39. Bertambah Satu.

2.7K 248 67
                                    

Derap langkah menghentak, berlarian menuju truk-truk tentara yang satu persatu mulai melaju. Bersamaan dengan peluit yang ditiup kencang.

Tentara itu banyak sekali. Mengingat kurang lebih ada 100 orang yang diikutsertakan dalam operasi
G30S/PKI untuk menangkap target utama dari rencana mereka, Jenderal Nasution yang menjabat sebagai KSAD sekaligus merangkap sebagai Menteri Pertahanan.

Maka dibawalah pasukan besar.

Truk utama yang membawa sosok yang mereka yakini Jenderal Nasution sudah melesat meninggalkan kediaman ini. Berselang beberapa detik menyusul lah truk berikutnya. Begitu seterusnya.

Karena merasa yakin para penjaga yang mereka ringkus, tidak lagi membahayakan mereka, pasukan penculik ini membiarkannya begitu saja. Berlarian menuju truk. Mengejar waktu.

Dan tidak menyadari akan datangnya bahaya yang membobol mereka dari belakang.

Sosok itu melesat keluar dari paviliun ajudan. Menerkam seperti seekor singa, dengan melompat penuh gaya dan menumbangkan tentara yang berlarian paling belakang. Jatuh berdebam.

Sontak tentara yang berlarian itu menoleh ke belakang, mendapati kawannya tersungkur akibat hantaman tamu tak diundang. Belum mencerna keadaan, sosok itu kini mengirim tendangan memutar pada tentara yang berada di sampingnya. Ushiro ura Mawashi Geri. Tendangan telak mengenai dagu—itu titik serangan yang fatal sekali—tentara kedua terbanting ke belakang, roboh, menyusul temannya.

"RINGKUS GADIS ITU!!!"

Terlambat. Meski tentara terdekat langsung mengangkat senjata dan bersiap menarik pelatuk, si penyerang lebih dulu maju. Tinjunya bergerak cepat menghantam jakun bahkan sebelum tentara itu memposisikan pistolnya. Membuat tentara yang tak siap dengan serangan itu tersedak. Terduduk memegang lehernya yang luar biasa ngilu.

Cepat sekali. Sang penyerang langsung merampas AK-47 dan  menodongkannya balik. Moncong pistol laras panjang tersebut menempel telak di batok kepalanya, sekali dia menarik pelatuk, kepala itu akan pecah.

Tentara yang tersisa di sini sontak mengangkat senjata. Balas menempelkan senjata di punggung si gadis. Bukan hanya dari belakang saja, dari samping kiri, kanan, juga mengambil posisi ikut angkat senjata. Membidik jantung dan pelipisnya.

Gadis itu terkepung todongan pistol.

Gadis itu,

Nimas Perwira.

Melihat Pierre yang dibawa paksa oleh Tjakrabirawa membuatnya hilang kendali. Dia lolos dari cekalan Hamdan dan melesat keluar, menahan pasukan itu. Dilihat dari gerakannya saja, siapapun bisa menilai bahwa ilmu beladiri gadis ini bukan kaleng-kaleng. Dalam waktu sepersekian detik mampu merobohkan tiga tentara pasukan khusus tanpa senjata apapun. Itu tergolong hebat untuk seukuran gadis SMA.

Hanya saja...

Kamu cari mati, Nimas.

Kamu menambah masalah yang membuatmu berhadapan dengan Tjakrabirawa.

Tentu saja semua orang terkejut melihat gadis itu tiba-tiba menyerang mereka. Ajudan yang sedari tadi di paksa berjongkok sontak berdiri yang langsung dihadang Tjakrabirawa yang masih tersisa di tempat ini. Mereka tentu saja mengenal Nimas, tamu sang Jenderal. Tapi dengan keadaan tertodong seperti ini apa yang bisa mereka lakukan?

"LETAKKAN SENJATAMU, BOCAH!"

Tak ada jawaban dari Nimas.

Melihat hal itu, tentara yang menodongkan moncong senjata semakin menekankan pada punggung Nimas. Sekali pelatuk ditarik, punggung gadis itu akan berlubang oleh berondongan peluru panas.

KAPTEN, BAGAIMANA BISA AKU MELUPAKANMU? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang