36. Berkumpul

7 5 0
                                    

Bagas mengendarai motornya di tengah-tengah hujan yang dirasa mulai mereda. Cowok itu meluncur pada jalanan licin yang berkelok. Ia extra hati-hati melintasi jalanan yang licin tersebut untuk menghindari kecelakaan agar ia tidak kekurangan tenaga untuk menjotos wajah Alvin yang berwajah sok polos tetapi busuk. Motornya melaju dengan kecepatan sedang. Saat ia sudah berada di depan gang, ia disuguhkan dengan pemandangan jalanan di depannya yang gelap gulita. Sepertinya sedang terjadi pemadaman listrik di sana.

Motornya tetap melaju ditemani cahaya dari lampu motornya sebagai penerang. Saat sudah berada di samping pagar rumah Nasya. Ia mematikan mesin motornya lalu mengambil handphone yang berada di saku celana untuk dijadikan sebagai penerang selanjutnya. Maksudnya ia mengandalkan senter pada benda pipih tersebut.

Angin berhembus perlahan menerpa pakaiannya yang sudah basah kuyup karena hujan. Rambutnya juga lepek saat melepaskan helm dari kepalanya. Ia merasa kedinginan dan sedikit menggigil. Ia rasa setelah menerima izin dari Aldo, ia akan meminjam pakaian hangat untuk dirinya. Mereka juga pasti tidak akan keberatan menerima tamu dadakan pada malam hari ini.

Ia melangkah menggunakan kaki jenjangnya dengan cepat. Setelah sampai di depan pintu yang terbuat dari kayu jati, ia mengetuknya perlahan hingga yang berada di dalam membukakan pintu untuknya. Pintu diketuk sebanyak tiga kali sambil memanggil nama Nasya berulang kali hingga sang pemilik rumah membukakan pintu tersebut.

Tampak seorang laki-laki dewasa membukakan pintu sembari tangan satunya membawa lilin sebagai penerang. Ia terkejut saat menerima seorang tamu pada malam hari seperti ini disaat sedang mati lampu. Ia menyadari bahwa tamu kali ini adalah seorang tamu spesial yaitu Bagas. Laki-laki itu adalah kakaknya Nasya, Aldo Septiawan. Ia menyambut Bagas dan mengajaknya masuk ke dalam rumahnya yang diterangi cahaya senter dan lilin yang menyala redup.

"Ada apa Bagas ke sini?" Tanya Aldo dengan nada sopan. Ia tersenyum hangat pada Bagas meski wajah pria itu tidak tampak oleh Bagas sendiri karena masih gelap.

"Ehm, Bagas mau ketemu sama Nasya. Nasya nya ada, kak? Aku mau ketemu sama dia." Jawab Bagas dengan menggunakan panggilan 'Aku' untuk dirinya. Ia harus menyamar sebagai Bagas yang culun lagi pada Aldo agar pria itu tidak curiga pada dirinya kalau ia adalah anak geng motor berandalan yang suka diincar para polisi saat tawuran disembarang tempat. Sungguh, ia tidak mau kalau ada orang lain membeberkan identitas aslinya yang buruk itu. Nanti citranya yang selalu dipandang anak baik dan pintar itu perlahan hangus karena dirinya ketahuan mempunyai sifat asli yang memang melenceng, ia takut kalau Aldo nanti ilfil mempunyai adik ipar berandalan seperti dirinya.

"Ada kok. Dia lagi di kamar. Kakak panggilin ya?"

"Iya, kak. "

Saat Aldo sudah menghilang dari pandangannya. Tangannya perlahan meremat bahu secara menyilang. Ia kedinginan. Wajahnya mulai memucat dan pasti ia sudah menafsirkan kalau dirinya akan sakit diesok hari. Kenapa perlahan daya tahan tubuhnya menurun begitu saja, padahal dulu ia begitu energik. Mungkin ada benarnya ucapan dari ibunya, bahwa ia terlalu banyak begadang hingga harus menahan sakit dan pilek karena kelelahan.

Tak berlangsung lama, Aldo datang membawa Nasya yang berjalan di sampingnya. Gadis itu seakan tahu maksud kedatangan Bagas. Bocah berambut pendek itu tetap berdiri lalu menarik tangan Bagas untuk keluar dari rumah, bukan bermaksud mengusir tapi untuk berbicara empat mata di teras. Agar Aldo tidak ikut campur dengan urusannya.

"Ada apa lo ke sini? Perangnya dimulai malam ini ya?" Tanya gadis itu dengan wajah datar. Bak seorang intel, gadis itu seakan tahu saja maksud kedatangan Bagas malam ini. Gadis itu terlihat hanya memakai kaos tipis berwarna putih dengan celana sepaha berwarna hitam. Terlihat memakai pakaian santai tapi untung ia menunjukkan nya hanya pada dirinya dan Aldo. Kalau orang lain melihat gaya pakaian Nasya, mungkin mereka akan tergoda.

"Ya. Angkasa sama Adinda yang jadi korban. Mereka berdua diculik sama Alvin. Jadi perangnya dimajukan pada malam hari ini. Lo mau ikut apa enggak? Terserah lo aja sih." Jawab Bagas dengan acuh untuk menunjukkan sifat coolnya pada Nasya agar gadis itu terpesona. Justru dalam benak gadis itu sungguh terbalik dengan pikiran Bagas. Ia merasa tidak suka dengan Bagas yang asli dengan nama pena Leon. Dia pikir lebih baik berbicara dengan Bagas yang culun daripada Bagas yang sekarang.

"Gue ikut. Adinda sahabat gue. Jadi, gue harus nyelametin Adinda. Gue siap-siap dulu, soal izin nanti gue urus."

"Tunggu!" Cowok itu mencekal tangan Nasya. "Minjem baju hangat dong, sama celana juga atau bisa yang lengkap kaya, Baju, jaket, sama celana terus sama dalemannya juga. Dingin nih." Mohon Bagas  dengan sifat kekanak-kanakan nya.

"Kasihan banget ente. Ntar gue pinjem punya kak Aldo yang gambarnya superman buat lo biar bisa kaya superhero. "

Wajah Bagas berubah merengut. Ia melepaskan tangan Nasya, hingga gadis itu berjalan cepat untuk mengambil segala keinginan Bagas yang sedang kedinginan. Gadis itu menahan tawa sehingga senyum tampak terbit dan melengkung indah pada wajahnya. Ia sedang meledek Bagas.

•••••

Saat semuanya sudah berkumpul di markas. Mereka memasuki area dalam markas yang luas. Hanya setengah dari jumlah anggota Angel Wings yang datang. Mereka sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Lagi pula mereka tidak memaksa, yang ikut silahkan yang tidak juga gak papa. Karena Angel Wings memang tidak memaksa anggotanya untuk selalu hadir hanya acara penting saja yang harus diperkenankan datang.

Semuanya berbaris rapi diikuti komando dari anggota inti Angel Wings beserta Leon. Kinan mulai berbicara soal strategi untuk mengalahkan sang lawan diikuti kalimat penyemangat untuk mereka agar jiwa-jiwanya membara penuh api. Tekad mereka sungguh kuat untuk menyelamatkan pemimpin mereka. Saat ini yang memimpin mereka adalah Nasya sampai di arena peperangan. Setelah itu barulah Putri memimpin pertarungan. Anggota disisakan sedikit untuk berjaga di luar gedung untuk menelpon polisi kalau Alvin sudah ditaklukkan. Sementara yang lainnya akan ikut bertarung di dalam. Ini menyangkut masalah nyawa jadi mereka tidak harus bertele-tele melawan Alvin yang sejatinya belum diketahui kekuatannya ataupun anggotanya. Kalaupun banyak dari jumlah anggota Angel Wings maka mereka harus bersungguh-sungguh untuk melawan para musuhnya.

Nasya mulai mengomando mereka. Tampak sangat ricuh dengan suara gaduh seisi ruangan. Gadis itu menampilkan pesona auranya sebagai pemimpin pada anggota Angel Wings. Mereka terpukau. Dan semangat mereka ikut membara. Bendera besar berkibar diikuti tangan yang meninju udara ke atas.

Mereka beraksi kembali...

Semua anggota keluar dari markas dan bersiap manaiki motor mereka Masing-masing. Ada yang membonceng dan ada yang sendirian mengendarai motor. Bendera pun siap dikibarkan di jalanan yang mulai sepi halu lalang kendaraan. Mereka akan menuju ke tempat minimarket terlebih dahulu untuk menjemput anggota yang lainnya. Lalu segera pergi ke alamat yang sudah diberikan Alvin pada Bagas. Yang memimpin perjalanan pun hanya dua orang yaitu Leon dan Nasya.

Angel Wings akan berperang dengan geng milik Alvin untuk menyelamatkan Angkasa dan Adinda. Misi mereka yang sebenarnya akan dimulai!

Perjalanan ditempuh beberapa menit saja hingga menuju ke minimarket. Semua motor berhenti tepat di depan minimarket. Terlihat Putri tersenyum bangga pada mereka yang mau ikut untuk membantunya. Semua anggota Blake Devil bersiap lalu menyusul anggota Angel Wings yang dipimpin oleh Leon dan Nasya di depan. Ia akan segera pergi ke lokasi tempat gedung tua yang sudah lama kosong yaitu tempat persembunyian Alvin selama ini dengan kawan-kawannya.

Bersiaplah untuk dibantai, kawan...

_Angel Wings_




Terima kasih sudah membaca

Next?


ANGEL WINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang