Hei, selamat malam.
Siapkan hati kalian ya.
Selamat membaca.
________________________
Waktu dini hari yang begitu sunyi, gelap dan senyap.
Jalanan yang lenggang kini di isi oleh deru truk-truk militer yang berhenti di Jalan Teuku Umar.
Berbondong-bondong keluarlah tentara dengan senjata teracung. Menyerbu kediaman Jenderal Nasution.
"Angkat tangan! Jangan melawan!!" bentaknya sambil menodongkan AK-47 di tangan membuat ajudan yang berjaga mengangkat tangan. Mereka dipaksa berjongkok.
Para pasukan penculik bergegas menyergap penjaga rumah baik yang bangun maupun yang masih tidur. Setiap ada gerakan untuk mengambil senapan atau helm, pasukan itu mengancam dengan melepas tembakan ke atas atau ke sisi badan para penjaga sehingga mereka tidak berkutik.
Tentara penculik berlarian menjaga setiap sudut rumah sang jenderal. Depan maupun belakang rumah dan satu masuk ke dalam rumah utama, yang di pimpin oleh Kopral Dua Hargiono.
Kediaman ini sempurna di kepung.
Tentara berbaret merah itu membuka paksa pintu utama di susul yang lain. Mereka bergegas menelusuri lorong, memeriksa ruangan demi ruangan hingga menimbulkan suara gaduh.
Bu Nas terbangun. Naluri wanita itu bersiaga penuh atas situasi yang terjadi di rumah mereka. Bergegas bangkit, mengintip di balik pintu.
"...Tjakrabirawa." Bu Nas mengepalkan tangan erat menatap Pak Nas yang kini bangkit dari tempat tidur.
"Tjakra?" insting Sang Jenderal berdentum kencang. Menyampaikan firasat buruk. Pasukan penjaga presiden menyantroni rumahnya di pagi buta? Ini bukan situasi santai.
"Saya akan berbicara dengan mereka Johanna. Tunggu di sini!"
Bu Nas sigap menghadang suaminya. Menatap tajam, "Jangan gila! Mereka mau menculik kamu! Mundur! Jangan gegabah!"
Pak Nas menggeleng, berusaha memberi pengertian. "Mereka akan mendengarkan saya. Ini bisa di bicarakan baik-baik. Saya akan mengatasinya." sambil membuka pintu yang langsung di sambut dengan acungan senjata.
DOR!
DOR!
Beberapa anggota Tjakrabirawa yang memang bersiaga di depan pintu kamar langsung melepas tembakan dari jarak kurang lebih satu setengah meter.
Jenderal Nasution langsung menutup pintu dan bertiarap. Suara tembakan langsung membangunkan Ade Irma yang tidur bersama kedua orang tuanya.
"Ayah!" gadis kecil itu bergegas mendekat pada sang ayah.
Brak!
Brak!!
"JENDERAL!! KELUAR JENDERAL!!"
Bu Nas yang berdiri di balik pintu, bergegas menahan dari dalam. Beradu tenaga dengan Tjakrabirawa yang menggedor pintu, berusaha masuk. Wanita itu sigap mengunci pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPTEN, BAGAIMANA BISA AKU MELUPAKANMU? [END]
Historical FictionNimas Perwira. Gadis yang duduk di masa akhir SMA dan amat menyukai sejarah. Bercita-cita menjadi seorang tentara. Gadis enerjik dan suka berdebat masalah kritis. Bagaimana jadinya jika dia terlempar ke masa lalu dan bertemu dengan pahlawan Revolus...