Bosan, itulah yang sedang dirasakan oleh anggota inti Angel Wings. Mereka duduk di Sofa panjang yang berada di dekat dinding kokoh yang menjulang tinggi di dalam markas, sedikit dekat dengan mereka yang sedang membicarakan hal penting yang tak pernah habis mereka bicarakan sampai harus berlama-lama duduk di sana. Apa mereka tak lelah harus duduk berlama-lama di sana? Itulah yang membuat mereka berfikir mengenainya. Suasana seakan membosankan saja, sementara hari sudah menjelang sore. Sudah waktunya untuk pulang, tetapi masalah seakan menjadi rumit dan semuanya disuruh untuk berjaga-jaga satu sama lain agar tidak ada satupun yang celaka diantara mereka. Sungguh mengesalkan!
Nasya, gadis itu tak henti-hentinya memandang mereka yang sedang asik berbincang dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Wajahnya ditekuk dan berulang kali mengatur napasnya sampai Adinda yang duduk di sampingnya ikut terheran-heran.
"Lo kenapa?" Tanya Adinda seraya merangkul pundak gadis itu agar Nasya mau bicara tentang keresahannya pada Adinda.
"Gak papa. " Jawab Nasya lesu. Jawaban tersebut membuat bahu Adinda melorot. Ia kecewa setiap kali ditanya tentang perasaan gadis itu pasti, ia akan menjawab dengan kalimat yang sama. Nasya tidak pernah mau bercerita kepada orang lain tentang dirinya padahal Adinda adalah sahabatnya sejak lama.
"Kenapa sih? Gue penasaran loh! Coba cerita aja deh!" Bujuk Adinda sembari melempar tatapan imut kepada sahabatnya. Dan reaksi Nasya pada Adinda membuat harapan gadis itu jatuh, soalnya Nasya malah merasa mual lalu memalingkan wajahnya.
"Dih! Kok gitu sih!" Seru kembar Maharani itu dengan melipat tangannya di dada.
"Sori, abis lo aneh sih. Biasanya lo gak kaya gini, gue jadi jijik." Ucap gadis berambut pendek itu lalu dilanjut dengan kekehan.
Adinda hanya bisa membalas dengan raut wajah sebal, habisnya ia dibilang jijik oleh Nasya membuat moodnya menurun. Tatapannya pun beralih ke arah sekumpulan orang-orang sibuk di depannya yang tengah tersenyum, dan entah apa yang sedang dibicarakan mereka sehingga tampak sebahagia ini. Begitupun dengan Nasya, gadis itu sama halnya dengan Adinda yang tengah menatap mereka. Adinda menatap lekat kembarannya itu yang hanya terfokus oleh tatapan Bagas. Seketika ia langsung tersadar, pasti ini yang membuat Nasya sedari tadi memasang wajah muram menatap mereka. Gadis itu menoleh ke arah Nasya yang sepertinya tidak mengetahui aksi dirinya yang diam-diam mencuri pandang sahabatnya.
"Lo cemburu ya?" Seru gadis itu membuat semua anggota inti menatapnya kaget serta Nasya, gadis itu pun syok mendengar pertanyaan dari mulut Adinda yang volume suaranya tidak mengira-ngira kencangnya.
"Apa maksud lo?" Tanya balik Nasya pada Adinda.
"Tuh! Lo cemburu kan gara-gara liat kembaran gue sama cowok lu yang tampak deket banget. Jiakhhh! Ternyata selama ini lo nyembunyiin perasaan lo sama Bagas ya? Sosweet banget sih, Nas!" Teriak Adinda sampai-sampai Nasya harus menahan malu akibat dilihatin banyak orang dan tentu dilihat oleh anggota Black Devil. Theo, cowok tengil itu pun ikut memprovokasi Nasya dengan Adinda hingga mereka berdua menjadi pusat perhatian begitupun dengan Nasya.
"Astagfirullah." Nasya meraup wajahnya kasar lalu keluar dari markas untuk menghindari mereka berdua yang seperti jelmaan setan, selalu saja mengganggunya.
"Pacar lo, bos?" Tanya Arkhan.
"Iya, kenapa?" Jawab Bagas sewot.
"Cantik banget, buat gue aja ya?" Ucap Arkhan yang dibalas gemplakan renyah oleh Kaenandra.
"Kalo goblok gak usah berlebihan." Ketus Kaenandra membuat Bagas tertawa. Kaenandra kalau bercanda emang bikin mood semuanya naik, jarang-jarang cowok itu bisa bikin semuanya tertawa dengan ucapannya apalagi wajahnya yang tanpa mengeluarkan ekspresi sedikit pun. Memang ya? Candaan orang ganteng itu tetap lucu walaupun garing.
•••••
Di sebuah minimarket yang berada di dekat gang. Adinda dan Angkasa tengah membeli bahan-bahan makanan untuk mereka di rumah. Untungnya Angkasa sedang dapat banyak uang jadi, ia menyempatkan diri untuk berbelanja kebutuhan rumah untuk memasak sekalian makanan ringan untuk mengganjal perut adik-adiknya. Ia merasa kasihan jika melihat adik-adiknya yang seperti ini. Dulu, kalau Ayahnya tidak mengajukan perceraian dengan istrinya, mungkin kehidupan si kembar akan baik-baik saja. Mereka pun tidak akan berpisah sampai bertahun-tahun. Ya, waktu umur si kembar menginjak 5 tahun, kedua orang tuanya berpisah dan Putri dibawa oleh ibunya ke Bandung sementara dirinya dan Adinda tetap tinggal di Jakarta. Hidup dirinya dan Adinda bisa dibilang berkecukupan tetapi tidak untuk Putri, gadis itu hidup penuh perjuangan bersama ibunya dan untung hidupnya ternyata dibantu oleh keluarga Nasya sebelum keluarga gadis itu bangkrut dan mengalami masa kelam yang memilukan di Bandung. Angkasa setiap kali melihat Putri sebenarnya ia merasa kasihan, tetapi gadis itu tetap kuat dan tidak mudah menyerah walau hidup terasa pahit untuknya.
Dan ia banyak belajar dari Putri untuk tidak mudah menyerah terhadap kehidupan walau rintangan menghadang. Ia bangga mempunyai adik yang seperti mereka berdua. Dia banyak sekali mendukung dirinya, sungguh ia sayang dengan mereka berdua.
"Udah, din?" Tanya Angkasa saat melihat keranjangnya yang sudah penuh dengan kebutuhan yang ia rasa cukup bagi keluarga kecilnya.
"Udah, kak. " Jawab gadis itu.
Mereka berdua pun melangkah ke arah kasir untuk membayar belanjaannya. Setelah selesai membayar, mereka berdua akan pergi ke rumah karena Putri sedang sendirian dirumah tersebut. Ia tak sabar melihat wajah gembiranya jika tahu dirinya membeli makanan kesukaan adiknya.
Setelah masuk lewat gang, gang itu terlihat sepi. Maklum ini sudah malam dan kebetulan sudah waktunya jam tidur. Ia merasa hawa dingin menusuk kulitnya yang hanya terbalut kaos tipis berwarna hitam polos sementara adiknya pun sama. Ia bergegas mempercepat langkahnya bersama Adinda karena seperti ada yang mengikuti mereka berdua dari belakang. Suara langkah kaki terdengar samar sampai ke telinga Angkasa tetapi cowok itu tidak menghiraukan dan mulai menggandeng tangan adiknya dengan erat. Ia merasa tidak enak sekarang, seperti akan terjadi sesuatu yang akan menimpa dirinya dan adiknya kini.
Tiba-tiba, cahaya lampu mobil menyorot mereka berdua menimbulkan silau di mata mereka saat tatapannya tak sengaja menatap cahaya itu.
Sebuah mobil sedan hitam menghentikan langkah mereka. Lalu dua orang pria dari belakang menyergap Adinda dan Angkasa, membekapnya dengan kain yang sudah bercampur dengan cairan yang membuat mereka berdua merasa pusing dan pingsan.
Mereka berdua dibawa ke dalam mobil tersebut dan secepat kilat, sang supir segera pergi dari gang itu sebelum ada warga yang curiga terhadap aksi mereka.
Di dalam mobil itu, seorang pria yang duduk di sebelah kursi pengemudi lantas mengambil handphone dan mulai menelpon seseorang di sana. Telepon mulai tersambung lalu terdengar suara seorang pria lagi di dalam telepon itu.
"Bos, rencana kita sudah selesai. Kita berhasil menangkap Angkasa dan adiknya." Ucap pria bertubuh tegap itu yang terbalut pakaian serba hitam.
"Bagus! Cepat bawa dia ke sini."
"Baik, bos." Pria itu mengakhiri pembicaraannya di telepon dan menyuruh rekannya untuk segera pergi dan membawa Angkasa dan adiknya ke tempat bosnya yang entah dimana keberadaannya. Apa mereka berdua akan baik-baik saja?
_Angel Wings_
Terima kasih sudah membaca
Mohon maaf atas kesalahannya.Next guys?
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL WINGS
Teen Fiction[Sudah Tamat] Menceritakan tentang proses menjadi geng motor besar di seluruh jalanan Ibukota. Menguasai jalanan dimalam hari dengan mengibarkan bendera kekuasaan. Angel Wings, geng motor penguasa jalanan di malam hari sekaligus perisai bagi sekola...