[CH] - 08

579 21 0
                                    

Kini Aily duduk termenung di balkon kamar nya dengan pikiran yang berkecamuk. Dia menangis dalam diam. Dia mau masuk pesantren jika mendapat apresiasi dari orang tua nya akan usaha untuk mempertahankan prestasinya.

Dia berpikir mungkin saja orang tua nya gengsi untuk memberinya apresiasi. Tapi Aily hanya menginginkan itu, dia ingin ada kata 'bangga' yang terlontar dari mulut kedua orang tua nya.

Di sela-sela tangisan dan kacau nya pikiran Aily, Bunda Amira datang dan mendekati Aily. Tangan Amira terulur untuk mengelus bahu sang anak.

"Aily Bunda mohon, terima permintaan Opa sama Oma kamu," ucapan itu mampu membuat Aily menghala napasnya dan menyingkirkan tangan Amira dari bahu nya.

"Ai mau masuk pesantren tapi ada sedikit rasa enggak terima dari hati Aily, karena ucapan Ayah tadi bun," lirih Aily yang terdengar amat sedih.

"Bunda minta maaf atas ucapan Ayah kamu tadi. Sekarang gak usah di pikir dulu, Aily tidur aja besok kan sekolah. Bunda mau ke bawah dulu buat nemuin Oma kamu," Amira sedikit tersenyum kepada putri nya, lalu meninggalkan kamar putri nya menuju kamar tamu.

Aily merebahkan tubuh nya di kasur. "Hidup gue gini amat."

Lelah dengan pikiran nya mata gadis itu mulai tertutup.

•••

Aily bangun pagi-pagi sekali sebelum orang rumah bangun. Setelah sholat subuh dia berada di tempat kerja sang Bunda.

Dia berinisiatif untuk mencuci beberapa pakaian yang belum di cuci. "Sedikit mengurangi beban Bunda itu lebih baik," gumam Aily.

Tiba-tiba Izhar datang menghampiri Aily. Dia memegang bahu Aily, dan membuat gadis itu terkejut.

"Ck, ngapain sih Zhar?" kesal Aily dengan tangan yang masih berada pada pakaian.

Baizhar duduk di salah satu kursi di ruangan itu, "lagian Kakak jam segini udah cuci baju aja."

"Ya soalnya nanti jam enam pas udah harus nyampe di sekolah."

Tanpa membalas ucapan sang Kakak Baizhar kembali lagi ke kamarnya untuk melanjutkan tidur nya.

Kini sudah hampir selesai Amira datang menghampiri sang putri.

"Tumben udah bangun terus cuci-cuci?" pertanyaan dari sang Bunda membuat Aily sedikit jenuh.

"Gapapa, soalnya nanti Aily brangkat sekolah jam enam pas. Terus nanti juga bareng sama bang Hanan," jawab Aily.

Amira hanya mengangguk-angguk saja, lalu membantu sang putri agar pekerjaannya cepat selesai.

Waktu berputar sangat cepat membuat Aily kebingungan mengatasi waktu nya. "Bunda Aily mau siap-siap ya," ia bergegas menuju kamar mandi.

Oma yang baru turun di buat kebingungan dengan tergesa-gesa nya Aily tadi.

Oma melangkahkan kaki nya menuju ruang kerja Amira. "Baru setengah enam kok kayak di kejar maling anak itu Mir?" pertanyaan dari sang Mertua mengagetkan Amira.

"Oh itu Mi, dia brangkat jam enam sama Hanan nanti," jawab Amira.

Oma Syakil hanya ber 'oh' ria saja, lalu melangkahkan kaki nya lagi menuju dapur untuk memasak.

Zayyad sedang berada di kamarnya sambil mengurusi pekerjaannya. Dia jam setengah tujuh nanti akan ada rapat di kantor nya yang membuat Zayyad kerepotan sendiri.

Di tengah-tengah sibuknya mempersiapkan untuk rapat nanti dia masih berharap bahwa putri nya mau masuk pesantren milik teman Abi nya.

Sedangkan kini Aily sibuk menata buku di tas nya selesai mandi dan berganti pakaian tadi.

Kurang sepuluh menit Aily langsung turun ke bawah dan berpamitan untuk brangkat. "Aily brangkat dulu, assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam."

Langkah cepatnya menuntun nya menuju gerbang. Tak mau menunggu Hanan lebih lama dia langsung menghampiri rumah sepupunya itu.

Baru ingin membuka gerbang deru motor Hanan menghentikan kegiatan nya. Sedetik kemudian dia melanjutkannya lagi, dengan cepat membuka gerbang itu.

Hanan menghela napas di balik helm nya. "Udah ayo cepat!" seru Hanan.

Saat di perjalanan jalanan sangat ramai. Hanan tak menyalahkan Aily karena terlambat dari jam yang di janjikan. Toh dirinya sendiri juga telat akan ucapannya.

Aily berinisiatif untuk memberitahu Hanan tentang kejadian kemarin malam.

"Bang. Gue mau di masukin pesantren," ucap nya to the point.

Hanan yang tengah serius menyetir pun terkejut. "Hah?, lo gak lagi bercanda kan Ai?" tanya laki-laki itu.

Aily sedikit tertawa dan menggeleng. Gelengan Aily masih bisa di lihat Hanan dari kaca spion nya.

"Nanti malam lo ikut kan bang?" Aily berusaha mengalihkan topik pembicaraan kali ini.

"Ikut lah, gue juga kangen sepupu yang lain," jawab Hanan.

Aily ber oh ria, " gue kira lo gak bakal dateng."

Setelah itu tak ada percakapan antara keduanya sampai tiba di sekolah. Mereka berdua bergegas menuju kelas nya masing-masing.

Sebenarnya sekarang tidak ada rapat osis tapi sekarang adalah jadwal piket Hanan jadi cowok itu harus berangkat pagi-pagi agar tidak ada yang mengganggu nya piket.

Aily sendiri dia nurut karena notabene nya dia nebeng kepada Hanan.

Aily menelungkup kan kepala nya di tangan. Dia memejamkan mata nya sambil menunggu teman-teman nya datang.

Saat teman nya sudah datang nanti dia ingin bercerita banyak tentang kejadian tadi malam.

"Woii Ailyy bangun!" suara cempreng teman nya itu mengganggu tidur pulas Aily.

Aily mengangkat kepala nya. "Lo kenapa ganggu tidur gue sih De."

Sedangkan sang empu hanya menyengir tak jelas. "Ya lagian lo pagi-pagi udah tidur lagi."

"Ya karena gue ngantuk lah."

Freja meletakkan tas nya di samping duduk Aily. Begitu juga dengan Dea dan Jian yang meletakkan tas mereka di tempat masing-masing.

Tak ingin mengganggu tidur Aily lagi mereka bertiga pun mengerjakan pr yang belum mereka kerjakan.

"Ai gue ambil buku ipa lo ya," Aily hanya mengangguk sebagai jawaban.

Freja menarik satu kursi menuju meja Dea dan Jian. ketiga nya mengerjakan pr dengan diam dan fokus.

Sang ketua kelas masuk ke dalam kelas, memberhentikan kegiatan siswa-siswi di dalam kelas itu dengan suara nya.

"Woi!, yang lagi tidur, ngerjain pr, gibahin orang, bermesraan dengan pacar nya, semua penghuni kelas ini deh. Di sin--" perkataan Fizan di potong oleh salah satu siswa di kelas itu.

"Langsung to the point aja Zan," Fizan yang mendengar ucapan Nadil pun menurutinya.

"Baik, kita di suruh Bu Hami untuk berkumpul di ruang kelas sebelas ips dua sekarang!"

.

.

.

.

.

TBC.

Halal Usai SMA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang