain tak kunjung datang kembali.

Ning Fakira merasa ada yang tidak beres pun ingin mengecek ke ndalem. "Mbak saya kembali ke ndalem sebentar ya, nanti balik lagi kok," Aily tidak rela jika Ning Fakira meninggalkan nya, namun kemudian dia mengangguk.

Dari tadi rasa sakit nya tak kunjung reda. Dia tadi sudah minum obat yang biasa ia minum saat sakit perut tapi itu juga tak mempan.

Ceklek.

Aily memandang ke arah pintu, alangkah terkejutnya dia saat melihat Bunda nya dan Izhar masuk ke dalam.

"Bunda, Izhar," cucit Aily.

Amira tersenyum menghampiri putri nya dan langsung memeluk tubuh mungil itu. "Aily sakit apa nak?" Amira memandang putri nya yang terlihat habis menangis.

Tanpa basa-basi Aily membalas pelukan Bunda nya dengan erat. Baizhar yang melihat itu sedikit iri.

"Bunda Aily mau pulang, bilangin ke pak Kyai Aily mau pulang Bun," rengek Aily di pelukan Bunda nya.

Amira mengelus kepala Aily yang terbalut jilbab itu. "Iya, Aily sama Hanan bakal pulang selama seminggu kok," jawab Amira membuat Aily sedikit lega.

Aily melepaskan pelukan nya lalu memandang sang Bunda. "Bang Hanan kenapa ikut pulang juga Bun?" tanya Aily.

"Gapapa, udah ayo ke ndalem. Di sana ada Ayah mu juga," jawab Amira lalu menuntun anak nya untuk pergi ke ndalem.

Kali ini Baizhar berasa angin lalu di hadapan keduanya. Tapi itu tak masalah bagi nya, toh selama ini kakak nya jauh dari sang Bunda.

•••

Di ndalem hanya ada pak Kyai dan Zayyad selaku Ayah Aily dan Baizhar. Gus Zain dan Ummah Yiesha sedang berada di salah satu kampus santri. Sedangkan Ummah Hasna, Gus Arkhan dan Ning Fakira mereka mengunjungi rumah Ning Fadwah, dan akan membawa nya kembali ke ndalem.

"Saya menunggu keputusan kedua istri saya dulu sahabat ku," ujar Kyai yang telah berada di tengah-tengah pembahasan.

"Apa pun itu saya tunggu keputusan kalian."

"Assalamu'alaikum"

Atensi Kyai Naqi dan Zayyad teralihkan. Mereka melihat kedatangan Amira beserta kedua anak nya.

Kyai Naqi mempersilahkan mereka duduk. "Bagaimana nak Aily?, udah mendingan setelah ketemu Bunda mu?" pertanyaan Kyai membuat Aily tersenyum kecil dan mengangguk.

"Saya hanya memberi waktu selama seminggu untuk nak Aily dan Hanan kembali pulang," ujar Kyai.

Mereka sudah berbincang-bincang selama satu jam lamanya. Tanpa di sadari Hanan sudah menunggu di depan.

Hanan sebenarnya ingin mengetuk pintu namun dia mendengar pembicaraan yang serius di dalam. Jadi ia mengurungkan niatnya itu.

Mata Izhar melihat bayangan seseorang di luar sana. Dia meminta izin kepada yang lebih tua untuk keluar sebentar.

"Bang Hanan!" panggil Baizhar saat melihat sepupu nya di luar.

Hanan sedikit kaget mendengar panggilan dari Baizhar. Dia mendekati Baizhar.

"Kenapa gue di suruh kemari Zhar?" tanya Hanan yang masih memakai lo-gue kepada Baizhar.

"Masuk aja bang!" suruh Baizhar dan Hanan hanya menuruti nya.

"Assalamu'alaikum"

Hanan dan Baizhar kemudian masuk. Baizhar kembali duduk di samping Aily sedangkan Hanan duduk di samping Zayyad.

Kyai melihat kebingungan dari raut wajah Hanan. "Hanan!, kamu sama Aily di beri waktu seminggu untuk istirahat di rumah," ujar Kyai.

Hanan mendongak manatap Kyai Naqi. "Baik Pak Kyai, terimakasih," balas Hanan, sebenarnya ia heran kenapa dia dan Aily di pulangkan selama seminggu.

Lima menit kemudian mereka berpamitan kepada Kyai Naqi untuk segera pulang.

"Saya tunggu keputusan nya ya Naqi!" Zayyad memeluk Kyai Naqi sesaat lalu menyusul yang lain ke luar.

Kya Naqi tersenyum melihat mereka yang sudah melesat pergi dari kawasan pesantren.

"Saya harap semuanya setuju Zayyad!"

.

.

.

.

.

TBC.

Halal Usai SMA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang