[CH] - 02

1.1K 33 0
                                    

Dring...dring...dring.

Bel masuk sudah berbunyi banyak siswa siswi yang berhamburan keluar kelas atau kantin yang brgegas untuk ke lapangan upacara.

Aily yang sedang enak-enak makan langsung saja menaruh roti nya, dan neminum air putih di botol yang tinggal separuh.

Hanan sudah lebih dahulu pergi dari kantin dan meninggal kan Aily. Karena dia juga bertugas untuk upacara hari ini.

Di samping Aily ada Dea atau Dea Andhira Jaehana. Dia adalah sahabat kecil Aily, dari SD sampai SMA dia selalu bersama Aily. Tapi saat SMP dia lebih dekat dengan Freja salah satu teman di circle mereka.

"Tumben lo gak ke kelas?" tanya Dea dengan berbisik karena takut di tegur oleh pengawas yang ada di blakang.

"Kayak biasanya kalo ada rapat osis," jawab Aily dengan berbisik juga.

Upacara berjalan dengan lancar, kali ini tidak ada murid yang pingsan atau mengeluh sakit. Ceramah akhir upacara adalah hal yang paling tidak di sukai oleh murid-murid.

"Bangsat, capek gue dengernya," umpat Dea yang malas mendengar ceramah dari kepala sekolah.

"Udah nikmatin aja De," kata salah satu teman sekelas nya.

Dea hanya menghembuskan napas nya kasar dan kembali bermalas-malasan untuk mendengarkan ceramah kepala sekolah.

Sekitar lima belas menit setelah Dea mengumpat, Pak Ardan pun mengakhiri upacara tersebut.

Aily kembali ke kelas terlebih dahulu. Dia akan menyusul teman-teman nya yang ada di kantin setelah menaruh tas nya.

Kelas nya begitu sepi hanya ada dua orang saja di sana, tiga orang serta dirinya. Aily tidak peduli dengan keduanya dan langsung menaruh tas nya.

Saat perjalanan menuju kantin, langkah nya terhenti kala melihat kegaduhan di depan kelas XI.IPA 3. Dia sebenarnya bodoamat dengan kegaduhan itu. Tapi langkah nya selalu di halangi oleh siswa-siswi yang heboh dengan kegaduhan itu.

'Orang bodoh mana lagi yang menyia-nyiakan waktu lima belas menit untuk istirahat,'  batin nya malas saat melihat kegaduhan itu tak usai-usai.

Dia sudah malas ke kantin jika seperti ini, dan keinginan nya sekarang adalah kembali ke kelas. Sebenarnya Aily malas berada di kelas dengan dua orang yang irit bicara itu.

Aily kembali ke kelas dan duduk di bangkunya sambil menatap papan putih di depan. Dia kembali teringat dengan mimpinya tadi pagi sebelum bunda nya merusak mimpi indah itu.

"Andai aja tadi Bunda gak bangunin, pasti kelanjutannya bakal indah," gumamnya di iringi senyum kecil pada bibir nya.

"Wuih diem-diem baek neng," Dea duduk di sebelah Aily di ikuti kedua teman mereka yaitu Jian Uzma , dan Freja Keinan Jahida.

Jian dan Freja mereka sahabat Aily dan Dea sejak memasuki bangku SMP. Tapi di antara keempatnya Jian lebih dekat dengan Dea dan Freja dengan Aily. Walau begitu mereka akan tetap kompak satu sama lain, dan akan menjadi sahabat.

"Haha, gue lagi males nanti di rumah," ujap Aily membalas candaan dari Dea tadi.

Mereka sebenarnya kasihan dengan Aily, tapi bagaimana lagi. Jika mereka membantu itu sama sekali tidak mengurangi beban Aily tapi malah menambahi beban Aily.

Sama seperti dulu saat mereka berinisiatif untuk membantu Aily. Tapi malah berujung Aily yang di marahi oleh Bundanya.

Flashback on.

"Gue aja yang jemur Ai, lo kerjain yang lain," ucap Freja dan di setujui oleh Aily.

Sedangkan Dea dan Jian sedang mengerjakan tugas mereka yang akan di kumpulkan besok. Untung saja satu circle ini adalah murid yang berprestasi, jadi mereka tidak terlalu sulit untuk mengerjakannya.

Selesai dengan pekerjaannya Aily kembali kepada Freja, guna untuk membantunya menjemur baju-baju itu. Tapi dia di buat kaget dengan Freja, karena dia mencampur baju-baju  yang sudah di pisah-pisahkan oleh Aily.

"Ja, baju nya kecampur semua Jaa," panik Aily. Takut jika dia tidak hapal dengan baju-baju itu.

Freja yang mendengar ucapan Aily langsung saja menaruh baju-baju itu kembali di dalam keranjang baju di bawahnya.

"Ai, terus ini gimana?, gue gatau kalo beda keranjang beda baju," Freja tak kalah panik nya dengan Aily.

"Gue g-gatau, dan gue harap lo hapal letak-letak nya Ja"

Dea dan Jian yang mendengar keributan di ruang cuci baju langsung saja menghampiri mereka.

"Ada apa?" tanya Dea yang baru saja datang dengan Jian.

Aily menceritakan semuanya kepada keduanya. Mereka juga tak kalah paniknya dengan Aily dan Freja. Mereka hanya saja takut jika Bunda Aily sampai tau dan mengamuk kepada mereka.

Sedangkan Aily tidak mau jika teman nya ikut di marahi oleh Bundanya langsung saja dia menurut ketiganya untuk pulang.

"Gue ada ide," cletuk Aily dan membuat intens mata mereka teralihkan kepada Aily.

Mereka menunggu jawaban Aily tanpa berniat membuka suara mereka.

"Mending kalian pulang aja, gue yang selesain masalah ini. Gue minta tolong tugas gue aja sih," lanjut Aily.

"Apaan gak, kita kudu nanggung konsekuensinya bersama Ai" ucap Dea dan di benarkan oleh keduanya.

"Apalagi gue Ai, gak banget gue pulang gitu aja," Freja merasa tidak enak dengan Aily jika sudah begini.

"Kita buat masalah bersama kita juga harus mengakhiri bersama," balas Jian dan di setujui oleh Freja dan Dea.

Aily nampak berpikir sejenak. Jika dia menyetujui ucapan Jian makan yang ada nanti malah amarah Bundanya semakin besar.

"Enggak!, nanti yang ada Bunda malah tambah marah kalo kalian tetap di sini," tegas Aily dan tetap kekeuh untuk menyuruh mereka pulang.

"Oke, kita pulang tapi izinin kita buat beresin tugas-tugas kita yang ada di ruang tengah Ai," finally Freja, Freja merasa tidak enak jika harus pulang begitu saja.

Aily hanya menganggukkan kepalanya saja, dan mencoba memilihi baju-baju yang sudah tercampur itu.

"Huh"

Helaan napas terdengar di telinga Dea yang memang masih stay di ruang cuci.

"Beneran ini gapapa kita tinggal?" tanya Dea melangkah menghampiri Aily.

"Iyaa, gapapa De," jawab Aily yang mulai jenuh dengan pertanyaan mereka.

Setelah mereka pulang, beberapa menit kemudian bunda Aily pulang. Sedangkan Aily belum sempat membereskan kerusuhan tadi.

Dan benar saja saat Bunda nya tau, Aily benar-benar di marahi habis-habisan.

•••

Jumpa lagi untuk yang ke-dua kalinya di cerita ini, berharap kalian sukaa.

Halal Usai SMA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang