25. Kota Tua & Kenangan Kita.

1.8K 194 90
                                    

Haii haiii(●'▽'●)ゝ

Karena target vote udah penuh, saya kambek malam ini. Saya berharap cerita ini mampu menghibur waktu senggang kalian semua yaappp☝💃

Kritik dan saran dipersilahkan. Asal dengan tutur kata yang sopan okeyyy😊🤝

Kalo nggak bisa sopan, fiks kita baku hantam 😊🙏

Ah enggaklah, pembaca saya mah kalem. Kea yang nulis 😌 / plak /di gampar pake linggis.

Sudahi basa-basi. Heii kawan, selamat membaca(ʘᴗʘ✿)

✧༺🖤🖤༻✧✧༺🖤🖤🖤༻✧

27 September 1965.

" ... Apakah bisa?"

"Yakin! Yakin sama aku! Ayookk!"

"Tapi----"

"Ayok toh mas ajudan! Ikut nggak sih?! Tinggal naik aja beres kok!"

Halaman rumah di isi percakapan tak berfaedah antara Nimas dan Pierre. Antara Nimas yang keukeuh dan Pierre yang selalu ragu.

Sebuah sepeda ontel jadul yang kini sudah di naiki Nimas. Kaki si gadis menangkring di pedal siap mengayuh, sementara kaki satunya menumpu beban.

"Cepettt!!"

Dan Pierre yang di paksa duduk di jok belakang.

Wei, ini sepeda ontel lho!

Mana dia kan cowok, yakali duduk di belakang. Mana tentara pula? Mau di taruh dimana harga dirinya heh?!

"Saya tidak yakin kamu bisa." Dengus si pemuda menatap Nimas yang sudah stand by. "Nanti kalau jatuh bagaimana? Masuk selokan?"

"Yaudah. Wassalam!" Sahut Nimas jengkel. Kesal sekali dia dengan ajudan satu itu. Dia berbaik hati mau boncengin Pierre loh, yang salah dimana coba?!

Pierre elus dada sabar.

"Kalo mas Pierre nggak mau ikut yaudah gausah naik. Gampang kan?" Gadia itu berancang-ancang melajukan sepeda nya membuat Pierre kalang kabut.

"Hei-heii! Tunggu sebentar!"

"Opo neh to mas?! Jotos ki!" Nimas melotot kearah nya. (apa lagi sih mas?! Pukul nih!!)

"Ini sudah mau sore, kamu mau kelayapan kemana?"

"Siapa yang mau kelayapan?" Nimas mengernyit. "Aku cuma mau keliling kok. Udah izin Bu Nas, katanya boleh. Gitu kelayapan?!"

"Kamu perempuan, mau pergi sendiri?!" Pierre menahan sabar. Bocah satu ini, tolonglah jangan buat dia khawatir bisa gak sih?!

"Lha iki aku ngejak koe loh mas ajudan! Sampeyan wegah noh. Yowes tah, dewean yo iso aku!" (lah ini aku ngajak kamu loh mas ajudan! Kamu nggak mau tuh! Yaudahlah, sendirian juga bisa aku!)

Pierre diam sejenak. "Masalah e, koe seng neng arep ki kok iso? Kene seng lanang sopo?"  (masalahnya, kamu kok bisa duduk di depan? Disini yang laki-laki siapa?)

"Ya kamu lah. Masak Om Hamdan?!"

"Kamu di belakang, saya
bocengkan." Pierre menarik tangan Nimas. "Turun."

"Nggak mau!"

Aduh, tolonglah. Ini cuma perkara sepeda ontel lho.

"Pokoknya mas Pierre di belakang. Nggak mau nggak usah ikut!"

KAPTEN, BAGAIMANA BISA AKU MELUPAKANMU? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang