17. Kamu dan Sepotong Peuyeum Bandung.

2.3K 238 161
                                    

Selamat datang wahai penerus bangsa(๑´ㅂ'๑)

Bagaimana kabar kalian hari ini?

Saya harap, kalian tetap menunggu cerita yang sedikit lagi ending ini yaaaaヾ(^-^)ノ

Walaupun cerita saya masih amburadul, tidak sebagus author lain, saya harap masih ada yang menantikan cerita iniಥ_ಥ

Teruntuk kalian yang mampir, saya ucapkan terimakasih. Lebih bagus lagi, berikan vote. Juga komen. Biar saya tambah semangat namatin ini  cerita (❁´◡'❁)

Rek, enjoy(づ ̄ ³ ̄)づ

____________________________

24 September 1965.

"Ayahhhh!!! Ayah sudah datang!!"

"Yeayyy, ayah pulanggg!"

Kakinya berlarian, tak sabar menyongsong kedatangan sang ayah yang baru saja turun dari mobil dinasnya.

Pria paruh baya dengan setelan seragam kebanggaan tersenyum melihat kedua putrinya antusias menyambut.

"Kepada ayah Jenderal, hormatt grakk!!"

Jenderal Nasution membulatkan mata dengan sapaan hormat yang keluar dari mulut putri bungsunya. Begitu pula dengan Pierre yang langsung menolehkan kepala.

Astaga, Ade yang berucap demikian? Siapa yang mengajarinya?

Tapi, Pak Nas segera mengangkat tangan hingga pelipis. Balas menghormat.

Melihat sang ayah menurunkan tangan, Ade ikut menurunkan tangan. Juga Yanti di belakangnya.

"Yeayyyy, ayah pulangg!"

Pak Nas tertawa riang, dia dengan sigap menggendong Ade. Yanti  membawakan tas kerja milik sang ayah.

"Ade pintar sekaliii!" Pak Nas tersenyum mengusap rambut si bungsu dengan sayang.

Yanti tertawa "Ayah nggak tau aja, yang ngajarin sih mbak Nimas
dong!!"

Begitu nama sang gadis di sebut, Pierre yang sibuk di belakang Jip mencuri dengar. Matanya diam-diam mengedar, mencari keberadaan gadis berambut sebahu yang entah kenapa kali ini absen.

Ade tersenyum "Kata mbak Nimas, Ade harus bilang seperti itu sama Ayah. Kepada Sang Jenderal, hormatt grakkkk" betapa menggemaskannya anak kecil itu menirukan apa yang di katakan Nimas "Katanya Ade harus cool. Stay cool? Itu apasih Ayah?"

Pak Nas berhasil meloloskan tawa mendengar cerita Ade. Nimas itu ada-ada saja!

Pierre di belakang hanya tersenyum.

Pak Nas tertawa "Lalu, dimana kah tamu ayah itu?"

"Mbak Nimas di dapur, membantu Mama."

Pierre melihat sang atasan memasuki rumah. Jadwal mengawal Pak Nas sudah ia selesaikan hari ini. Waktunya istirahat.

Eh, tapi dimana Nimas?

                                     🥀🥀🥀

Langkahnya kian mendekat.

Memantapkan diri menghampiri sosok yang tengah duduk di sebuah bangku belakang rumah. Tepat di bawah rindangnya pohon mahoni.

Terdiam, sedikit mengerjapkan mata melihatnya entah kenapa sedikit berbeda.

"Nimas?"

Si gadis menolehkan kepala. Tersenyum riang kala netranya bertemu pandang dengan pemuda tinggi yang di balut pakaian dinas militer nya.

KAPTEN, BAGAIMANA BISA AKU MELUPAKANMU? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang