Hallo, kawan.
Salam yuk darimana ajaaヾ(^-^)ノ
Ini adalah murni karangan dan imajinasi saya.
Cerita ini saya buat untuk mengingat akan perjuangan mereka para pahlawan yang menjaga dan mempertahankan keutuhan Pancasila.
Juga untuk Pahlawan Revolusi termuda, Pierre Tendean. Sosok yang begitu menginspirasi, yang juga membuat saya begitu kagum.
Izinkan saya menulis cerita tentang beliau. Dari pemikiran saya, tanpa bermaksud menyinggung pihak manapun.
Enjoy (づ ̄ ³ ̄)づ
.
.
.
.
.
.
."Nimas, siniiii!!"
Berdiri di antara kerumunan yang sibuk berbincang ria atau sibuk dengan hal lain membuatnya sedikit kesulitan membalas lambaian teman.
Bus besar berjejer di sepanjang
Jln. Taman Menteri Supeno pagi ini menambah kemacetan lalu lintas."Nimass!!"
Gadis berambut sebahu itu menoleh kala melihat temannya sudah menunggu di samping bus bersama anak anak lain.
Hari ini, SMAN 1 mengadakan kunjungan study tour ke Jakarta. Seluruh kelas 12 jurusan IPS di wajibkan ikut—termasuk Nimas.
"Nanti duduk sama aku yaa!"
Nimas mengangguk. "Kenapa masih di sini Jessy? Nggak masuk to?"
Jessy menggeleng. "Kan nunggu kamu. Yowes ayo masuk!"
Langsung saja gadis berparas sedikit bule itu menarik Nimas memasuki bus. Mereka mencari tempat duduk yang belum banyak terisi.
Nimas memilih duduk dekat jendela setelah menaruh ransel di dashboard atas. Kini dia hanya membawa kamera DSLR terkalung di lehernya, juga makanan ringan dan sebotol air mineral.
"Kamu udah makan?" tanya Nimas menatap Jessy yang asyik mencaploki keripik kentang rasa sapi panggang.
"Udah dong!" sahut gadis blasteran Perancis itu sambil tersenyum. "Mama bakal nyerocos tujuh hari tujuh malem kalo aku nggak sarapan. Kamu tau kan gimana Mamaku?!"
Nimas tertawa. "Budhe Catherina emang debes ya, tau kok!"
Serius dia panggilnya budhe. Jowo ne penak e nyeluk ngene ki. (Jawa nya enak panggil begini).
Lagian juga wanita paruh baya asli Lyon, Perancis itu juga sudah medhok jowo. Hahaha jadi bayangin gimana punya emak bule.
"De bes darimana? Mama tuh nyebelin!" Jessy mencibir. Hais, emaknya galak ngab. Jadi pengen tukar tambah Pajero boleh gak sih?
Astaga, nyebut kamu Jessy!
Itu emak kamu!
"Heh ndak boleh gitu, ra apik!" Nimas menyentil kening Jessy membuatnya mengaduh. "Gitu gitu beliau sayang sama kamu ya Jes!"
"Iya iyaaaa!" Jessy mendengus mendengarkan omelan sahabatnya satu itu.
"Tapi Nim," selanya membuat Nimas kembali menoleh.
"Hmm?"
"Sebenernya aku kurang sreg sih sama tour-nya." curhat Jessy agak berbisik lantaran teman teman mereka mulai memasuki bus ini.
"Kita jauh jauh ke Jakarta cuma ke Museum Pancasila Sakti, Monas, Dufan huft! Kenapa nggak ke Bali aja? Lebih asyik!"
Nimas mengernyit. "Namanya aja study tour, perjalanan sambil belajar. Bener kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPTEN, BAGAIMANA BISA AKU MELUPAKANMU? [END]
Ficción históricaNimas Perwira. Gadis yang duduk di masa akhir SMA dan amat menyukai sejarah. Bercita-cita menjadi seorang tentara. Gadis enerjik dan suka berdebat masalah kritis. Bagaimana jadinya jika dia terlempar ke masa lalu dan bertemu dengan pahlawan Revolus...