Suasana pesantren kini di hebohkan dengan kembali nya putra kedua sang Kyai. Mereka tak sabar melihat rupa Gus keduanya itu.
Sedangkan Gus Arkhan sendiri engan untuk keluar dari ndalem. Dia sudah nyaman berada di sana, walau kadang Gus Zain mengajaknya mengajar ngaji di masjid pesantren.
Seperti saat ini pun Gus Zain sedang berusaha untuk mengajak adiknya menemani nya menyimak hafalan santri-santri.
"Ayo, mau berapa lama kamu akan berdiam diri di ndalem Arkhan!" geram Gus Zain karena adiknya sudah lama tak mau keluar rumah.
Gus Arkhan menghela napas kemudian berdiri dan berjalan menuju pintu. Begitu pula dengan Gus Zain, dia mengikuti adiknya dari blakang.
Saat sudah sampai di depan rumah gantian Gus Zain yang memimpin jalan.
Gus Arkhan merasakan dejavu dengan tempat-tempat ini. Bagaimana tidak sudah empat tahun dia tak kembali sama sekali ke sini. Terakhir dia disini saat kelas dua SMP.
"Bang, masih jauh ya?" tanya Gus Arkhan di sela-sela jalan nya.
Gus Zain reflek berhenti saat mendengar pertanyaan sang adik. "Kamu lupa semuanya?" bukan nya menjawab Gus Zain malah mengimbuhi dengan pertanyaan juga.
"Iya, cuma letaknya. Soalnya pesantren Abah kan besar, tapi abang gak perlu khawatir semua kenangan masa lalu di sini masih tersimpan di benak Arkhan," jawab Arkhan.
Mereka melanjutkan perjalanannya kembali dan sampai di masjid. Sudah ada beberapa samtriwan yang menunggu kedatangan Gsu Zain.
"Sebelah Gus Zain itu?" tanya salah satu santri kepada teman nya.
Ada beberapa santri yang tahu jika itu adalah putra kedua Kyai, tapi kebanyakan dari mereka yang tidak tahu karena tak pernah melihat atau mendengar tentang putra kedua Kyai.
"Itu Gus Arkhan, dia putra Kyai dan Umi Hasna," jawab santri itu.
Gus Zain datang dengan wajah datar nya, begitu pun dengan Gus Arkhan.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," salam Gus Zain.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka serempak.
Sekitar ada tiga belas santriwan yang di simak hapalan nya oleh Gus Zain. Selebihnya bisa ke para ustadz atau lain waktu bersama Gus Zain.
"Afwan, sebelumnya di samping saya dia adalah adik saya dari Ummah Hasna, Gus Arkhan," ucap Zain kepada santri Abah nya.
"Hm, hai saya Arkhan saya putra dari Pak Kyai dan Ummah Hasna. Saya mungkin masih seumuran dengan kalian," Arkhan mencoba memperkenalkan diri dan mencoba akrab dengan santri-santri itu.
Ada salah satu santri yang membalas ucapan Arkhan. "Emm, afwan berarti Gus baru kuliah?" tanya santri itu.
Sedangkan Arkhan hanya mengangguk sebagai jawaban.
Setelah perkenalan itu pun, storan sudah di mulai. Gus Zain menyimak dua santri dan Gus Arkhan mencoba menyimak satu santri.
Gus Zain sudah menghapal tiga puluh juz Al-Qur'an, dan Gus Arkhan dua puluh tiga juz. Sedangkan Ning Fakirah baru tujuh belas juz.
Selesai menyimak para santri, mereka kembali ke ndalem. Tapi di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba Ning Fakira menghentikan kedua kakak nya itu.
Ning Fakira tersenyum memandang keduanya. "Mas Zain di suruh Ummah buat kembali ke ndalem, dan mas Arkhan di suruh untuk menemani saya ke asrama putri," ucap Ning Fakira to the point.
Sedangkan Gus Zain masih bingung. Bukan kah di jam ini santriwati masih berada di asrama nya?.
"Bukannya masih ada santriwati di dalam asrama Ning?" tanya Gus Zain guna menjawab rasa penasaran nya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Halal Usai SMA!
Ficțiune adolescenți{FOLLOW SEBELUM MEMBACA!} Aily Nadheera Alzena. Seorang gadis berparas cantik dan baik,namun sedikit toxic. Aily adalah gadis yang pintar namun jarang untuk berpikir dewasa. Saat menjelang kenaikan kelas Kakek nya memasukkan gadis itu ke pesantren m...