34. Kedatangan Tjakrabirawa.

1.7K 186 15
                                    

"Jenderal di minta menghadap Presiden sekarang juga!"





1 Oktober 1965, dini hari.

Setelah memimpin pengamanan Presiden Soekarno di Istora Senayan, Letkol Untung Samsoeri, Komandan Batalyon 1 Tjakrabirawa bergegas menuju daerah Lubang Buaya.

Di lokasi itu sudah berkumpul Kolonel Abdul Latief, Kapten Soeradi Prawirohardjo, Mayor Soekirno, Kapten Koentjoro, Mayor Bambang Soepeno, Mayor Udara Sujono, Soepono Marsoedidjojo dan yang terakhir Sjam Kamaruzaman.

Pada pukul 2 dini hari, di Lubang Buaya, Letkol Untung mengadakan briefing. Dalam briefing ini ditetapkan nama operasi adalah 'Gerakan 30 September' atas instruksi D.N. Aidit.

Saat itu juga telah diputuskan untuk mencoret nama Chaerul Saleh, Bung Hatta dan Brigjen Sukendro dari daftar penculikan. Saleh dan Sukendro di coret lantaran tengah berada di China. Sementara Bung Hatta juga di coret agar yang di tangkap semuanya adalah perwira tinggi militer dari Angkatan Darat.

Pasukan yang di ikut sertakan dalam gerakan ini adalah anak buah Untung di Tjakrabirawa, beberapa pasukan dari Batalyon 454/Diponegoro, Brigif 1 pimpinan Latief dan Pemuda Rakyat yang bertugas sebagai penjaga.

Dalam briefing ini, mereka di informasikan tentang adanya Dewan Jenderal dan CIA untuk melawan Presiden Soekarno. Maka dari itu Gerakan 30 September ini sangat vital untuk menetralisasi gerakan Dewan Jenderal.

Pasukan kemudian dibagi menjadi tiga kelompok.

Pasukan Pringgodani yang menempati Lubang Buaya sebagai basis sekaligus tempat mengumpulkan para jenderal yang dipimpin Mayor Udara Gatot Soekrisno dan Mayor Udara Sujono.

Pasukan Bimasakti yang bertugas menguasai gedung telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan dan gedung Radio Republik Indonesia (RRI) di Jalan Merdeka Barat yang di pimpin Kapten Suradi.

Pasukan Pasopati yang bertugas menculik para Jenderal yang di sinyalir tergabung dalam Dewan Jenderal yang di pimpin Letnan Satu Abdoel Latief (Doel) Arif, bawahan Letkol Untung di Tjakrabirawa.

Pukul 3, Letnan Doel Arif dari Pasopati memberi instruksi pada tujuh sub-unit yang akan menangkap ketujuh jenderal. Sebuah perintah untuk membawa ketujuh jenderal itu hidup atau mati. Sebelum pukul 5, semua unit harus sudah tiba di Lubang Buaya.

Satuan yang menculik Jenderal AH. Nasution di pimpin oleh Pembantu Letnan Dua Jahurup dari Resimen Tjakrabirawa. Pasukan ini terdiri dari 1 regu Kawal Kehormatan Tjakrabirawa, 1 peleton Batalyon 530/Para Brawijaya, 1 peleton Batalyon 454/Para Diponegoro, 1 peleton Pasukan Gerak Tjepat (PGT)/AURI dan 1 Peleton Sukwan Pemuda Rakyat.

Para Penculik sang Jenderal berangkat dari Lubang Buaya pukul 3 pagi menggunakan tiga truk dari AURI dan dua kendaraan dari Tjakrabirawa dan sebuah Gaz, berkekuatan ±100 orang.

Berlarian menaiki truk sembari membawa senjata berlaras panjang, para tentara berbaret merah ini bergegas. Suara napas terdengar tegang, mata menatap tajam ke segala arah.

Sang pengemudi truk militer yang berisi para penculik sang Jenderal itu memacu gas kencang.

Menuju kearah Menteng, di Jalan Teuku Umar. Kediaman Jenderal Nasution.

🥀

"KEPUNG KEDIAMAN INI, JANGAN BIARKAN SEEKOR TIKUS PUN LOLOS! BAWA JENDERAL ITU HIDUP ATAU MATI!!"

Berlarian pasukan penculik itu dengan senjata teracung. Bergerak cepat membagi diri dalam beberapa kelompok. Ada yang berjaga di depan dan belakang rumah, dan satu merengsek masuk ke dalam rumah utama.

Kediaman ini sempurna di kepung dari segala arah.

Deru napas terasa begitu menegangkan.

Bu Nas berdiri, dengan wajah kaku menatap Jenderal Nasution yang sudah bangkit dari tempat tidurnya.

Saling tatap di tengah suasana yang semakin gaduh dan suara seru-seruan yang meneriaki namanya. Di minta menghadap presiden sekarang juga.

"...Tjakrabirawa." Bu Nas mengepalkan tangan erat. Menatap suaminya gelisah.

Pak Nas menolehkan kepala.

"...M-mereka datang. Mereka yang mau menculik kamu!"

Pintu kamar digebrak kasar.

"JENDERAL!! KELUAR JENDERAL!!"

Ah, kudeta laknat itu akhirnya meletus.





___________________
__________________________
________________________________

Ha, deg-deg an 😊✊

Detik-detik penculikan, hmmmm mari kita pemanasan dulu.

Part nya pendek tah? Yo maklum, saya nulis itu sambil gemeteran. Saya akan menulis alur ke depannya benar-benar detail. Yah, doakan saja semoga kuat :))

Siapa yang kepo part selanjutnya?

Spoiler :

"Saya akan berbicara dengan mereka Johana. Tunggu disini."

"Jangan gila! Mereka mau menculik kamu! Mundur! Jangan gegabah!"

"Ini bisa di bicarakan baik-baik. Saya akan mengatasi ini." Pak Nas membuka pintu yang langsung saja...

DOR!

DOR!

Tembakan itu mengenainya. Telak.

"Ayah!!"

Sampai jumpa besok kamis ಥ_ಥ

Jangan lupa vote, juga komen.

Dadah.

KAPTEN, BAGAIMANA BISA AKU MELUPAKANMU? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang