[CH] - 07

689 27 0
                                    

Rapat osis membicarakan tentang persiapan class meet, yang di selenggarakan minggu depan. Di adakannya class meet karena memperingati atau merayakan hari ulang tahun SMA Jaksanagara yang ke tiga puluh tujuh.

Setelah semuanya masuk dan rapat telah di buka oleh Hanan semuanya kini mulai mencatat tugas mereka masing-masing. Tidak semua, hanya beberapa saja.

Seperti bendahara, ketua osis, dan sekbid yang masuk kedalam class meet tersebut. Mereka mencatat persiapan yang akan mereka siapkan nanti. Dan selebihnya yang tidak mencatat mereka akan membantu nanti saat pelaksanaan class meet.

Setengah jam telah berlalu dan rapat sudah di akhiri oleh Hanan. Tapi masih ada beberapa anggota yang masih stay di sana. Salah satunya Aily dan Freja, serta circle tiga cowok tadi.

Aily menghampiri Hanan yang masih di tempat duduk nya sambil memainkan handphone nya. Dia sudah berada di depan Hanan tapi anak itu tidak menyadari kehadirannya.

"Bang, nanti pulang gue nebeng lo ya," ucap Aily tanpa memperdulikan Hanan mendengar nya atau tidak.

"Motor lo kenapa?" tanya Hanan sebelum Aily kembali lagi ke tempat nya.

"Oh itu Jian pinjam buat pulang nanti, terus besok di bawa ke sekolah lagi," jawab nya yang hanya di angguki oleh Hanan.

'etdah cuma ngangguk doang?, ini mau apa enggak anjir,' batin Aily bersama langkah kaki nya yang menuntun nya kembali ke tempatnya.

ting

Aily melirik handphone nya dan di layar nya menujukkan notifikasi dari sang Bunda. Dia tak berniat untuk membalas chat dari Bunda nya, dan hanya membacanya.

Freja tadi juga sempat melirik notifikasi dari handphone Aily. "Kenapa cuma lo biarin aja?" tanya nya untuk mengurangi rasa heran pada dirinya.

"Gapapa, cuma nyuruh pulang lebih awal. Lagian gue biasanya juga pulang awal," jawab Aily sambil memalingkan wajahnya ke arah tiga cowok yang sempat membuat Freja naik pitam.

Di sisi lain. Di tempat Dea dan Jian, mereka tak peduli kapan kedua sahabatnya akan kembali. Toh paling juga mereka akan tetap di ruang itu sampai pulang.

"Ian, lo tau gue suka sama anak gedung sebelah," cletuk Dea tiba-tiba membuat Jian terkejut.

"Hah!, yang mana anjir di sana anak nya cakep-cakep coy," heboh Jian membuat telinga Dea pening.

"Haha, siapa lagi kalo bukan circle nya tiga cowok yang banyak di kagumi kaum hawa di sini," balas Dea santai, walau ada beberapa teman kelasnya yang mendengarkan ucapannya.

"Ternyata lo salah satunya," kini Jian tak lagi heboh seperti tadi lebih terkesan tidak berminat.

•••

Dring...Dring...Dring...

Bel pulang telah berbunyi. Semua berhamburan menuju gerbang dan tempat parkir untuk segera pulang. Sama halnya dengan Jian yang kini kebingungan untuk mencari motor milik Aily itu.

Oh ayolah di sini yang memiliki motor  var*o bukan Aily seorang. Memang di sini di beri nomor untuk mengingat motor mereka. Tapi Aily lupa tak memberikannya kepada Jian.

Ingin menelponnya ternyata Aily sudah berada di parkiran bersama Hanan di blakang nya. Jian langsung menghampiri Aily dan bertanya di mana letak motor milik Aily.

"Motor lo yang mana anjir," ucap Jian baru datang di depan tubuh Aily.

Aily hanya diam dan menunjuk tempat motor nya berada. Setelah teman nya itu tau dia langsung berpamitan dan melesat untuk pulang bersama Hanan.

Kini jalanan banyak di penuhi oleh anak-anak yang baru pulang sekolah. Aily menikmati pemandangan di sekitarnya tanpa memikirkan masalahnya nanti.

"Ini langsung pulang?" tanya Hanan di sela-sela Aily menikmati pemandangan nya.

"Ha?" Aily tak mendengarkan apa yang di bicarakan oleh Hanan karena ucapan Hanan di terpa oleh angin.

Hanan menarik napas nya dalam-dalam dan menghembuskan nya dengan kasar.

"INI LANGSUNG PULANG?" teriak Hanan yang mengundang tatapan heran pengemudi sekitar.

Aily sedikit terlonjak kaget, kemudian mengiyakan pertanyaan Hanan.

Sebenarnya dia ingin pergi ke taman sebentar, toh Hanan juga pasti mau untuk mengantarkannya. Tapi sekejap keinginan nya ia urungkan karena mengingat pesan sang Bunda yang menyuruh nya pulang lebih awal.

Sesampainya di depan rumah Aily. Hanan langsung pamit untuk pulang, walau rumah Hanan berhadapan langsung dengan rumah Aily.

Setelah mengucapkan kata 'terimakasih' dia langsung masuk ke dalam. Dia bingung kenapa Ayah nya jam segini sudah ada di rumah. Tapi setelahnya dia tak memperdulikan itu lagi dan melanjutkan langkah nya.

"Assalamu'alaikum," salam Aily saat memasuki rumah yang sedikit mewah itu.

Di ruang tamu sudah banyak orang yang menjawab salam Aily. Lebih tepatnya keluarga besar dari Ayah nya.

Aily tersenyum kecil dan menghampiri sang Oma dan memeluk nya. Sang Oma yang mendapat pelukan dari cucu kesayangannya pun ikut tersenyum dengan tangan keriput nya yang mengelus kepala Aily.

"Nak, pergi mandi dulu setelah itu kembali lagi kesini," perintah Ayah Aily dan langsung di kerjakan oleh Aily.

Dua puluh menit lamanya mereka menunggu Aily datang. Dan bertambah lima menit langsung yang di tunggu datang ke bawah.

Dia duduk di samping Izhar sang Adik. Mereka tetap diam sampai Oma memulai pembicaraan yang sepertinya penting untuk Aily.

"Ehmm, Aily setelah kamu selesai sma. Kita semua mau kamu langsung masuk ke pesantren," Perkataan sang Oma mampu membuat Aily terpaku, dia tak bisa berpikir dan hanya ada kata 'kenapa' pada dirinya.

"Oma tau, kamu mungkin terkejut atau bahkan tak mau. Tapi ini demi kebaikanmu Aily, Ayah dan Bunda kamu sudah setuju dengan keputusan Oma dan Opa ini. Kita mau masukin kamu di pesantren yang sama seperti Ayah mu dulu," lanjut Oma untuk sedikit menenangkan Aily. Tapi gadis itu tetap diam dengan mata yang bergerak kesana-kemari.

"Kalo Aily nolak pasti bakal kalian paksa kan?" tanya Aily lirih, dia takut di situasi seperti ini Ayah nya akan marah.

"Aily Nadheera Alzena!"

Tepat sekali, tebakan Aily jarang sekali meleset. Kemudian dia munduk takut dan diam tanpa mau melirik sekitarnya.

Dehaman dari Opa mampu membuat amarah Zayyad mereda. Kakek Aily atau biasa ia panggil Opa itu sangat gampang meredakan amarah anak-anak nya. Bukan karena hubungan anak dan Ayah tapi karena ketenangan Zayyad yang pertama berasal dari Ayah nya.

"Aily, kamu pikir-pikir dulu tapi besok kamu harus memberikan keputusan mu," kini Amira selaku Bunda dari Aily dan Izhar membuka suaranya.

"Bun, Ai udah bilang kalo Ai gak mau masuk pesantren, Ai cuma mau sekolah biasa dan lanjut kuliah. Di benak Aily pun gak pernah terpikir untuk masuk ke pesantren bun," keluh Aily dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Zayyad sang Ayah.

"Kalo begitu Ayah gak butuh persetujuan kamu, dan kelas dua belas nanti kamu sudah berada di pesantren. Ayah tidak menerima tapi-tapi an dari kamu Aily!" tegas Zayyad kemudian meninggalkan ruang tamu itu menuju kamar nya.

.

.

.

.

.

TBC.

Halal Usai SMA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang