[CH] - 25

502 18 0
                                    

Ketiga gadis itu ngos-ngosan berlari dari alun-alun kota menuju pesantren. Dan keadaan masjid sekarang sudah tak seraimai tadi. Karena acara nya jam sembilan lebih lima belas menit sudah selesai.

Dua puluh menit lagi sudah jam sepuluh. Tapi mereka belum menemukan jalan untuk masuk ke pesantren.

Elina panik karena ada tugas kuliah yang belum ia kerjakan. "Haduh! ayo dong Aii jangan lama," desak Elina saat Aily memilih jalan yang aman dari pengawas.

"Pagar blakang ndalem!, di sana gak terlalu tinggi," usul Aily dan usulan itu di ragukan kedua temannya.

"Manjat?" tanya Azira , Aily pun hanya mengangguk.

"Bahaya Ai! itu dekat ndalem kalo sampai ada keluarga ndalem yang tau gimana?" takut Azira lagi.

"Itu masalah nanti Zir, sekarang ayo turuti Aily saja, aku juga kepikiran nya itu kok Zir," helaan napas terdengar dari mulut Azira.

Saat sudah sampai, Aily menyuruh Elina untuk manjat terlebih dahulu dengan ia bantu. Kemudian gantian Azira. Namun Azira, gadis itu malah takut untuk manjat.

"Aii gak bisa, takutt," cicit Azira pelan.

Aily menatap mata gadis yang sedang ia bantu untuk manjat itu dengan keyakinan. Dan akhirnya pun berhasil.

Sekarang tinggal dirinya seorang. Tapi itu tak masalah besar karena memanjat itu hanya hal kecil.

"Ayo, buruan kembali ke asrama! nanti ketahuan pengawasa yang lagi berjaga," Azira dan Aily mengangguk.

"Ekhem!!"

Aily tau mereka sedang di pergoki oleh siapa. "Lin, Zir balik aja duluan. Cepat! nanti aku nyusul," bisik nya kepada Elina dan Azira.

"Tapi ka--" Aily yang geram pun sontak mendorong kedua gadis itu untuk segera lari menuju asrama.

Gadis itu sekarang berbalik badan dan menatap Gus nya dengan sedikit takut. Ingat! hanya sedikit tidak lebih.

"Buka cadar kamu!" tegas Gus itu.

Aily dengan terpaksa membuka cadar itu di hadapan calon suaminya.

Alangkah terkejutnya saat melihat yang memakai cadar di hadapannya adalah Aily, calon istri nya.

'Astaghfirullahalazim,'  batin Zain yang melihat kelakuan gadis di depan nya ini.

"Dari mana saja?" tanya Gus Zain dengan nada sinis.

Aily diam. Ia bingung harus jujur atau berbohong. Jika jujur pasti akan bertambah masalahnya, dan ia pun memutuskan untuk jujur.

"Dari alun-alun Gus," jawab nya menunduk.

"Besok setelah kuliah, kalian bertiga ke ndalem!" mendengar kata 'bertiga' membuat Aily menggeleng.

"Jangan bertiga Gus saya saja, kasih hukuman teman saya ke saya saja. Yang ngajak mereka itu saya jadi yang nanggung ya saya Gus," pinta Aily dengan lesu.

"Ti--"

"Saya mohon Gus! ini salah saya," potong Aily cepat, ia tak mau temannya menerima hukuman untuk kesalahan nya ini.

"Hm."

Gus Zain berbalik badan dan melasat pergi begitu saja. Setelah melihat tak ada satupun orang di hadapan nya, ia pun kembali ke asrama.

•••

Keesokan pagi nya Aily telat datang ke kampus nya. Tak hanya Aily, tapi juga ada dua mahasantri lain yang telat. Dan untuk kedua temannya mereka sudah sampai lima menit sebelum dirinya.

Halal Usai SMA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang