"MBAKKK NIMAASSS!!"
"EH COPOT! AKU JADI ISTRINYA JAEMIN!!" Latah Nimas kurang ajar.
Gadis berambut sebahu itu menoleh, mendapati Ade yang berdiri di pintu kamarnya sambil tertawa.
"Mbak Nimas kagetnya lucu!" Gadis kecil itu menutup mulutnya menahan tawa. "Ade boleh masuk?"
Sabar Nimas, tarik napas.
Nggak boleh marah sama anak kecil. Apalagi dia nanti jadi pahlawan hayoo!
"Sini, masuklah Ade!"
Kamar tamu kediaman Jenderal Nasution yang hampir sebulan ini di tempati Nimas. Gadis itu menyuruh Ade duduk di sampingnya.
"Ade baru pulang sekolah?"
"Iya mbak Nimas." Angguk Ade senang. "Tadi Ade belajar dan bermain di TK."
"Oh ya?"
"Ehhh, Ade juga bernyanyi dong. Pokoknya seru sekali." Ade bercerita antusias semua yang dia lakukan hari ini. Dan Nimas menjadi pendengar yang baik. Ikut antusias.
"Ade sedari tadi mencari mbak Nimas. Ternyata mbak Nimas ada di kamar ya?"
Nimas tertawa, "Emang kenapa? Ade kangen ya sama aku?"
Ade tertawa malu-malu. Pipinya memerah.
"Ade ingin mengajak mbak Nimas bermain. Kakak belum pulang, Ade sendiri." Lanjut bocah 5 tahun itu.
Wow, ini sudah jam 4 sore dan Yanti belum pulang sekolah? Nimas bertanya-tanya, apakah Yanti fullday? Nimas yang SMA aja nggak nyampe se sore ini. Eh, kecuali pas ekskul sih.
"Emang main apa Ade?" Nimas menyingkirkan tas nya lalu menatap Ade.
"Ini apa mbak Nimas?" Ade malah kepo sama urusan lain. Tas Nimas. Tas kecil yang dia bawa sejak terdampar di rumah ini. Tas dia menyimpan barang dan snack ringan.
Nimas menoleh.
Ade memegang handphone miliknya.
Gadis itu membulatkan mata kaget. Dia tergesa-gesa mengambilnya dari Ade. Tak menyadari ekspresi bungsu Pak Nas itu.
Sialan.
Benda yang selama ini Nimas sembunyikan.
Dan, bukankah dia sudah memasukkan itu ke dalam tas? Bagaimana bisa ada lantai? Dan bagaimana bisa Ade yang menemukannya? Sial, Nimas kecolongan?
"Emm, ini punya mbak Nimas. Tadi jatuh ya? Hahaha?" Ujar Nimas
kaku. "Iyaa, jatuh tadi. Terimakasih ya Ade."Gadis kecil itu terdiam. Matanya menelisik, menatap lekat handphone di tangan Nimas.
Sadar apa yang Ade lihat, gadis berambut sebahu itu cepat-cepat memasukkan nya dalam tas. Dan menyembunyikan di belakang tubuhnya.
"Ah, Ade ingin mengajak mbak Nimas main katanya?" Nimas cepat mengalihkan topik pembicaraan.
Sejenak terdiam, Ade langsung tersenyum ceria. Seolah ekspresi dia sebelumnya tidak pernah ada.
"Iya mbak Nimas. Ayo kita main sepeda-sepedaan!" Ujarnya riang sambil menarik tangan Nimas.
"Les goooo!!" Keduanya keluar dari kamar Nimas dan berjalan menuju halaman depan. Ade benar-benar antusias menarik Nimas.
Tak ada yang menyadari gadis kecil itu sekilas menatap pintu kamar Nimas dengan tatapan yang tidak biasa.
🥀
Sepeda kecil roda tiga itu memutari halaman rumah Pak Nas. Dengan Ade yang mengayuh dan Nimas yang mendorong di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAPTEN, BAGAIMANA BISA AKU MELUPAKANMU? [END]
Ficción históricaNimas Perwira. Gadis yang duduk di masa akhir SMA dan amat menyukai sejarah. Bercita-cita menjadi seorang tentara. Gadis enerjik dan suka berdebat masalah kritis. Bagaimana jadinya jika dia terlempar ke masa lalu dan bertemu dengan pahlawan Revolus...