[CH] - 24

481 20 0
                                    

Pagi berganti dengan siang menjelang sore. Semua tempat pesantren sudah bersih. Dan sekarang saat nya para santri menunaikan sholat ashar.

"Apalagi yang harus di bawa, eh iya al-qur'an terjemahan," gumam seorang gadis dengan mempersiapkan sesuatu untuk menjalani hukuman nya.

sudah selesai dengan kegiatannya, gadis itu pun pergi ke masjid karena sebentar lagi iqomah. Dia di tinggal teman-teman nya karena lama, jadi tak ada yang menemaninya menuju masjid.

Huft...

Helaan napas itu keluar dari bibir gadis itu yang tak lain adalah Aily. Dia mendapatkan tempat paling blakang sendiri karena telat satu rakaat.

Setelah semuanya kembali Aily masih di sana karena membereskan tempatnya tadi. Ia membawa mukena nya juga menuju ke ndalem.

Dia berjalan sambil berlari kecil. Aily tak begitu tergesa-gesa, dirinya yakin jika Gus nya masih di masjid. Mengingat dia tadi mendengar obrolan di tempat jamaah laki-laki.

"Dikit lagi Aii."

Gadis itu mendongakkan kepala nya, sontak kedua mata nya melotot terkejut saat Gus Zain tepat berada di depan rumahnya.

"Kamu telat enam menit!" suara bariton itu membuat jiwa Aily menjadi takut.

"Afwan Gus, jangan di tambah lagi hukuman nya," mohon Aily.

"Ucapan saya tidak bisa di revisi," tolak Zain mentah-mentah.

Aily membuang napas nya untuk kesekian kali. "Gus to--"

"Tidak ada bantahan Aily! hukuman kamu saya tambah jadi empat juz jika terus membantah!!" tegas Gus Zain memotong perkataan gadis itu,lalu masuk ke dalam rumah nya.

Aily berdecak malas, kemudian kaki nya mengikuti langkah Zain.

Untung di ndalem hanya ada Ning Fakira dan Ummah Hasna jadi ia tak perlu terlalu takut.

"Loh!, Aily ada perlu apa sampai ke ndalem?" Hasna muncul dari arah dapur menuju ke ruang tamu, tempat Aily menunggu Gus Zain.

Aily tersenyum lalu menghampiri Hasna dan mengulurkan tangan nya untuk salim. "Eh, anu Ummah saya mau stor hukuman ke Gus Zain," ujar Aily.

"Stor hukuman?" bingung Hasna.

"Aily melakukan kesalahan jadi saya hukum dengan stor hafalan Ummah," bukan Aily yang menjawab, melainkan Gus Zain sendiri yang datang dari arah blakang.

"Oalah, yaudah lanjutin aja. Dan Aily semangat," Ummah Hasna pergi dengan tersenyum-senyum sendiri.

•••

Sudah terhitung dua jam lama nya Aily berhadapan dengan Gus Zain. Ia benar-benar stor empat juz langsung .

Sekarang ia baru saja mendapat tiga juz. Tapi tenaga nya sudah tidak ada lagi untuk lanjut menghafal.

"Gus, yang satu juz nya besok ya, Aily capek Gus," pinta Aily membuat Zain berpikir sejenak.

Melihat banyaknya tugas yang harus ia selesaikan malam ini. Jadi ia menyetujui nya saja, mengingat Aily juga baru saja sembuh pasti membutuhkan istirahat yang cukup.

Gus Zain selain mengajar ngaji dan mengisi cramah di luar sana, ia juga merupakan guru di SMA pondok Abah nya.

Jujur Aily sangat bersyukur karena Gus Zain tak menjadi dosen di kampus nya.

Halal Usai SMA!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang