[CH] - 11

579 24 0
                                    

Sesuai ucapan Azira di masjid tadi. Kini dia sedang mengatakan semuanya kepada Aily yang notabene nya belum tau semua walau sudah di pesantren dua tahun.

"Kita senyam-senyum tadi bukan gara-gara kita suka sama Gus Zain. Tapi karena kita senang Gus bisa mengisi cramah di pesantren. Jadi yang ngisi cramah bukan ustadz yang udah tua-tua."

Aily melotot kepada Azira, "omongan mu Zira!"

Azira hanya terkekeh saja dan melanjutkan perkataannya.

"Tapi kita juga takut kalau Gus Zain sudah pulang," Aily bingung. Kenapa mereka harus takut? bukannya tadi mereka senang.

Elina mengerti kebingungan sahabatnya itu. Sudah bisa di tebak dengan raut wajahnya.

"Gus Zain itu orang nya tegas, dingin, kejam kalau sudah mengurus santri-santri Abah nya," perkataan Elina membuat rasa penasarannya hilang, namun muncul lah rasa takut yang sama.

"Nanti pas sholat tahajud di masjid kasih tau aku ya, yang mana Gus Zain itu!" pinta Aily, di angguki kedua teman nya.

"Jadi kamu tadi belum lihat wajah Gus Zain sama sekali?" Aily hanya menggeleng saat mendengarkan pertanyaan Azira.

"Udah jangan bahas Gus Zain terus. Ayo kerjain tugas kuliah kita!"

Pukul sepuluh malam semua santri harus sudah tidur. Tapi tidak dengan Aily, dia tidak bisa tidur karena ia kangen dengan keluarga nya.

Aily turun dari ranjang nya, beruntung dia mendapat kasur di bawah. Jadi saat dia ingin turun dari kasur tidak akan menggangu teman nya.

Aily mengambil Qur'an nya dan mulai menghafal juz dua puluh tujuh, sesuai dengan keinginan Ummah Yiesha.

Sekarang sudah pukul dua pagi. Kurang satu jam lagi sholat tahajud. Aily segera kembali tidur karena dia juga sudah mengantuk.

"Aily!" panggil Elina sambil menggoyangkan lengan gadis itu.

Santriwati di kamar itu sudah mewajarkan hal seperti itu. Karena di sana juga banyak santri yang susah di bangun kan.

Dengan terpksa Elina mencubit lengan gadi itu sampai dia meringis dan terbangun.

"Apaan sih Lin!" belum sepenuhnya kesadaran Aily terkumpul.

"Sholat tahajud Aily," ucap Elina lalu mengajak Aily untuk wudhu.

•••

Di ndalem pagi-pagi seperti ini sudah di sibuk kan persiapan untuk menjenguk putra kedua Kyai.

Gus Zain keluar dari kamar dan mengampiri sang Abah. "Bah, saya tidak bisa ngimamin sholat tahajud. Karena saya mau berangkat sekarang," ujar Gus Zain kepada Kyai Naqi.

Kyai Naqi menatap sang putra, "Gak kepagian Gus?" Zain menggeleng sebagai jawaban.

Gus Zain pamit dengan Abah nya untuk menemui kedua Ummah nya.

Yiesha dan Hasna tersenyum memandang sang putra.

"Mau ngimamin sholat atau langsung berangkat nak?" tanya Ummah Yiesha selaku Ibu kandung Gus Zain.

"Langsung berangkat Ummah," jawabnya.

Hasna tersenyum getir dengan memandang interaksi antara Ibu dan putra nya. Jujur dia iri karena Gus Zain mau pulang ke pesantren setelah menempuh pendidikan di Al-Azhar. Sedangkan putra nya sendiri tidak mau pulang ke pesantren walau dia berada di pesantren milik teman suaminya.

Halal Usai SMA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang