[CH] - 35

580 19 1
                                    

Setelah empat jam lama perjalanan, Gus Zain pun tiba di pesantren dengan selamat. Niat nya sekarang adalah langsung pulang ke rumah, tanpa ke ndalem terlebih dahulu.

Setiba nya di depan rumah Zain bingung kenapa seperti banyak orang di dalam sana. Terdengar canda tawa serta ucapan-ucapan yang lain.

"Assalamu'alaikum."

Semua pasang mata menatap ke dagangan Zain kemudian tersenyum. "Waalaikumsalam."

Semua keluarga Pak Kyai berkumpul di rumah Aily. Termasuk Ning Fadwah dan suami nya.

Raut wajah mereka seketika bingung dengan sosok di balik tubuh Zain. Begitupun dengan Aily yang nampak tak bisa berpikir positif.

"Loh, dia bukan nya? " tanya Hasna dengan berjalan menghampiri Zain.

Yiesha pun sama, dia berada di belakang Hasna dan menatap perempuan di balik tubuh Zain dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

"Dia putri Kyai Ary kan Zain?" semua menoleh ke arah Naqi yang baru saja bertanya.

Zain mengangguk, dia menyalimi tangan kedua Ummah nya. Perempuan tadi hanya mengekor saja kepada Gus Zain. Dia juga ikut menyalimi, tapi saat menyalimi Yiesha dia mendapatkan tatapan yang sedikit sinis.

Mereka semua kembali duduk. Dan untuk perempuan tadi dia duduk di sebelah Zain agak sedikit jauh. Aily tidak suka melihat tempat duduk perempuan tadi.

"Bah, dia mau mendaftarkan diri di pesantren ini," cletuk Zain di tengah keheningan.

"Nak Aqila kenapa mau lanjut di pesantren ini? aturan pesantren ini lebih ketat timbang aturan pesantren Abi kamu loh," tanya Naqi kepada Aqila.

"Iya Bah, saya sudah tau dari Abi saya dan Gus Zain."

Flasback on.

Aqila, gadis itu sedang memohon kepada kedua orang tua nya agar di pindahkan di pesantren Ar-Rasyid. Kedua orang tua nya bukan tak mengizinkan, tapi mereka takut karena jarak nya begitu jauh.

"Di sini aja ya nak, Ar-Rasyid itu jauh kalau kamu kenapa-napa kita tidak bisa langsung ke sana," tetap saja Aqila kekeuh ingin ke pesantren itu.

"Umi Abi, di sana kan kalian juga mengenal Kyai Naqi, dan kebetulan ada putra nya di sini. Jadi sekalian saya bisa langsung ke sana ya Umii," mohon nya terus terusan.

Ary dan Windi menghela napas. Permintaan putri satu-satu nya ini sungguh menguras emosi mereka.

"Abi bolehkan, asal kamu bisa menjaga diri dengan sangat baik, dan tinggalkan yang menyakiti mu!"

Aqila mendongak mata nya berbinar. "ABI BENERAN AQILA BOLEH KE AR-RASYID?? HAHAHAA ALHAMDULILLAH," gadis itu kegirangan sampai tak menyadari kedatangan Zain dan Khalid.

"Assalamu'alaikum," salam kedua lelaki itu.

Sketika Aqila terdiam melihat kedatangan Zain. Diri nya menunduk malu atas perbuatan nya barusan.

"Waalaikumsalam."

"Silahkan duduk nak," titah Kyai Ary.

Zain dan Khalid pun duduk di tempat yang kosong, tujuan mereka datang ke sini adalah ingin pamit untuk  kembali .

"Gus Zain udah mau pulang ya?" tanya Windi sambil melirik suami nya.

"Iya, ini kedatangan saya dan Ustadz Khalid untuk berpamitan."

"Sebelum pulang, boleh kah saya menitip putri saya?" Zain dan Khalid saling pandang, mereka sama-sama bingung dengan ucapan Kyai Ary.

Ary tersenyum melihat kebingungan kedua nya, "putri saya, Aqila dia ingin pindah mondok ke pesantren Ar-Rasyid milik Abah kamu. Jadi saya mau nitip untuk sekalian kamu daftarkan, saya tidak bisa ikut karena nanti malam akan terbang ke Al-Azhar sana," penjelasan Ary sudah cukup membuat Zain paham.

Halal Usai SMA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang