Hallo. Hallo.
Selamat pagi dan selamat membaca.
.
.
.
.
.
.
.
Monumen Pancasila Sakti.
Monumen ini dibangun di atas lahan seluas 9 Hektar, atas prakarsa Presiden ke-2 RI, Soeharto. Dibangun untuk mengingat perjuangan para Pahlawan Revolusi yang berjuang mempertahankan ideologi negara Republik Indonesia, Pancasila dari ancaman ideologi komunis.
Monumen ini terletak Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Di sebelah selatan terdapat markas besar Tentara Nasional Indonesia, Cilangkap, sebelah utara adalah Bandar Udara Halim Perdanakusuma, sedangkan sebelah timur adalah Pasar Pondok Gede, dan sebelah barat, Taman Mini Indonesia Indah.
Nimas memotret ketujuh patung jenderal di depannya.
Gadis berambut sebahu itu menatap hasil jepretannya lekat-lekat.
Yah, akhirnya aku berada di sini. Sebuah senyum datar menghiasi wajahnya. Dia memandang patung relief para jenderal Pahlawan Revolusi.
Sudah lama dia ingin mengunjungi Monumen ini. Tapi sayang, jarak yang terlalu jauh membuatnya sedikit berpikir dua kali. Dia pernah mengutarakan hal ini pada sang ayah, tapi yang ada hanya penolakan dan larangan.
Kini saat sekolahnya mengadakan study tour ke Jakarta dengan Monumen Pancasila Sakti sebagai salah satu tempat yang di kunjungi, membuat Nimas begitu antusias mengikutinya.
Baru memasuki pintu masuk, dia di suguhkan suasana yang sedikit em, entahlah. Nimas sulit menjelaskannya. Entah ini perasaan Nimas saja atau bagaimana, yang jelas ada perasaan sedih dan pilu membuat hatinya sendu.
Apa karena tempat ini bekas pembantaian dulunya?
"Kamu nggak keliling Nimas?"
Nimas mendongak.
Pak Siwon ikut berdiri di sampingnya memandang patung Jenderal Ahmad Yani yang berdiri gagah menunjuk persis di depannya.
"Udah Pak," Nimas tersenyum "Tapi saya belum ke Museum Paseban."
"Yang berisi peninggalan para Pahlawan Revolusi itu?"
"Iya Pak," angguk Nimas sambil memperbaik topi putih yang menutupi kepalanya.
"Kamu seperti sudah pernah kesini sebelumnya? Kamu tahu betul setiap detail tempat ini." Pak Siwon tersenyum
"Dereng pak, kulo ngertosipun amargi
mirsani yutub, hehe!" Nimas cengar-cengir sambil terus memotret tempat ini.(Belum Pak, saya tahu pun karena liat yutub).
Pak Siwon ikut cengar-cengir.
"Iya juga ya," guru lelaki paruh baya namun tetap terlihat muda nan tampan itu menatap patung para jenderal. "Kamu tahu kisah jenderal Ahmad Yani?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPTEN, BAGAIMANA BISA AKU MELUPAKANMU? [END]
Fiction HistoriqueNimas Perwira. Gadis yang duduk di masa akhir SMA dan amat menyukai sejarah. Bercita-cita menjadi seorang tentara. Gadis enerjik dan suka berdebat masalah kritis. Bagaimana jadinya jika dia terlempar ke masa lalu dan bertemu dengan pahlawan Revolus...