21. Markas yang Hancur

7 6 2
                                    

Kejadian sepulang sekolah tadi cukup membuat heran Nasya. Gadis itu merenung di kamar setelah mengantar Bagas pulang ke rumah. Cowok itu tidak mengucapkan sepatah kata apapun dan hanya diam membisu hingga membuat dirinya terheran-heran, biasanya Bagas selalu berceloteh ringan tentang kejadian di sekolahnya. Tapi Nasya mengerti kalau perasaan Bagas sedang tidak baik-baik saja. Cowok itu mungkin sedang berperang dengan pikirannya. Ada rasa penasaran mengenai perdebatan Bagas dengan seorang pria yang kelihatannya seperti seorang kutu buku. Kalau tidak salah dengar, nama geng Black Dragon diucapkan oleh lawan bicara Bagas saat itu. Tapi mengapa mereka membicarakan geng lama itu? Banyak hal aneh yang sekarang terjadi menimpa geng Angel Wings. Apa mungkin sebentar lagi akan terjadi sesuatu?

Ah mungkin hanya firasat saja. Tapi gadis itu masih saja berpikir keras mengenai masalah yang dialami Bagas. Aneh. Bagas sebelumnya tidak pernah diperlakukan sekasar itu oleh orang lain, apalagi ia mengenal betul sosok Bagas yang lemah lembut dan tidak berani melawan layaknya seorang bocah penakut. Apa mungkin ini efek karena sering diacuhkan? Waktu itu kan Nasya sering mengacuhkan pria itu dan  tidak memperdulikan nya. Dirinya mungkin tidak banyak tahu soal Bagas waktu itu, mungkin pria itu belajar banyak hal demi menarik perhatian dirinya. Mungkin..

"Menarik.. " Nasya tersenyum miring saat mengingat perdebatan mereka berdua di ruangan kelas XII IPS 2 tadi. Sungguh sebuah tontonan bagus kalau saja dirinya tahu lebih awal, kekhawatiran nya ini cukup mengganggu dan terpaksa melerai mereka berdua. Kalau saja dirinya mengintip diam-diam daripada mendengar dari pintu, mungkin ia akan menontonnya dan tidak memperdulikan apapun.

°°°°°°

"Hancurkan semuanya!! Jangan sampai ada yang tersisa! JELAS SEMUANYA??"

"RATAKAN!!!"

Sekumpulan anggota geng motor yang berjumlah sekitar 20 anggota itu saling membara. Napasnya begitu memburu dengan tatapan tajam bak seekor burung Elang yang siap menyergap mangsanya. Mereka berpakaian serba hitam dengan berbalut jaket kulit berwarna hitam pekat dengan coretan nama disamping kiri jaket bergaris warna emas. 'Blake Devil' nama yang tertera di jaket mereka.

Gelapnya malam dan juga waktu yang menunjukkan sekitar pukul 2 pagi itu cukup membuat mereka mengobrak abrik isi markas Angel Wings dengan puas. Markas yang awalnya digembok dengan kuat itupun tetap dibobol sampai rusak oleh anggota geng motor yang bernama Blake Devil itu. Teriakan puas dan tawa mengiringi suasana markas Angel Wings sekarang. Mereka dengan puasnya merusak fasilitas di dalam markas Angel Wings bahkan mengambil alat khusus anggota Angel Wings seperti tongkat Baseball yang menjadi tanda kekuasaan dan ciri khas geng Angel Wings dan lainnya. Mereka merampasnya untuk diri mereka sendiri.

"JANGAN SAMPAI ADA BARANG YANG TERTINGGAL!!"

Komando dari ketua anggota geng tersebut lantas membuat anggotanya mengambil dengan cepat barang-barang seperti alat yang sudah disebutkan tadi untuk dijadikan tameng saat tawuran nanti. Ia merampas benda tajam dan tumpul milik geng Angel Wings agar mereka tidak bisa lagi bertarung di arena dengan lawannya. Tidak usah berlama-lama lagi, geng Blake Devil sebentar lagi akan selesai dengan misi nya.

"SUDAH CUKUP SEMUANYA!! MISI KITA AKAN BERHASIL DAN SEBENTAR LAGI, MASA-MASA KEJAYAANNYA MEREKA AKAN RUNTUH!!"

"LETS GO SEMUANYA, KITA PERGI DARI MARKAS KUMUH INI!!"

Semua anggota berseru setelah mendengarkan komando dari ketua mereka. Kini, mereka pergi dari markas Angel Wings yang sudah hancur tetapi masih berdiri kokoh karena yang dihancurkan hanya didalamnya saja.

Berantakan. Seisi ruangan benar-benar hancur dengan sofa yang sudah mengeluarkan semua isi-isinya yang berhamburan di lantai. Keadaan pintu yang kini dibiarkan terbuka lebar bahkan kedua pintunya rusak dan jebol akibat ulah anggota geng motor itu. Apa jadinya anggota Angel Wings ketika tahu keadaan markasnya sudah seperti ini?

Mungkinkah mereka adalah musuh berikutnya?

°°°°°°

Di sekolah, ulangan terakhir akan dimulai dan para pelajar begitu antusias mengikutinya. Mereka mengerjakan soal-soal dengan teliti maupun biasa saja asal cepat selesai begitupun dengan Theo. Cowok itu terlihat sangat serius mengerjakan tetapi tidak memakai pikiran, ia mengerjakannya secara asal dengan berbekal keberuntungan. Pilihan ganda ia pilih sesuai tebakan saja antara mana yang benar dan mana yang salah ia pilih seperti tebak-tebakan. Otaknya begitu minim karena tidak belajar dan hanya bermalas-malasan di rumah. Padahal dirinya adalah anak dari Kepala Sekolah SMA Pancasgara.

Disisi lain, si kembar justru mengerjakan soal dengan teliti berbeda dengan Theo. Semuanya dikerjakan menggunakan otak yang hampir meledak dibuatnya. Pusing. Entah kenapa soal-soal nya begitu susah dipikiran mereka. Tetapi ada yang santai saja mengerjakan soal ulangan, yaitu Nasya. Gadis itu memang pintar sedari kecil tetapi minim Akhlak. Sifatnya itu menutupi kepintaran gadis itu padahal Nasya bisa saja sempurna dimata guru kalau sifatnya mirip seperti si kembar.

Waktu yang tersisa masih panjang, para pengawas pun kembali memperingati mereka untuk mengecek kembali soal ulangannya sebelum dikumpulkan. Begitupun sama dengan kelas-kelas yang lain. Suasananya begitu tenang, adem tidak ada suara berisik dari para peserta karena yang menjaga adalah guru killer sekaligus cerewet jika ada suara sedikit saja. Memang terjamin.

Sebentar lagi, mereka akan menyelesaikan soal-soal yang sedang dikerjakan. Para peserta juga sudah ada yang mengumpulkan lembar jawaban beserta soal pada pengawas. Tentu saja yang menjadi garda terdepan adalah Theo. Cowok itu menampilkan cengiran lebar sambil menyenggol lengan adinda saat berjalan menuju pengawas. Gadis itu menatap sinis pada Theo, cowok itu seperti meledek dirinya karena berhasil mengerjakan soal lebih dulu dan bisa keluar ruangan dengan bebasnya. Putri yang diam-diam memperhatikan mereka pun hanya bisa tersenyum tipis melihat tingkah akrab mereka berdua.

"Cih pasti salah semua tuh bocah rambut kuning!" Cibir adinda di dalam hati.

Theo berdiri di Koridor ruangan kelas IPA sambil mengeluarkan benda pipih yang berada disaku celananya.

"Untung gak ada pemeriksaan. " Theo bernafas lega dengan senyum yang masih terukir. Untung saja tidak ada pemeriksaan hari ini karena Theo kedapatan membawa Handphone untuk bermain game sepulang sekolah. Pria itu selalu bertingkah seenaknya saja dengan melanggar peraturan agar menarik perhatian Ayahnya. Ia juga pernah membawa mobil remot untuk sekedar bersenang-senang di rooftop pada saat jam istirahat tiba.

Ia menghidupkan layar Handphone nya lalu melihat grup obrolan sekolah yang sibuk membahas terkait ulangan semester 1.

"Membosankan." Ketus Theo lalu mencari grup obrolan geng Angel Wings. Matanya terbelalak kaget saat ada pesan penting dari grup tersebut. Pesan itu dari Altar yang membludak hingga puluhan pesan bahkan menelpon dirinya berkali-kali tetapi tidak diangkat karena tidak aktif. Ia langsung memencet grup obrolan itu dengan serius.

Geng Angel Wings•

Altar [Anggota Inti] :
P
P
Woy !!
Emergency!!
Markas Angel Wings hancur lebur dan tongkat baseball milik kalian hilang semuanya. Jaket kebanggaan kita juga dibakar habis. Ruangan di dalam hancur lebur tak bersisa.
Kami akan mengurus semuanya. Jangan khawatir. Tapi tolong siapa aja bantuin gue!!
Masa gue sendirian di sini!!
Help!!
Arghhhhh Tai!!
Sape sih Anjg yang ngobrak ngabrik markas gue!!

Theo langsung syok dan menghubungi kembali Altar namun tidak ada jawaban bahkan pulsa di HPnya juga sudah mulai habis. Memang sial!! Angel Wings kembali di serang. Setelah ini apa yang terjadi dengan gengnya?

_Angel Wings_












Next?
Terima Kasih sudah membaca🙏🏻

ANGEL WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang