Apa kabar?
Minal aidzin wal faidzin yaaa, sugeng riyadi. Kalo saya ada salah mohon di maafin.
Yang udah gede tapi masih dapet thr acungkan jari. Yang nggak dapet thr mohon gigit jari. Karena kalian gak sendiri kawan. ಥ_ಥ
Pokoknya itu dah. Btw, happy reading semua.
Wajib vote(づ ̄ ³ ̄)づ
_________________________
23 September 1965.
Nimas mengintip melalui celah pintu. Tatapannya tertuju pada seorang pria paruh baya yang sibuk di ruang kerjanya.
Sang Jenderal, AH. Nasution.
Gadis itu menghela napas. Perlahan balik kanan dan menelusuri ruang tamu yang malah berpapasan dengan Pierre.
"Mas Pierre?"
"Nimas?" pemuda itu menatapnya lekat "Ini sudah malam, kenapa kamu belum tidur?"
"Belum ngantuk." Nimas mendongak. Lagian ini masih jam 9 malam.
Pierre berkacak pinggang. Nampak berpikir sejenak.
"Kamu, ikut saya." tanpa aba-aba, dia menarik Nimas keluar rumah.
"Wehhhh, iki arep di gowo neng endi aku?" (wehhhh, ini mau dibawa kemana aku?)
Pierre hanya diam.
Dia membuka pintu Jip Gaz yang biasa dipakai Pak Nas bertugas dan menyuruh Nimas naik.
"Ini mau kemana?" Nimas yang sudah duduk di bangku samping sopir menoleh "Kamu ndak nyulik aku kan?"
Pierre menyentil dahinya. "Ngawur."
Melihat Nimas yang ingin protes, pemuda yang yang mengenakan kaus putih lengan pendek itu bergegas menjawab "Kamu akan tahu nanti. Jadi, diamlah."
Nimas melotot tapi kemudian menurutinya.
Jip buatan Rusia itu melaju meninggalkan kediaman Jenderal Nasution. Menelusuri jalanan kota Jakarta di malam hari. Tempo dulu.
🥀
Hening.
Keempat pasang mata itu hanya saling tatap.
Nimas yang duduk di sebelah Pierre hanya tersenyum canggung.
"Haha, halo Mas-Mas ajudan." Gadis berambut sebahu itu memutuskan membuka percakapan. "Nama saya Nimas Perwira, panggil aja Nimas."
"Kamu kekasihnya Pir?" salah satu pemuda itu menatapnya sambil mengernyit.
"Pi-Yer!" yang punya nama langsung membetulkan. Sambil melotot.
Soedrajad, atau yang sering di panggil Dradjad tertawa "Sudah pasti kekasihnya, Di! Iya toh Yer?"
"Tidak mungkin!" Wahyudi menggeleng. "Si Piyer ini kan ndak suka perempuan hahaha!"
Pierre melotot sekali lagi, bahkan hendak menjitak kawannya itu tapi tertahan begitu melihat Nimas malah ikut tertawa bersama kedua kawannya.
"Loh, Mas Pierre belok?" Nimas ngakak sambil menatapnya prihatin.
"Mana ada!" Pierre langsung menyangkal. "Jangan dengarkan mereka! Sesat!"
Dradjad hanya terkekeh. "Hanya bercanda Yer, sensitif sekali kamu?"
Pierre berdecak. Bercanda sih bercanda, tapi ini di depan Nimas loh. Bisa-bisa harga dirinya menggelinding jatuh.
"Nona, nama saya Soedradjad. Panggil saja Dradjad. Saya ajudan Mayjen Soedarto, Komandan Operasi Karya dan Komandan Pelaksana Pembangunan Jalan Silang Monas." pemuda seumuran Pierre itu tersenyum sambil mengulurkan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPTEN, BAGAIMANA BISA AKU MELUPAKANMU? [END]
Fiction HistoriqueNimas Perwira. Gadis yang duduk di masa akhir SMA dan amat menyukai sejarah. Bercita-cita menjadi seorang tentara. Gadis enerjik dan suka berdebat masalah kritis. Bagaimana jadinya jika dia terlempar ke masa lalu dan bertemu dengan pahlawan Revolus...